Laman

Thursday, April 26, 2012

The Seat of the Soul

seatOleh : Gary Zukav

“Tujuan pengalaman manusia sesungguhnya adalah perkembangan jiwa.”

Demikian kesimpulan dari Gary Zukav atas pengamatan yang dilakukannya mengenai jiwa. Kegiatan Zukav mempelajari tokoh-tokoh seperti filsuf William James, Carl Jung dan ilmuwan Albert Einstein, membuatnya berkesimpulan bahwa gagasan besar mereka tentang kehidupan manusia dan alam semesta datang dari suatu tempat yang ada “di luar kepribadian”. Mereka mampu menembus kabut ego dan menerima informasi atau kebijaksanaan yang sebenarnya sudah ada disana tetapi perlu dibangkitkan.

Zukav percaya bahwa kemampuan ini bukan kemampuan spiritualitas atau religiousitas; ini adalah “kekuatan autentik”, atau kapasitas membentuk suatu koneksi dengan jiwa kita serta tujuannya untuk hidup kita. Tujuan tersebut pada gilirannya, dengan rumit dijalin dengan tujuan yang lebih besar dari alam semesta.

Evolusi menuju kekuatan autentik

Ada evolusi fisik, semua tau itu; tetapi apa artinya ketika kita berkata bahwa seseorang adalah manusia yang telah sangat berevolusi? Apa yang membuat Buddha atau Yesus, misalnya berbeda dari orang lain?

Arti evolusi bagi kita, kata zukav, mencerminkan pemahaman yang kita miliki tentang dunia melalui pancaindra kita. Tetapi jika kita menjelajahi dunia ini tidak hanya menggunakan pancaindra kita–menjadi suatu “makhluk multiindra”–kita akan memiliki pemahaman yang lebih besar tentang alam semesta. Seringkali jika kita tidak bisa mengamati sesuatu dengan pancaindra kita, kita akan meragukan eksistensi sesuatu itu.

Dalam dunia pancaindra, kemampuan untuk bertahan hidup merupakan kriteria utama bagi evolusi. Dan oleh karena itu, perasaan takut tidak mampu bertahan hidup merupakan karakteristik relasi manusia dan psikologi. The seat of the soul lebih berbicara tentang kekuatan autentik, atau kekuatan yang didasari oleh cinta, kerendahan hati, belas kasih dan kejernihan tujuan.

Kepribadian dan jiwa

Jiwa tahu apa yang ingin dia capai sebelum ia masuk ke tubuh di Bumi, tetapi tujuan ini terlupakan saat kita dilahirkan. Kepribadian kita lahir bersama dengan tubuh kita, tetapi jiwa kita hidup melampaui tubuh kita. Kepribadian kita punya perasaan suka dan tidak suka, jiwa kita punya tujuan yang hendak dipenuhi. Jiwa itu akan berusaha membimbing  hidup kita sehingga tujuan itu terpenuhi, tetapi kepribadian mungkin memiliki keinginan yang mengesampingkan tujuan jiwa, dan pada akhirnya menjadi pembentuk hidup kita. Karena tidak banyak orang memahami perbedaan antara jiwa dan kepribadian, sebagian besar orang hidup menurut kepribadian mereka. Tetapi orang yang bijaksana belajar untuk membiarkan jiwa mereka bersinar dan memperbolehkannya mewujudkan tujuannya.

Hanya kepribadian yang bisa menciptakan dan merasakan emosi “buruk” seperti takut, marah, rakus, sedih, sesal, acuh tak acuh, sinisme dan sebagainya. Tetapi orang yang memperhatikan jiwa mereka bisa melihat melampaui keadaan ini dalam diri orang lain dan diri mereka sendiri. Ketika kita memutuskan untuk memenuhi maksud dan tujuan jiwa kita, kita jadi kuat secara autentik. Kita memang bisa menolak apa yang diminta oleh jiwa kita, tetapi evolusi kita bergantung pada apakah kita mau mendengarkan jiwa kita dan bertindak.

Jika kita ingin memiliki kekuatan autentik, yang harus dijadikan perhatian utama dalam hidup kita adalah penyatuan kepribadian kita dengan jiwa kita.

Perasaan dan kekuatan autentik

Suatu masyarakat yang fokus pada kekuatan external akan mengabaikan peran perasaan. Tetapi tanpa mengetahui akar penyebab kemarahan atau kesedihan atau kegembiraan, kita tidak akan bisa melihat apa yang sejati dalam diri kita dan apa yang hanya merupakan gagasan kepribadian.

Dunia pengetahuan dan logika memarjinalkan perasaan dan subjektivitas, tetapi orang yang tidak mencari arti yang lebih dalam dari kehidupan mereka seringkali akhirnya merasakan keputusasaan dan kekosongan. Akhirnya mereka menjadi tidak sadar, “mewujudkan karma mereka” seperti robot. Tetapi kita bisa hidup dengan lebih sadar, mengenali kecenderungan kita dan berusaha membawa diri kita ke tempat yang lebih tinggi.

Hanya sedikit orang yang mau sungguh sungguh mengamati kepedihan yang mereka rasakan, tetapi melakukan hal ini akan membuat kemungkinan kita bisa mengatasi kepedihan jadi jauh lebih besar. Cara mudah mengatasi kepedihan adalah dengan mengabaikannya, tetapi ini berarti kita tidak akan pernah tumbuh. Ketika kita merasakan kepedihan emosional, kita perlu mendalami tujuan kita. Kita mungkin bertujuan memiliki relasi yang penuh kasih dan harmonis, tetapi jika kita juga punya suatu tujuan(keinginan) bawah sadar untuk mengakhiri relasi tersebut, tujuan yang lebih kuat yang akan menang. Setelah relasi tersebut berakhir, kita merasa hal hal tidak berjalan seperti tujuan kita, padahal sesungguhnya semua terjadi seperti yang kita inginkan.

Penyebab intuisi

Kita tidak diajarkan untuk mempercayai intuisi kita. Kita cenderung menjalani kehidupan hanya dengan pancaindra kita, dan karenanya mengabaikan firasat dan wawasan yang tidak bisa dijelaskan. Bagi orang yang dikendalikan hanya oleh pancaindra mereka, intuisi tidak sungguh sungguh dianggap sebagai “pengetahuan”  dan karenanya diabaikan, dianggap sebagai sesuatu yang aneh. Tetapi orang yang multiindra memahami firasat dan menjadikannya sebagai penghubung mereka dengan pikiran yang lebih besar dan bijaksana yang mengutarakan kebenaran.

Agar intuisi bisa diterima, kita harus membersihkan pikiran kita dari racun mental dalam bentuk emosi yang tak terekpresikan. Mengamati pikiran kita sendiri juga membuat kita memiliki suatu pikiran yang tenang. Zukav mengusulkan satu hal lain yang bisa mempermudah kemunculan intuisi; memilik keyakinan apa yang kita alami dalam hidup ini memiliki alasan, dan memercayai bahwa semua ini bertujuan baik. Hal ini membuat kita tidak terlalu bersikap menghakimi, lebih terbuka terhadap kebenaran
.
Jiwa yang disembuhkan

Sebagian besar dari kita memiliki sisi sisi: sisi egois, sisi kasih, sisi marah, sisi bijaksana. Setiap aspek memiliki tujuannya sendiri sendiri, dan tentu saja mereka sering mengalami perselisihan satu sama lain. Sabotase diri ini menakibatkan terjadinya perpecahan kepribadian, dengan kepedihan dan penderitaan yang sepertinya tak terbatas. Hal ini harus kita akui  dan kemudian memahami bahwa tujuan jiwa kita menjelma ke bumi adalah untuk merasakan berbagai keadaan hidup dan meningkatkan  atau menyembuhkan aspek jiwa yang perlu disembuhkan. Pelajari  setiap aspek  negatif kita untuk melihat bagaimana aspek ini bisa berguna bagi kita dan  bagaimana penyembuhannya.

Godaan adalah suatu bentuk pikiran yang dirancang untuk mengeluarkan hal-hal negatif dari sistem energi manusia tanpa membahayakan yang lain. Jiwa mengerti godaan, karena godaan menyingkap bagian diri yang masih perlu disembuhkan, keinginan dan dorongan yang perlu ditenangkan. Ironisnya godaan mengandung  benih tanggung jawab yang lebih besar, karena godaan membuat kita memilih, dan jika kita memilih dengan benar maka kita bisa menjadi sosok yang sungguh sungguh kita inginkan. Hanya dengan menerima sisi kita inilah maka kit bisa memperbesar peluang menggabungkan mereka menjadi satu diri, dan kembali membaktikan  diri kita untuk tujuan hidup kita.

“Ketika kepribadian kita berada dalam keseimbangan total, Anda tidak bisa melihat dimana akhir kepribadian dan awal jiwa. Inilah manusia yang utuh”

Penutup

Dunia modern tampak kacau karena sebagian besar merupakan refleksi dari kepribadian dengan semua kemarahan, nafsu dan kegelisahannya. Jika dunia ini sungguh sungguh ingin berevolusi, dunia ini perlu dibangun dengan kesadaran  yang lebih besar akan jiwa, bukan kepribadian. Orang dengan kekuatan autentik adalah orang yang berhasil menyelaraskan  jiwa mereka dengan kepribadian mereka- kekuatan persatuan. Kita mengejar ketenaran, uang, dan jabatan karena di dalam diri kita merasa tidak memiliki kekuatan. Tetapi tanpa pengetahuan jiwa, kekuatan yang sejati akan selalu menghindari kita.

Buku “Seat of the Soul” ini  merupakan salah satu dari sedikit buku yang bisa mengubah pandangan kita tentang kehidupan, alam semesta, dan segala sesuatu. Buku ini selangkah lebih maju di zamannya dan merupakan satu dari 50 buku spiritual yang paling berpengaruh.

Sumber: Henkykuntarto’s Blog -Wellcome to my spiritual blog

No comments:

Post a Comment