Laman

Wednesday, October 10, 2012

Ilmu Pengetahuan Tentang Maya


Berdasarkan ilmu pengetahuan, manusia telah mempelajari kebenaran dari filsafat kuno bahwa sesungguhnya tidak ada materi di alam semesta, semuanya adalah maya atau ilusi.

Bagaimana Kristus bisa bangkit setelah disalibkan? Bagaimana Lahiri Mahashaya dan Sri Yukteshwar melakukan mujizat-mujizat mereka? Ilmu pengetahuan modern belum menemukan jawabannya, walaupun dengan munculnya teori Atom, ruang lingkup pemikiran dunia telah meluas. Kata ‘tidak mungkin’ kini menjadi kurang menonjol dalam kosa kata manusia.

Kitab Suci Veda menyatakan bahwa dunia fisik beroperasi di bawah satu hukum fundamental yaitu maya, dibawah prinsip relativitas dan dualitas. Tuhan, Kehidupan, adalah Satu Kesatuan Mutlak; yang muncul kepermukaan sebagai sesuatu yang terpisah dan manifestasi yang beragam dari suatu ciptaan, Dia mengenakan tabir palsu atau tidak nyata. Tabir ilusi dualistik ini adalah maya. Banyak penemuan-penemuan ilmiah besar zaman modern telah memastikan kebenaran sederhana dari pernyataan para Yogi jaman dahulu.

Hukum pergerakan Newton adalah hukum maya. “Untuk setiap aksi selalu ada reaksi yang sama dan bertentangan - aksi dan reaksi dengan demikian adalah persis sama. Untuk memiliki gaya tunggal adalah tidak mungkin. Harus ada, dan selalu ada, sepasang kekuatan yang sama dan berlawanan arah.”

Ilmu fisika kemudian tidak bisa merumuskan hukum-hukum di luar hukum maya: suatu hukum penciptaan yang sangat teratur dan terstruktur. Alam itu sendiri adalah maya; ilmu alam harus berurusan dengan hakekat yang tak dapat dihindari. Dalam domainNya, ia adalah kekal dan tak ada habis-habisnya; para ilmuwan masa depan dapat melakukan tidak lebih dari mencoba satu demi satu aspek yang variasi-nya tak terbatas. Sehingga ilmu pengetahuan tetap terus berada dalam fluktuasi yang terus-menerus, tanpa akhir; untuk menemukan hukum-hukum kosmos yang sudah ada dan berfungsi, tapi masih belum mampu untuk mendeteksi hukum pembentuknya dan hukum yang menggerakkannya. Manifestasi keagungan dari hukum gravitasi dan listrik telah dikenal luas, tapi bagaimanakah wujud gravitasi dan listrik itu sesungguhnya? Tidak ada manusia yang mengetahuinya….

Di antara triliunan misteri kosmos, misteri yang paling fenomenal adalah cahaya. Tidak seperti gelombang suara yang memerlukan media transmisi udara atau bahan lain, gelombang cahaya melintas secara bebas melalui kekosongan ruang antarbintang.…cahaya tetap yang paling halus, paling bebas dari ketergantungan materi, dari manifestasi alami apapun.

Dalam konseps besar Albert Einstein, kecepatan cahaya adalah 300.000 km per detik – yang mendominasi seluruh Teori Relativitas. Dia membuktikan secara matematis bahwa kecepatan cahaya, sejauh berkaitan dengan pikiran manusia yang terbatas, adalah satu-satunya konstanta di alam semesta yang tetap. Kecepatan cahaya adalah satu-satunya yang ‘mutlak’ diatas semua standar manusia tentang waktu dan ruang. Waktu dan ruang tidak abstrak kekal seperti yang sebelumnya dianggap, waktu dan ruang adalah relatif dan memiliki faktor-faktor yang terbatas. Mereka diukur dan dihitung mengacu pada ukuran kecepatan cahaya. Dengan kesimpulan ini, Einstein membuang setiap konstanta dari alam semesta kecuali cahaya.

Dalam perkembangan selanjutnya, dengan Unified Field Theory, para fisikawan besar terus berusaha untuk mewujudkan hukum gravitasi dan elektromagnetisme dalam satu rumus matematika tunggal. Untuk menyatukan variasi struktur kosmik dalam satu hukum tunggal, Einstein telah mencapai pemikiran lintas zaman dari para Yogi yang menyatakan tentang adanya stuktur tunggal penciptaan: maya. Ilmuwan besar saat ini tidak hanya dengan berani menyatakan bahwa atom sesungguhnya adalah energi bukan materi, dan energi yang menggerakkan itu pada dasarnya adalah pikiran.

“Kesadaran yang mulai terbuka bahwa ilmu fisika sangat berkaitan dengan dunia kekosongan adalah salah satu kemajuan yang sangat besar,” Sir Arthur Stanley Eddington menulis dalamThe Nature of the Physical World. “Dalam dunia fisik, kita hanya mengamati kinerja grafik bayangan dari drama kehidupan sehari hari … Untuk memberi kesimpulan kasar, bahwa hal-hal duniawi ini sesungguhnya adalah fungsi pikiran.”

The New York Times memberikan laporan berikut dari demonstrasi mikroskop elektron pada tahun 1937 … : “Prinsip mikroskop elektron pertama kali ditemukan pada tahun 1927 oleh Clinton J. Davisson dan Lesser H. Germer dari Bell Telephone Laboratories, New York City, yang menemukan bahwa elektron memiliki kepribadian ganda, mereka dapat mengambil bagian karakteristik dari sebuah partikel dan gelombang ( yang adalah materi dan energi )…”

Berdasarkan ilmu pengetahuan, maka seharusnya manusia mempelajari kebenaran filsafat dari jaman dahulu kala bahwa tidak ada materi di alam semesta, semuanya adalah maya, ilusi. Dalam pandangan mereka, semua realitas adalah menyatu.

Dalam menguraikan persamaannya yang terkenal tentang kesetaraan antara materi dan energi, Einstein membuktikan bahwa energi dalam setiap partikel materi adalah setara dengan massa atau bobot dikalikan dengan kuadrat dari kecepatan cahaya …. ‘kematian’ materi telah melahirkan suatu energi atom.

Kecepatan cahaya secara matematis adalah standar atau konstan, bukan karena ada nilai absolut  300.000 km per detik, tetapi karena tidak ada wujud fisik yang pernah mencapai kecepatan cahaya.

 “Jadilah terang! Dan disana ada cahaya”. Dalam penciptaan alam semesta, perintah pertama Tuhan menjadi struktural dasar yang penting yaitu : jadilah cahaya. Pada yang imaterial ini sedang terjadi semua manifestasi ilahi …

Kesadaran terbebas dari materi, bebas dari tiga dimensi ruang dan dimensi keempat waktu, seorang master dapat mentransfer tubuh cahayanya dengan mudah melalui bumi, air, api, dan udara …

Hukum keajaiban dioperasikan oleh setiap orang yang telah menyadari bahwa esensi penciptaan adalah cahaya. Seorang guru mampu menggunakan pengetahuan ilahi-Nya tentang fenomena cahaya untuk memproyeksikannnya langsung ke dalam manifestasi cahaya. Bentuk dari proyeksi, apapun itu: sebuah pohon, obat, tubuh manusia, ditentukan oleh kekuatan keinginan dan visualisasi dari para yogi  …

Sumber: Autobiography of a Yogi by Paramahansa Yogananda

No comments:

Post a Comment