Laman

Tuesday, October 23, 2012

Mengembangkan Akhlak Muhammad Dengan Simbologika

Abstract

Dari Intuisi Ke Logika Dari Logika Ke Intuisi, Modus Trilateral Cara Berpikir Dari Komposisi & Kodefikasi Al Qur’an.

“Knowledge for everyone”
“Vive le open source”

Suatu saat, kira-kira menjelang tragedi Tsunami Aceh di tahun 2004, setelah menamatkan saja buku Kun fa Yakuun yang sudah menjadi 5 buku dengan 1423 halaman, saya menyusun 2 pasangan bilangan 2 dijit. Yang saya  ingat waktu itu memang lagi intens nyepi total, tanpa melakukan aktivitas apapun kecuali menelusuri jejak-jejak Nabi Muhammad  SAW melalui Al Qur’an. Iseng-iseng saya menguraikan susunan bilangan 1234 (ABJD) dengan cara menguraikannya sebagai matriks 2×2 :

1  2

3  4

Ternyata kalau kita jumlahkan dalam arah trilateral, yaitu :

Horisontal         : 1+2=3, 3+4=7, 3+7=10,

lantas vertikal   : 1+3=4, 2+4=6, 4+6=10,

dan diagonal    : 1+4=5, 2+3=5, 5+5=10,

Ketiga arah jumlah jambleh itu hasilnya sama saja 10 atau totalnya 10×3=30 (nilai huruf Lam) atau bisa ditulis juga sebagai 103 alias 10x10x10=1000 (seribu). Saya kebet AQ di surat ke-30 dan surat ke-103, dari situ saya baru seperti di “PING” oleh Allah dan menyadari bagaimana kaidah cara berpikir di zaman Nabi yang jejaknya tersisa dari cara orang menulis huruf Arab dan nomor halaman, namun sebenarnya masih jelas terlihat di susunan 28 huruf Hijaiah dengan nilai al-Jumalnya yang disusun dengan komposisi 1,999, berjumlah 28 dan huruf Ghain sebagai huruf terakhir nilainya 1000.

Masalahnya menjadi lebih heboh lagi ketika saya mencoba menguraikan tanggal lahir teman saya dengan cara trilateral dan menjelaskan karakternya, cocok dah. Temen saya pucat pasi soale isi hatinya bisa ketebak cuma dari tanggal lahirnya. Hahahaha…saya bisa jadi dukun kali ya. Tapi saya tak tertarik jadi dukun makanya saya uraikan lagi bilangan itu. Kali ini dengan unifikasi hasil jumlahan yaitu 3 dan 7 jadi 37, 46, dan 55. Jumlah vertikal dan horisontal 83 dan diagonal 55, jumlah total 128.

Bilangan 128  sangat istimewa kalau kita paham matematika dan tahu nilai huruf Arab yang disebutkan di QS 68:1 sebagai Qaaf dimana 128=100+28 menunjukkan arti matriks 10×10 sebagai suatu matriks perfect square dan 28 disebut bilangan sempurna (percfect number) karena kalau ekornya mengurangi kepalanya hasilnya sama dengan ekornya :

1+2+4+7+14=28, 28-14=14, 14/2=7 (lho kok jadi 1427 H?)

Perfect number seperti diatas adalah definisi matematika, menurut saya disebut sempurna karena 28 adalah jumlah ruas tulang dari jari-jari di kedua tangan kita. Saya isengi lagi 128 dengan membacanya  sbb: 100 dan 28, 28 adalah 2+8=10, 100+10=110, sedangkan kalau saya baca 100 adalah 4 maka 10+4=14 alias 2×7 sebagai kaidah hitungan kelipatan 9 dengan 10 jari tangan kita yaitu jarimatika 149.

Kembali saya buka AQ di surat ke-110 dan 14, Pertolongan Allah pun terbuka lebar membawa saya masuk ke Pintu Nabi Ibrahim a.s Qs 14 dan at-Taubah surat ke-9, hmm…. komposisi 149 atau 14+9=23, 23 adalah surat al-Mukminun (QS 23).

110 juga adalah bilangan 6 dalam kaidah huruf Ba alias biner alias kaidah dijital, maka pintu mulai lebih lebar untuk memahami al-Qur’an sampai ke dasarnya dengan kaidah Trilateral yang tidak lain adalah kaidah 3 Ism Agung Allah al-Rahmaan al-Rahiim sebagai The Greatest Common Divisor alias 3 Pembagi Agung yang disalah tafsiri pendiri agama Kristen sebagai Trinitas dengan gambaran yang menjadi syirik dan 3 juga di tafsiri oleh agama asal India sebagai Trimurti, dan muncul didalam simbol agama Budha yang sekilas mirip tulisan 135 (1 adalah Alif, putar simbol 3 menjadi W tapi dibaca huruf L dan L yang saling berhadapan, 5 adalah nilai huruf ha dalam bahasa Arab, dibacanya silahkan baca sendiri artinya apa). Di wilayah fisika bilangan 3 muncul juga sebagai 3 gaya fundamental yaitu gravitasi, nuklir dan elektromagnetik dengan dugaan adanya lem perekat alam mikro dan makro yang disebut Potensial Kuantum atau katakan saja Lem itu dalam bahasa ruhani al-Mahabbah (Cinta Ilahi) sebagai medan gravitasi Cinta Ilahi; di dunia kimia muncul juga Neutrino, Carbon, dan Hidrogen sebagai unsur-unsur awal mula pembentukan semesta dan mungkin istilah lainnya yang sebenarnya merujuk kepada pengertian bentuk dasar pertama berupa segi tiga dengan simbologi ruhani Burung Thoiron Ababil atau variannya sebagai virus Flu Burung H5N1. Sampai 2 tahun kemudian saya pun tenggelam di dalam Shibghatallahi dan puluhan tulisan pun lahir selama itu, cuma nggak berani saya terbitkan karena bisa membuat geger jagat persilatan negeri Indra Maya karena semua agama dan ilmu pengetahuan bisa rontok dan semua borok hati dan akal pikiran manusia pun akan tercium bau busuk dan amisnya.

Kembali ke kaidah trilateral, kali ini menurut sejarah yang diungkapkan Dr. Hidayat Nataatmaja di buku eksentriknya “Inteligensi Spiritual” yang saya beli karena tulisannya memang nganehi dan bagi yang nggak kuat akal dan hatinya bisa senewen (terbitan Perenial Press 2001) disebutkan bahwa orang Arab mempunyai kebiasaan untuk menuliskan halaman atau nomor di sebelah kiri kertas, sedangkan kalau menuliskan huruf dimulai dari sudut kanan atas. Kebiasaan ini sebenarnya tercermin pada pengkomposisian dan pengkodean nomor surat dan ayat AQ yang merefleksikan gagasan logis yang bertautan dalam jalinan kehalusan ruhaniah yang bisa mungkin dicapai kalau dengan menyucikan jiwa, tahajud intensif dan menjauh dari makanan dan minuman yang nggak jelas asal usulnya (istilah teknisnya Wara).

Dengan bilangan/numerik sebenarnya kita disarankan untuk menggunakan akal pikiran untuk mengikat makna yang paling mendasar sebagai ukuran atau kadar (tidak berdimensi jadi bisa diterapkan di banyak bidang sebagai prinsip dasar realitas seperti saya contohkan diatas) yaitu simbologi nilai bilangan yang dapat ditafsirkan dengan berbagai macam cara, tergantung pada bagaimana kita memahami simbologi bilangan tersebut atau gerak-gerik makhluk atau simbol-simbol lainnya (bisa mulai dari perilaku manusia yang waras, setengah edan maupun edan beneran, binatang seperti semut, ikan, tawon, atau gambar geometrik di susunan batu bata, langit-langit, ukiran masjid, dll, pokoknya semua tanda yang terlihat) dikaitkan dengan apa yang kita rasakan sehari-hari sebagai pengalaman hidup di bawah naungan Matahari di siang hari dan Bulan di malam hari, atau As Syams dan al-Qomar.

Nah, dari pengalaman hidup ini huruf-huruf kemudian dituliskan sebagai produk intuisi penyingkapan dengan makna terdalam yang telah dialami sehingga penulisan huruf Arab dari kanan ke kiri seolah membuka sekrup di kepala kita yang mempunyai kaidah-kaidah logis untuk menjabarkan suatu fenomena yang dialami.  Suara pun kemudian dibunyikan dengan komposisi, tekanan udara, dan aturan lainnya yang sesuai dengan instrumen jantung, pernafasan, tenggorokan dan mulut yang digerakkan menjadi lafaz huruf-huruf Arab (kalau Anda pernah diajar ngaji secara tradisional, di buku Juz amma biasanya ada gambar mulut dan gigi serta cara ngomongin huruf Arabnya).

Komposisi optimum inilah yang terungkap dalam susunan Al Qur’an dimana Ayat pertama yang diterima Rasulullah adalah ayat yang ditetapkan berdasarkan intusi penyingkapan nabi Muhammad yang melihat Penciptaan dari kelahiran seorang bayi manusia (QS 96:1-5) sebagai alam semesta baru (Laam) yang  kemudian dijabarkan dengan kaidah logis yang mungkin tidak disadari oleh Rasulullah bahwa apa yang telah disampaikan Jibril sebagai malaikat pembawa Wahyu dapat diuraikan secara logis rasional. Jumlah huruf 5 ayat pertama QS 96 adalah 76 yang mencitrakan bagaimana manusia dinyatakan kemudian sebagai Insaan (QS 76) dan sebagai Fii Ahsaani Taqwiim (QS 95:4).

Nabi Muhammad sendiri secara alamiah, karena akhlak sehari-harinya telah ditetapkan sejak dini untuk menerima pengungkapan Jibril secara tidak langsung hatinya sebagai penerima wahyu telah di-install dengan suatu sistem operasi Ketuhanan yang disebut Lauh Mahfuz sebagai kadar dan ukuran untuk diungkapkan pada masa yang tepat yang dikiaskan sebagai masa dimana Buah Tiin dan Buah Zaitun telah masak (QS 95) dan siap ditebarkan keseluruh Umat manusia sebagai Firman-firman Allah yang menjadi al-Qur’an.

Ungkapan hati yang telah diinstall ini sepenuhnya selaras dengan pengertian yang sering diungkapkan dalam hadis Rasululah yang mengatakan, “yang pertama kali diciptakan adalah akal, kemudian akal dimundurkan”. Kenapa akal harus munudr dulu (step back), karena hanya bisa menangkap kadar penyaksian awal mula yaitu “Bukankah Aku Tuhanmu?” dan dijawab “Bala (32)” sebagai kaidah awal mula yang tidak lain kelak akan lahir sebagai 3 ruas telunjuk dan 2 ruas Ibu jari kita.

Ketika hati dimajukan, maka hati adalah penafsir pertama dari Ilham Ilahi yang jatuh sebagai “urusan dari Allah” yaitu Ruh dengan perintah yang dituliskan di QS 32:5 sebagai urusan malaikat yang menetapkan ilham ilahi atau kalau pake bahasa modern “Weakly Interactive Massive Particle” didalam hati manusia untuk kemudian balik lagi dengan ukuran sehari=1000 tahun. Karena itu intuisi manusia yang tidak tidur bisa memahami tanpa belajar logika dulu. Namun, setelah ruh manusia ditiupkan ke dalam jasad, hati hanya menerima perintah dan menjadi pengarah sedangkan logika memandu hati supaya tidak melanggar batasan yang sudah ditetapkan di dalam Akal sebagai kapasitas berpikir makhluk yaitu manusia. Jadi, akal dan hati harus bersatu padu untuk mengendalikan produk  dari aktivitas keduanya yaitu Wa Nafsi yang muncul karena gesekan ruh dengan jasad materialistik manusia.

Turunnya 5 ayat pertama surat al-‘Alaq adalah ayat-ayat yang murni sebagai hasil penyingkapan ruhani Rasulullah di Gua Hira setelah masa-masa perjalanan hidupnya dari bocah sampai menikah dengan Khadijah di usia 25 tahun, berkenalan dengan kalangan renegade Hanifiyah khususnya Zaid dan Waraqah serta bergaul dengan Abu Bakar dan mungkin juga bergaul dengan Kaum Arifin dari Mesir, dari Kelompok Pemikir Aleksandria yang masih tersisa dan Timur Jauh. Komposisi wahyu pertama di Gua Hira dengan komposisi 5 ayat, 76 huruf dimana ayat pertama terdiri atar 19 huruf menjelaskan kondisi ruhani saat itu. Jadi antara penerima dan apa yang diungkapkan selaras dan tidak menyimpang, dan dapat dijabarkan dengan logika karena peran logika seperti auditor dari hati yang berlayar melalui lautan wa nafsi dan diucapkan oleg lidah Muhammad SAW sebagai Wahyu Ilahi. Ketika Wahyu pertama disampaikan oleh Jibril, sistem ruhaniah Rasulllah berada dalam tingkat kelembutan optimum yang digambarkan sebagai Kaf ha ya ain shaad (QS 19:1, nilai 5 huruf 195) untuk menerima 99 Asma Ul Husna lainnya yang terurai menjadi 114 surat dan 6236 ayat. Jadi, sebelum semua ayat turun kodefikasinya sejatinya tersembunyi didalam 5 ayat pertama al-‘Alaq. Rasulullah sejak saat itu tinggal menemukan momen peristiwa yang selaras dengan kehendak Allah saja untuk mengungkapkannya. Dengan kata lain meskipun tahu beliau menerima seluruh ayat AQ ia tetap memohon Pertolongan Allah untuk menyampaikan wahyu tersebut kapan dan dimananya dan dalam keadaan apanya, karena wahyu adalah ungkapan Allah yang disampaikan langsung melalui medium penyingkapNya yaitu hamba Allah yang menjadi KekasihNya.

Pernah satu ketika Rasulullah tergelincir dengan hawa nafsu, yaitu ketika kasus ayat setan dinyatakan (Simak qs 53:1-20), tetapi kesalahan ini sifatnya pembelajaran dari Allah bagi Muhammad SAW bahwa kalau menyampaikan wahyu itu maupun membacanya jangan disertai keakuan hawa nafsu (Maksudnya “jangan ikuti selera pasar” tapi sampaikan apa adanya meskipun pahit didengarnya, kalau tidak dimana keyakinan Muhammad kepada Allah SWT, begitulah kira-kira situasinya). Walhasil komposisi AQ kalau dihitung, baik jumlah huruf maupun nilainya, akan memiliki keakuratan SIX SIGMA dengan faktor kesalahan berorde 341 per semilyar sebagai suatu ukuran bahwa manusia meskipun nabi tetaplah manusia yang lemah dan tidak sempurna secara mutlak. Lantas, bagi Anda yang masih berpikir AQ ada kesalahannya mohon pelajari dulu matematika dan tatacara simbolik matematiknya antara qadar dan ungkapan kebahasaan dalam Bahasa Arab (ilmu matematikanya hari ini disebut aljabar Boolean, Symbolic Logic, Fuzzy Logiz, permutation, dll. Pokoke semua ilmu matematika hari ini sebenarnya ada di AQ, saya nggak mau ngungkapin semua silahkan belajar mandiri).

Dari penetapan Asma Ul Husna ini, Rasul mampu menerima Pengetahuan yang logis rasional karena dapat diuraikan secara aritmatika-geometrika  sebagai simbol-simbol dasar yang dapat diikat oleh akal pikiran, itulah saat Al-Muthaain Tsamma Amiin (QS 81:21) dari masa lalu dan masa depan datang kepada dirinya sebagai penguasa Arasy yang harus dipatuhi dan harus dipercaya karena apa yang disampaikannya bukan semata-mata ungkapan intuitif fitriyah sebagai Wahyu Yang Agung dan Indah semata NAMUN dapat dipelajari oleh umat manusia (kalau tidak demikian tentunya aneh karena Allah Rabbul ‘Aalamin) dengan bimbingan yang benar (intermezo: Nah, masalah pembimbing ini memang akhirnya hak prerogatif Allah semata sesuai dengan maksud QS 24:35, QS 43:32 dan ayat-ayat lainnya yang menjelaskan rahmat Allah sebagai rezeki yang tidak disangka-sangka. Disebut tidak disangka-sangka karena obyek dari Cinta Ilahi tidak pernah terlintas mempunyai cita-cita untuk menerima anugerah besar dari Penciptanya, jadi sepenuhnya adalah PilihanNya. Kalaupun ada bantuan makhluk baik ia orang beriman, orang yang disebut kafir, jin, maupun binatang sepenuhnya makhluk tersebut berada dalam pengendalian dan pengaturan Allah karena esensi semua makhluk adalah Sir Ilahi (Rahasia Ilahi). Jadi nggak ada hubungannya dengan kalangan tertentu, baik dari kalangan agama maupun bukan). Kelak, dari sintesis intuisi penyingkapan dan rasionalitas murni ini dapat lahir manusia dengan gambaran akhlak Muhammad sebagai manusia paripurna, manifestasi nyata dari teori tentang segala sesuatu yang menjelaskan Asma, Sifat dan Af’al Allah hanya dari prinsip-prinsip dasarnya yang tidak bertentangan dengan Idea Ideal sebagai Pesan Ilahi logis yang Nyata yaitu bilangan-bilangan irrasional dan bilangan imajiner.

(Catatan Intermezo: saya sejauh ini menduga, jangan – jangan proklamasi AS di tanggal 4 bulan 7 berkaitan dengan pengertian mereka tentang QS 47 yaitu surat Muhammad sebagai suatu komposisi optimum untuk membangun generasi manusia yang cerdas lahir dan batin, yang tidak lain adalah komposisi kepribadian optimum manusia yang pemicunya terletak di Kromosom ke-11 di posisi antara 4 dan 7 atau 47 dengan satuan panjang 48, jadi sekitar 3×48=144=12×12. Kromosom kepribadian ini diwariskan melalui jalur Kaum Hawa sebagai aktualitas al-Rahiim yang disimbolikkan sebagai kelembutan Fatimah Az-Zahra. Pada beberapa kesempatan saya menjelaskan pengertian Ahlul Bait kepada seorang teman bahwa yang dimaksud bukan hanya sekedar pertalian darah dengan Rasulullah saja, tetapi siappun yang menjalankan apa yang dipahaminya dengan ikhlas boleh jadi akan menjadi pewaris ilmu kenabian. Pertentangan yang terjadi untuk mengungkapkan makna Ahlul Bait antara Sunni dan Syi’ah sepenuhnya pertentangan antara “yang masih patuh sama pesan Rasulullah (Sunni)” dan “yang mengklaim dari jalur keluarga (Syiah)”. Jadi pertentangan Sunni dan Syi’ah mestinya tak perlu terjadi karena keduanya boleh jadi benar yaitu antara yang taat pesan dan yang menjaga warisan keluarga. Tapi namanya juga sudah diracuni politik kekuasaan dengan hawa nafsu taklid buta dan fanatisme dungu yang membuat Sayyidina Ali Kwj menangis di akhirat. Sejarah Islam memang seperti yang diduga Rasulullah akan terpecah belah, dan seperti perkiraan Rasulullah kepada Sayyidina Ali KWJ, ia akan dirugikan oleh dua kelompok yaitu : yang paling memusuhinya dan paling mencintainya).

Kalau digambarkan, dari sisi kiri dimana rasionalitas disandarkan pada Bilangan 1 sebagai Asumsi Mutlak Benar dari nilai -1 sebagai simbologi Aslim nabi Ibrahim dan simbologi yang aktual dari Ghaibi atau bilangan imajiner, maka gerakkan dari kiri (dari logika) ke arah kanan (intuisi/pengalaman) akan diuraikan dengan 9 tahap penguraian yang tidak lain adalah tahap penguraian langkah Adam Awlia (1,2,3,4,5,6,7,8,9) yang berserah diri atau Aslim.

Dari posisi Aslim Adam Awlia yang diungkapkan kembali sebagai kondisi ruhaniah Nabi Ibrahim a.s ketika ia mencari pengertian Tuhan Yang Maha Esa, Pengetahuan Allah ditetapkan sebagai nilai Asma Ul Husna yaitu 99 dikurangi 1 sampai mencapai suatu ketetapan Allah yaitu 90. Nilai inilah yang disebut sebagai nilai huruf Shaad yang dinyatakan di QS 38:1.

Dari sudut kanan dimana huruf Arab dituliskan, ke arah diagonal ke bawah adalah gerak pengungkapan dengan intuisi, artinya Nabi yang ummi (atau siapapun pewarisnya yang ummi) memahami apa yang disampaikan oleh Jibril tanpa perlu belajar logika dulu atau bahasa Arab dahulu. Namun, gerak intuitif kebawah dari ketetapan Allah menuju ampunan dan taubat (menuju bilangan 9) harus diimbangi dengan gerakkan logis rasional ke arah diagonal dari kiri atas ke kanan bawah menuju titik yang mengembang menjadi lingkaran wujud alias angka NOL. Gerak diagonal yang saling menyeimbangkan ini adalah gerak kesadaran atas waktu yang kelak melahirkan pengertian simbolik 69 dan 96 dengan jumlah 165 yaitu  nilai al-Jumal kalimat Tauhid Laa ilaaha illaa Allah.

Diagonal kanan ke kiri bawah inilah gerak-gerik intuisi dinyatakan baik intuisi yang sesuai dengan kaidah logis maupun celoteh manusia dengan masing-masing bahasanya dan kondisi ruhaninya. Dari sudut kiri, ke kanan bawah menuju titik 0, adalah diagonal logika yang saat itu dikenal sebagai logika Euclids, dimana berbagai parameternya berhubungan dengan diagonal bilangan kembar yaitu 11 yang sebenarnya simbologi dari tanda = “sama dengan” alias Pararel World, dunia sejajar, yang ghaib dan yang nyata alias malaikat bersayap dua-dua, tiga-tiga, empat-empat di QS 35:1 ! Diantara keduanya ada jembatan penghubung sehingga kalau dituliskan menjadi seperti huruf H alfabet. Model seperti huruf H lucunya digunakan Stephen Hawking untuk memodelkan Teori Black Hole nya yang bikin heboh. Lucu juga saya pikir, soale ini mirip saya menautkan kedua jempol kiri dan kanan menjadi jembatan penghubung sambil menegakkan kedua ujung telunjuk saya saling tegak lurus terhadap Ibu jari saya, lalu melihat alam semesta melalui celah berbentuk H itu.

Kesimpulannya, nilai diagonal ke kiri atas sampai ke titik 0 adalah logika yang berkembang dengan kelipatan  11xn dengan nilai n=0,9, sedangkan diagonal intuisi adalah 9xm dimana m adalah 1 s/d 9.  Dari gerak keduanya aktualitas Firman Allah pertama kali dinyatakan sebagai suatu komposisi bilangan prima terkecil yang menghasil prima yaitu 119=7×17. Bilangan 7, simbol X, dan 17 inilah yang menjadi ketentuan ruang waktu kita hari ini.

Secara definitif dari intuisi dan rasionalitas logis manusia yang kondisi ruhaninya seimbang, pengertian 7 sebagai tatanan logis untuk berpikir yang diungkapkan sebagai 7 langit bumi dinyatakan menjadi 7 Asma dan Sifat dan 17 sebagai tatanan alam semesta global (yang terpahami oleh manusia) yang menutup ketitik awal menjadi ketentuan yang mempengaruhi keseimbangan manusia sebagai alam mikro maupun alam semesta makro dengan pembagian 13 dan 4 sebagai taksiran atas realitas maya sebagai hasil dari penciptaan Allah, Rabbul ‘Aalamin sebagai komposisi 4 huruf ALLh(nilai 66) dan 9 huruf Rabbul ‘Aalamin  (nilai 433). Konstruksi alam semesta pun adalah konstruksi yang menyatakan namaNya sebagai Penggerak Pertama Pengetahuan Allah untuk muncul menjadi dasar-dasar ilmu bagi manusia sebagai generasi Adam dan Hawa yaitu Muthaa (Mim Thaa) atau 49 yang kelak diungkapkan sebagai Rasulun Kariim pemilik Arsy yang harus dipatuhi yaitu Muthaain Tsamma Amiiin (simak QS 81:21). Tatanan Muthaa secara fisikal adalah tatanan segi enam sarang tawon yang saling berpasangan.

Pemandu kaidah logis adalah intuisi dari dalam hati yaitu diagonal kanan ke kiri bawah yang berhenti di nilai 9 yaitu harus bertaubat karena bilangan 10 tidak eksis secara real dan harus balik ke bilangan 2 alias 102 yang diucapkan BSM atau lengkapnya Bismillahir al-Rahmaan al-Rahiim, sedangkan pengarah intuisi adalah logika yaitu diagonal dari kiri atas ke arah kanan bawah menuju Nol. Maka gambaran ruang waktu yang terukur pun tercitrakan sebagai gambaran Jam Pasir atau | X | yang di Jawa disebut KALI JAGA, orang Jepang menamakan simbol tersebut sebagai SOGO (bedanya X dikurung tanda kemutlakkan sedangkan orang Jepang melingkari X dan menjadi logo SOGO, orang Mesir membuatnya jadi Jam Pasir, orang Yahudi lantas menamakan diri mereka Israil sebagai lafaz dengan nilai huruf 360+12, alias lingkaran dibagi 12 sebagai nama suku yang tidak lain suku jam dinding yang setiap waktu kita plototin jarumnya. Jadi, YANG NAMANYA BANGSA ASRAIL ATAU ISRAEL atau nama yang mirip-mirip seperti itu SEBENARNYA TIDAK ADA tetapi cuma kiasan yang merujuk kepada umat manusia secara umum yang KEHIDUPANNYA tergantung pada ukuran waktu dan harus tertunduk dengan -1 supaya realitas maujud lingkaran nyata sebagai 360 derajat (Yahoo!) muncul dari titik nukleus. Nama Israil dulu diperkenalkan oleh Nabi Ibrahim a.s dari Babylonia dengan satuan terkecil 60 atau seksi gesimal sebagai kiasan bagi umat manusia yang menggunakan ukuran waktu sehari semalah 12+12 jam alias 24 huruf tauhid yang dilafazkan umat Islam).

Dengan sintesis kiri dan kanan otak kitapun berkembang dengan modus trilateral yang tidak lain merupakan ciri-ciri bahasa Arab yaitu diagonal menyilang, horisontal dan vertikal. Karena itu baik logika maupun intuisi berada dalam keadaan seimbang ketika Wahyu disampaikan oleh malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW seiring dengan lahirnya kesadaran kudus rasul ketika memaknai arti waktu.

Dari kesadaran inilah kelak pengertian ruang waktu kesadaran dinyatakan sebagai sehari disisi Allah=1000 tahun pada QS 22:47, ketetapan Alah sebagai urusan diselesaikan dalam ukuran sehari=1000 tahun QS 32:5, dan ruh kudus menghadap Allah sehari=50000 tahun QS 70:4. Ketiga ayat tersebut sebenarnya berkaitan dengan pengertian yang berhubungan dengan bagaimana manusia saling mencintai, menikah (dan tentunya dengan malam pertama) dan akhirnya melahirkan generasi baru sebagai alam mikro. Gambaran mikro ini diproyeksikan ke arah alam makro yaitu usia manusia secara individu, gambaran tentang usia kehidupan di Planit bumi, serta alam semesta global sebagai alam makro yang citra penampilanya muncul di otak di bagian korteks selebral dengan keadaan psikologis sebagai waktu kita sebagai makhluk yang dihidupkan oleh Allah, al-Hayyu-al-Qoyyum.

Hal yang penting dari matriks 10×10 (see makna QS 10:10) adalah baik logika maupun intuisi harus memenuhi Ketetapan Allah yaitu nilai 90 sebagai nilai huruf Shaad (Qs 38:1). Ketetapan Allah ini berhubungan dengan fenomena realitas kehidupan di Planet Bumi yang dapat diuraikan sebagai komposisi simbolik gerakan Thaasin, Thuwa, dan fenomena alam inderawi lainnya yang mampir dimata, memenuhi hukum -hukum pemantulan cahaya dalam spektrum cahaya tampak (RGB), dan sesuai dengan kaidah keseimbangan tanpa cacat yang tercitrakan dalam bentuk 6 dan 9 sebagai Pesan Tuhan yang sempurna bagi kepentingan manusia untuk diuraikan sebagai bukti bahwa DiriNya ADA secara mutlak, dan makhluk adalah ciptaanNya, yang dididik dam dipelihara olehNya. Ungkapan Allah karena itu disebutkan dengan 9 huruf yaitu   Rabbul ‘Alamin. Di tanah Sunda, ketetapan 90 ini diukir-ukir seperti rambut keriting ikal dan prasastinya ditemukan di Bogor (Cuma katanya belum bisa diungkapkan), bahkan di Persia pun gambaran kaisarnya selalu berambut keriting, termasuk keriting rambut Budha. Satuannya kalau ditulis secara simbolik adalah :

69+96=165, 96+96=192, 69+69=138, dengan jumlah total 495, sedangkan jumlah satuannya 30,30,30 atau 90 (nilai huruf Shaad, QS 38:1).

Tatanan realitas yang dihidupkan dengan 5 jari tangan manusia adalah realitas kesadaran-ruang-waktu karena yang menyadari waktu ini hanyalah manusia yang dinyatakan dengan ukuran-ukuran tertentu dalam bentuk simbol, geometri, bilangan dan huruf dan dijadikan sebagai ketentuan untuk menyatakan Asma, Sifat dan Perbuatan Allah.

Jadi, meskipun Al Qur’an suatu Kitab Wahyu, Allah tidak semena-mena menyampaikan pesan-pesanNya. Mustahil Allah menyembunyikan diriNya dari mata makhluk karena sesungguhnya cuma Dialah Yang Maha Ada, makhluk cuma bayang-bayang yang digerakkan kekiri kekanan dari balik kelir di bawah naungan sinar Mentari atau Bulan, Dialah The Puppet Master.

Kalau Allah menyembunyikan pengetahuanNya, maka sia-sialah semua bentuk makhluk ciptaan karena semua akan bisa menjadi sesat dan tidak mengenal-Nya. Dengan kata lain, Al Qur’an sebagai suatu kitab wahyu adalah produk sintesis lahir dan batin dimana akal pikiran , wa nafsi, dan hati manusia dapat selaras dengan niat awal mula Allah menetapkan urusanNya, melalui malaikatnya (QS 32:5). Wahyu Ilahi yang diterima Muhammad adalah pesan yang paling optimum bagi manusia maupun bagi jin dari golongan manusia, yang sesuai dengan fenomena kehidupan di Planet Bumi dan bisa dijelaskan baik dengan logika maupun citarasa. Kalau ada yang masih mengira Alif Laam Mim Raa tidak bisa ditafsirkan maka celakalah manusia karena telah melalaikan akal pikiran maupun hatinya sebagai anugerah yang mestinya digunakan untuk memahami pesan-pesan Allah dan menjadi Khalifah yang mengelola Planet Bumi dengan potensinya masing-masing.

Kalau kita gambarkan, gerakkan logika ke intuisi maupun sebaliknya dalam diuraikan sebagai suatu komposisi logis:

1——————>2

Sedangkan gerakkan Intuisi adalah gerakkan yang menjadi landasan dari realitas yang akhirnya akan dituliskan dan diucapkan dengan lidah manusia yaitu gerakkan 234.

1——————->2

                     -

            - 

    -

3——————->4

Gerak logika juga mengikuti gerakkan intuisi pada diagonal dari 123, sedangkan gerakkan dari posisi logika akan menutup ke arah 134 dan 124. Yang menarik terdapat suatu gerakkan pengungkapan dari 2 ke 1 atau 21 dan dari 21 ke 132. Jadi posisi secara keseluruhan akan menutup satu sama lain dimana pada bagian 23 dan 32 terjadi gerakkan dua arah naik turun mengikuti suatu aturan tangga nada yang secara logis menguraikan 7 langkah bagaimana manusia menjembatani intuisi menjadi logis. Dari arah posisi diagonal kanan atas ke kiri gerakkan logis juga bolak balik dari posisi 1 ke 4 menuju 2 yaitu gerakkan 142.

Fondasi gerakkan sebenarnya secara logis adalah dari 1 ke 2 atau 12 sebagai penumpu baik yang logis maupun intuisi, sehingga 12 bisa dikatakan sebagai Kreasi Awal dengan 9 langkah atau 129 sebagai suatu ketetapan awal mula yang menatapkan 90 sebagai ketentuan dari realitas yang terpahami baik secara logis maupun intuisi. 12 adalah kalimat Tauhid dengan nilai 165 Laa ilaaha illaa Allaah. (iseng-iseng saya pernah membaca di suatu koran Kanada bahwa jumlah Gunung Berapi di Indonesia yang disebut Ring Of Fire ada 129 buah, yang aktif  ada 79 buah. Saya dapet proyek database  dari perusahaan Tol Jalur Lingkar  Jakarta, jumlah pintu tolnya saat itu saya hitung ada 129. Anehnya nama Jakarta nilai al-Jumalnya 623, 3 dijit bilangan dari 6236 ayat AQ).

234 adalah gerakkan pengembangan dari 9 langkah yang tidak lain adalah hamparan maghfirah yang dibentangkan. Dari sini kita pahami kalau 9 adalah gerakkan yang menyatakan ampunan Allah yaitu at-Taubah. Proyeksi tegak lurus dari ketentuan 90 adalah 9 dan 0. Atau kalau kita uraikan dari kanan ke kiri adalah 0 sampai 9 dengan jumlah 45. Check digit dari 45 tidak lain adalah bilangan 9 yang ditempatkan di dijit antara 4 dan 5. Sehingga bilangan yang tersusun menyatakan aktualitas logis dan intuitif yaitu 495.

Gerak penyingkapan dari titik 1, atau kaidah logis adalah 142, dari titik intuisi adalah 2 ke 4 atau 24, dari titik logis juga diuraikan 13 dan 4 sebagai parameter taksiran Ibu Jari dan Telunjuk atau taksiran diagonal 2 dan 3, yang tidak lain adalah Taksiran Prima 2 dan 3 dengan nama modern dilabeli oleh orang Barat sebagai Golback Conjecture. 134 mendeskripsikan tatanan dari posisi tatasurya ke luar, bagaikan ceplok telor setengah mateng, sedangkan 13+4=17 menyatakan ukuran dari kaidah intuisi menjadi logis sampai munculnya tindakan sebagai 7 langit bumi yang kelak diuraikan sebagai tatanan 7 kaidah penguraian logika untuk memahami tatanan realitas makhluk dari benda bermassa sampai dunia kuantum, maupun tatanan yang sifatnya abstraksi suatu proses dari niat sampai munculnya peradaban manusia dengan dasar-dasar Kalimat Tauhid Nabi Ibrahim a.s dan kalimat tauhid yang menyatakan adanya maghfirah dalam sistem kehidupan di Planet Bumi yang tersusun atas komposisi 92 unsur (23×4=92,MHMD) yaitu dengan kalimat Muhammadurrasulullah.

142 adalah gerak pengungkapan ‘Abd Allah sebagai diagonal penyeimbang dari aktualnya maghfirah Allah ( 234) dan alam semesta ciptaan (134). Dari gerak kehambaan ini rahasia waktu terungkapkan sebagai 2 dan 4 yaitu 24, 2+4=6, dan 2×4=8 yang tidak lain menyatakan komposisi wahyu elementer yang dinyatakan sebagai 24+6+8=38, 10 bilangan, 28 huruf hijaiah. Orde kedua dari penguraian bilangan 2 dan 4 adalah :

6×8=48, 6+8=14

Dengan kaidah maksimum dibatasi sampai 7 tatanan pengungkapan maka nilai maksimum diagonal intuitif maupun diagonal logis adalah:

9×7=63 dan 11×7=77

63+77=140

Nilai yang menyatakan aktualitas pengetahuan adalah cahaya yang membelah akal pikiran dan hati dari kegelapan yang secara definitif dinyatakan sebagai 1/140 (jadi kalau kita merobek suatu dinding gelap maka lebar pertama kali cahaya semburat adalah celah selebar = 1/140 satuan yaitu 0,007142857).  Nilai pengalinya adalah 10 pangkat 9 dengan hasil 7142857. 13,12=25 didapat 142+7=149 dan 8+57=65=13×5.

Bilangan 13×5=65 adalah bilangan asal dari matriks 8×8=64 yaitu matriks papan catur. 149 adalah kodefikasi yang menyatakan kaidah 14 dan 9 dari cara menghitung kelipatan bilangan 9 mengggunakan 10 jari. Dan dari bilangan 4 yang nyisip di 149 ini, Pesan Kesempurnaan Allah terbaca sebagai proporsi Golden Ratio dengan pendekatan  4 dijit bilangan 1000 yaitu:

149 adalah 116189, 4 itu adalah bilangan 1618. Penguraian-Nya adalah penguraian 231 sebagai Alif Laam Raa (231), yang merupakan ungkapan transformatif bagaimana 50 neuron otak teraktivasikan secara serempak. Komposisi yang muncul adalah 11 618 9, 11 adalah 5 dan 6 yang dibaca Huwa, 618=329+289 yang dibaca sebagai al-Rahmaan (329) al-Rahiim(289), dan 9 adalah 9 huruf Rabbul ‘Aalamin dengan nilai 433, 9 juga simbologi nomor surat at-Taubah yang tidak mempunyai pembuka Basmalah. Bilangan 9 dapat juga diuraikan menjadi Magic Square 3×3 sebagai hamparan pertama kali realitas akan ditegakkan dengan nilai 15 atau 3×5 sebagai nilai kesadaran yang aktual yang kemudian dinyatakan sebagai 15 hruuf QS 103. Komposisi diatas juga dapat diuraikan sebagai komposisi, 21 dan 3 atau 13 dan 2, alias 119=7×17 dan 618.

Hasil akhirnya sebenarnya adalah gambar tangan yang berdoa yang sudah saya postingkan dahulu dengan kesimpulan :

Sistem Operasi al-Insaan adalah Al Qur’an, Kromosom manusia cara penyusunan dan penguraiannya sama dengan cara penguraian dan penyusunan Al Qur’an, dan sama dengan cara menyusun sistem desimal dan abjad. Sebagai makhluk manusia adalah makhluk ciptaan yang sejatinya LEMAH serta tanpa daya dan upaya yang dianugerahi amanat untuk mengungkapkan siapakah dia dan siapakah PenciptaNya dengan ASLIM (berserah diri).

Manusia adalah bukti Kemahabesaran PenciptaNya, sehingga ketika ia menyebutkan Allahu HU Akbar, sebenarnya manusia itu sedang menyatakan kehambaan dirinya dihadapan Allah dimana dirinya adalah bukti sebagai makhluk ciptaan yang sejatinya lemah, dan tidak mempunyai hak dan wewenang apapun untuk merusak maupun menghancurkan makhluk ciptaan Allah lainnya. Jika tidak, maka ia akan diadzab Allah baik semasa hidupnya maupun kelak di akhirat, secara individual maupun berkelompok, baik ia termasuk beragama maupun tidak. Sebab pokoknya kenapa demikian, karena telah melalaikan anugerah akal pikiran dan hatinya sehigga ia menjadi tidak patuh pada perintah untuk ASLIM dan melanggar prinsip pertama misi penyingkapan yaitu IQRA.

Struktur dasar AQ sangat matematik dan dasar-dasar penguraiannya telah dilakukan oleh umat Islam terdahulu yaitu di zaman keemasan Islam di sekitar abad 1 sampai 7 H dengan lahirnya Jabr Ibn Hayyan, Aljabar, dan sederetan ulama-ilmuwan muslim lainnya. Generasi penerusnya muncul di Eropa melalui Ibn Rusyd dan penjabaran pengetahuannya telah diuraikan oleh para pemikir dan ilmuwan di Eropa. Jadi, Barat yang kita kecam justru telah menguraikan jeroan AQ dengan sadar maupun tidak secara lebih detil dan bermanfaat, dan mereka bisa lebih berhasil membaca dan menulis dengan PENA (QALAM) yang benar meskipun telah menghilangkan sisi maknanya sehingga karakter Kolonisasi (penguasaan manusia atas manusia lainnya) muncul sebagai sisi buruk dari lemahnya iman atau tidak adanya Tuhan di hati mereka kecuali sekedar label kepantasan. Jadi, meskipun nampak maju, namun dalamnya kering kerontang dan tanpa ruh, mereka hari ini justru berjalan kembali mundur untuk mencari makna sejatinya dan nampaknya  mereka pun sudah mulai melirik Islam karena Tha Fact dan Tha Proof yang telah mereka lalukan.

Sebaliknya, Umat Islam di Timur, khususnya di Indonesia dengan cacatan KTP umat Islamnya terbesar di dunia, terancam PEMBUSUKAN akal pikiran dan hati dan KALAU TIDAK SEGERA MAWAS DIRI akan jatuh ke wilayah Al-Kafiruun dan Api Abu Lahab karena telah menyia-nyiakan Telaga Al-Kautsar Rasulullah berupa ilmu pengetahuan, keyakinan tauhid yang lemah, tidak ikhlas, mengabaikan Pertolongan Allah, DAN YANG PALING BERBAHAYA ADALAH CENDERUNG MELAMPAUI BATAS AL-MIZAN DALAM HAL APAPUN JUGA, baik itu aktivitas keagamaan, sosial politik, maupun perdagangan yang suka seenaknya menimbun makanan, bahan bakar, dan berbuat semena-mena dengan mengedarkan makanan. Umat Islam di Timur akan diliputi was-was dan kedengkian hati yang pelan-pelan akan menyebabkan kehancuran dirinya sendiri. Solusinya, penauhidan yang benar akan Ke-Esa-an Allah, menjalankan apa yang sudah dicantumkan didalam Pancasila dengan benar karena semua itu rangkuman dari berbagai hikmah kehidupan, Umat Islam harus kembali kepada AQ dan as-sunah dengan Iqra dan Penyucian Jiwa yang LURUS (Luruskan kembali niatnya, cari guru yang memang benar-benar tahu lahir dan batin) untuk mengaktifkan kembali Kecerdasan Rasulullah di setiap individu Umat Islam yaitu mengaktifkan kembali Al Qur’an sebagai Sistem Operasi Al –Insaan, al-Mukminun  yang al-Mukmin (yang patuh pada perintah dan laranganNya lahir dan batin).

Agama Islam maupun agama lainnya adalah “kendaraan umat manusia atau Perahu Nabi Nuh a.s sesungguhnya untuk mengarungi gelora samudera hawa nafsu menuju kepada Ralitas Absolut dengan selamat”. Agama Islam “aslinya” adalah produk keseimbangan logika dan intuisi pada posisi seimbang tanpa cacat untuk menguraikan Pesan-pesan Pencipta sebagai Allah, Rabbul ‘Aalamin atau Inteligence Being supaya manusia bisa mempertahankan anugerah kehidupannya didalam sistem Planet Bumi sebagai satu-satunya sistem kehidupan di alam abjad dan bilangan dengan kelebihan maupun kekurangannya. Dengan kata lain, bentuk ilmu yang kita pahami kita hari ini yang diuraikan dari Pesan-pesan Ilahi sebenarnya muncul dari ketidaksempurnaan makhluk, namun manusia sebagai bayangan sempurna Penciptanya bisa MENDEKATI Kesempurnaan sebagai Taksiran atau Conjecture dari gerak-gerik jemarinya dengan akal dan hatinya yang menerima ILHAM ILAHI dengan distorsi minimal yaitu dengan memuliakan akhlaknya sehingga semua perilakunya akan pantas untuk menyucikan NamaNya Yang Maha Tinggi (QS 87:1).

Kesimpulan lainnya, silahkan cari dan renungkan sendiri saja kalau memang tertarik untuk lebih bisa Membaca Pesan-pesan CintaNya. O, ya, welcome to Era Tauhid Base Society  atau Knowledge Base Society atau Digital Age .

 “Dan dengarlah  pada hari penyeru menyeru dari tempat yang dekat” (QS 50:41,91)

“..,dan Dia menghitung segala sesuatu satu persatu” (QS 72:28, 100)

“Sesungguhnya Kami menjadikan Al Qur’an dalam bahasa Arab supaya kamu berpikir” (QS 43:3, 46)

“Dan mereka berkata,”Mengapa Al Qur’an tidak diturunkan kepada seorang besar dari salah satu negeri ini?”. 

 “Apakah mereka yang membagi-bagikan rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan di dunia , dan kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian lain beberapa derajat, agar diantara mereka dapat saling membantu satu sama lainya. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.” (QS 43:31-32,149)

“Allah memberi petunjuk kepada cahaya-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan (metafor-metafor) bagi manusia dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu” (QS 24:35, 59)

“Telah bertasbih kepada Allah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi, dan Dia adalah Aziizul Hakiim (Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana) (QS 59:1, 60)

Tgl 3-1-2007, 1427 H, jam 8:57,8+57=65, 57-8=49, 65+49=114

@MND-114912
atmonadi, revised 10-10-2009

No comments:

Post a Comment