Laman

Wednesday, October 10, 2012

Understanding Beyond Logic


Ratusan tahun yang lalu, ketika manusia sudah demikian sumpeknya dibelenggu oleh berbagai macam dogma, datanglah sejumlah pahlawan, salah satunya bernama Decrates. Pahlawan-pahlawan ini kemudian “membebaskan” peradaban manusia melalui supremasi pikiran. Awalnya kegiatan-kegiatan pikiran berkonsentrasi pada dua hal: apa yang bisa dilihat dan apa yang bisa dipegang oleh indra telanjang.

Lama sekali manusia membatasi wilayah pencaharian di dua ruang ini. Sampai kemudian bertemu dengan realita medan magnet dan udara yang keduanya tidak bisa dilihat dan tidak bisa dipegang. Namun kedua-duanya di samping penting, juga amat berpengaruh. Sejumlah teknologi hasil kerja pikiran, memang kemudian bisa membuat manusia bisa “melihat” dan “memegang” keduanya. Terbukti keduanyabisa diukur dengan norma-norma pikiran. Namun, sejalan dengan semakin kompleksnya hidup dan perjalanan manusia, semakin banyak saja segi-segi hidup yang tidak bisa dimasukkan kedalam kotak kecil berupa bisa dilihat dan bisa dipegang.

Dulu, diluar dua kotak ini hanya menjadi wilayah wilayah perjalanan kaum mistikus yang di setiap tradisi diberi judul berbeda, dari judul sufi, yoga, meditasi, zen dan masih ada lagi yang lain. Sekarang bahkan sekumpulan makhluk yang dulunya amat rasional bernama fisikawan pun ikut masuk ke wilayah wilayah ini. Sebutlah konsep dasar yang bernama energi, darimana banyak sekali hal dalam hidup bergantung sekaligus berasal. Kotak bisa dilhat dan bisa dipegang sekali lagi tidak bisa memuaskan sepenuhnya.

Oleh karena itu lahir nama nama besar seperti Albert Einstein, Fritjof Capra, Paul Davies dan masih ada lagi yang lain. Dan kelompok fisikawan ini, semuanya meyakini ada wilayah wilayah beyond logic. Fisikawan brilian bernama Stephen Hawking bahkan menyebut kalau pancaindera hanya bisa menerangkan hal-hal dengan kecepatan material seperti apel. Begitu menerangkan hal hal dengan kecepatan cahaya, ada bagian-bagian pancaindra seperti tidak berdaya.

Itu dunia fisika. Dunia seniman sudah lama bermain main di wilayah beyond logic. Seorang seniman dengan bahasa metaforistiknya bahkan menyebut, ketika kita sudah amat lelah berjalan  amat jauh dengan kata-kata, siap memasuki wilayah-wilayah puncak gunung, tenyata sahabat-sahabat sufi sudah jauh lebih dahulu sampai disana dengan sangat sedikit logika dan sangat sedikit kata. Dunia managemen juga serupa, Edward Deming yang menghabiskan hampir seluruh waktunya di dunia logika melalui statistika, di akhir hayatnya menulis tentang pentingnya the unseen quality. Tidak usah lagi bicara dunia penyembuhan, yang sudah teramat lama dihuni oleh sahabat sahabat yang memahami melampaui pikiran, understanding beyon logic.

Disinari oleh cahaya cahaya kejernihan seperti ini , tiba tiba saja terlintas ide tentang cyclon. Di pinggir cyclon, terdapat putaran-putaran yang teramat keras. Dan melihat demikian kerasnya benturan dan putaran kehidupan manusia(dari bom teroris, perang, angka perceraian yang meningkat, skandal korporasi,dll) ternyata pikiran yang dulu disebut “penyelamat” hanya berhasil membawa kita ke pinggir cyclon. Padahal, wilayah wilayah keheningan dan kejernihan tidak mengenal putaran apalagi benturan, ada pusat cyclon. Sayangnya melalui supremasi pikiran wilayah-wilayah keheningan ini bersifat tidak terjangkau.

Dari sinilah banyak pencari kemudian mencoba memasuki wilayah-wilayah keheningan dipusat cyclon kehidupan. Ada beberapa kelompok yang sempat diidentifikasi disini. Kelompok pertama adalah kelompok yoga, yang mencoba memasuki wilayah wilayah super reason melalui reasoning. Kelompok kedua adalah Zen, mencoba masuk ke wilayah yang sama melalui irrationality. Kelompok ketiga adalah kelompok sufi yang juga masuk ke wilayah yang sama melalui total surrender.

Sahabat-sahabat pencinta yoga mencoba meletakkan hidupnya di atas ide organic unity. Di mana semua serba terhubung dalam sebuah jejaring raksasa. Apa yang kita lakukan ke anggota jejaring lain, akan kembali ke kita dengan ego yang sama. Fritjof Chapra dengan web of life- nya ada di sini. Dimana semua pihak diajak untuk menghubungkan diri(Yoga berasal dari kata to yoke, to join) dengan jejaring kehidupan.

Sahabat-sahabat di dunia Zen terkenal dengan koan-nya. Ia hanya berisi pertanyaan pertanyaan yang tidak masuk akal. Misalnya bagaimana buniy tepuk tangan yang dilakukan dengan sebelah tangan? Fungsi koan memang banyak. Dari yang menunjukkan batas-batas rasional, sampai dengan membuka jalan memasuki super reasoning.

Pejalan-pejalan kaki di jalan Sufi sangat irit logika, apalagi kata-kata. Semua hal, menurut sejumlah sahabat sufi, bisa tertundukkan sepenuhnya melalui keikhlasan dan kepasrahan yang total di depan pemilik hidup. Satu-satunya kata yang sering terucapkan dari bibir mereka hanyalah kebesaran nama Dia.

Ada yang bertanya, “Bagaimana wajah wilayah super reason alias kejernihan dan keheningan?” Salah satu sahabat yang sudah sampai disini bernama Osho, ia pernah menulis: “If some one else can make you happy and unhappy, you are not a master. You are just a slave…, Only a master of oneself can transcend anguish.” Bila ada orang lain yang bisa membuat Anda bahagia apa lagi menderita, Anda bukanlah seorang master, melainkan budak. Hanya seorang master yang bisa mentransformasikan kepedihan yang mendalam. Ada yang tertarik untuk ikut Osho?

No comments:

Post a Comment