Oleh: Mohamad SM
Kenapa diskusi tentang masa depan manusia dan kosmos akan selalu berujung kepada perdebatan yang tiada habis-habisnya. Barangkali itulah sebenarnya sifat alam semesta yang tidak akan pernah selesai, alias abadi selamanya. Kita akan terus bertanya siapakah diri kita sebenarnya fisik atau metafisik dan bagaimana cara membuktikannya. Kita ingin bukti !! Segera!!!
Itulah sifat-sifat manusia yang cenderung terburu-buru seolah-olah tidak sabar menanti masa depan sebenarnya. Padahal usia peradaban yang 10,000 tahun ini tetap menyisakan pertanyaan tentang imortalitas diantara batas-batas mortalitas yang kita hadapi sehari-hari.
Barangkali lebih menarik jika sajikan dalam bentuk diskusi imajiner dengan Aristoteles sang pencipta silogisme berfikir dan Tsai_Lun sang pencipta kertas tempat menuangkan dimensi dimensi logika berfikir kita sebagai pengamat kosmos saat ini dan kita masih tetap sendiri di alam semesta sejauh 13.7 milyar tahun cahaya.
Kenapa diskusi tentang masa depan manusia dan kosmos akan selalu berujung kepada perdebatan yang tiada habis-habisnya. Barangkali itulah sebenarnya sifat alam semesta yang tidak akan pernah selesai, alias abadi selamanya. Kita akan terus bertanya siapakah diri kita sebenarnya fisik atau metafisik dan bagaimana cara membuktikannya. Kita ingin bukti !! Segera!!!
Itulah sifat-sifat manusia yang cenderung terburu-buru seolah-olah tidak sabar menanti masa depan sebenarnya. Padahal usia peradaban yang 10,000 tahun ini tetap menyisakan pertanyaan tentang imortalitas diantara batas-batas mortalitas yang kita hadapi sehari-hari.
Barangkali lebih menarik jika sajikan dalam bentuk diskusi imajiner dengan Aristoteles sang pencipta silogisme berfikir dan Tsai_Lun sang pencipta kertas tempat menuangkan dimensi dimensi logika berfikir kita sebagai pengamat kosmos saat ini dan kita masih tetap sendiri di alam semesta sejauh 13.7 milyar tahun cahaya.
Sumber  referensi : Wikipedia dan lainnya situs sains (bold italic links)
1 
 |        
"Jika umur peradaban manusia baru tumbuh   10.000 tahun  , kenapa manusia 'harus melihat' usia kosmos        sejauh     13.700.000.000  tahun cahaya   ( 13,7 milyar tahun cahaya ) ?"         
 |      |
"Secara matematis besaran 10,000        tahun adalah dapat dianggap sebagai           'titik'        dibanding dengan besaran 13.7 milyar tahun. Itulah fenomena kosmos bahwa        manusia        'harus melihat    titik', yakni fenomena        titik kesadaran semesta materi, energi, ruang dan waktu. Pada saat ini        telah terjadi titik kesadaran semesta, berikutnya adalah apakah titik        kesadaran itu adalah hakikinya 'titik awal'        atau 'titik akhir'. Apakah manusia hanya        melihat sendiri di alam semesta ini, atau bersama-sama mahluk alien lain        di santereo galaksi sana, pertanyaan ini sulit dibuktikan meskipun kita        berhasil mengamati planet planet yang mirip kondisinya dengan bumi, tetapi        perjalanan ruang angkasa secara fisik masih menjadi pertanyaan 'sangat        sangat sangat besar'.  Kembali ke pertanyaan awal, kenapa        spesies manusia yang harus melihat bukan spesies lain yang ada di bumi.                
Disinilah kita perlu berhati-hati dengan angka angka perbandingan yang        luar biasa yang terjadi di alam semesta ini, sama halnya kita harus        berhati-hati menyimpulkan angka luar biasa dari jumlah sel-sel dalam tubuh        sehat kita sekitar          100.000.000.000.000 yang berasal dari 1 zygote hasil        kunjungan 1 spermatozoa yang bertandang ke peraduan 1 sel telur  dan        hanya                     '1(satu) spermatozoa yang terpilih' dari        hasil                            '1(satu) putaran kompetisi 180-400 juta' zat-zat        tipikal pembawa cahaya kesadaran        kehidupan ini. Jika dari perjalanan ruang waktu sejauh 13.700.000.000        tahun cahaya, tercipta bumi yang 1(satu) dan        akhirnya manusia menemukan Sang Pencipta adalah Tuhan Yang Maha Esa, maka         silogisme        mungkin sekali berlaku untuk   1(satu) pengertian kosmos(Universe). 
Cobalah mulai menghitung jumlah sel-sel semua spesies        kehidupan yang ada di bumi dan mulailah membuat klasifikasi dan analisa.        Di bumi ada organisasi sel-sel dan memori yang luar biasa raksasa         dari tanaman dan hewan, apakah di galaksi sana ada? Yakin ? Lantas kenapa        kita harus cepat berspekulasi. Jadi kunci melihat rahasia alam semesta        adalah dari perbandingan angka angka observasi dan gunakan   silogisme."           
 |      ||
Tsai_Lun : 
 |        
"Jika manusia harus melihat        perbandingan luar biasa dari 10,000 tahun dibanding 13.7 milyar tahun,        maka manusia jangan lupa juga perbandingan jumlah kertas yang telah        diproduksi sebagai buku catatan sejarah peradaban manusia. Buku-buku itu        awalnya kosong dan kita terus menerus harus menuliskan realitas fikiran        kita di atas kertas. Jadi seharusnya manusia harus ingat tentang hal ihwal       'kertas kosong', katakan sebagai kondisi '0'        (nol) dan manusia telah menorehkan tulisan di atas kertas kosong tersebut       'kesadaran semesta', katakan sebagai kondisi '1'(U =        universe). Itulah sebabnya manusia harus selalu ingat kondisi        fitrah awalnya dari tiada menjadi ada dan harus siap mengalami kondisi        menjadi tiada kembali."                
 |      |
Mohamad SM : 
 |        
"Saya doakan semoga Guru Tsai Lun        di kehidupan masa mendatang, terlahir kembali tetap sebagai pencipta awal        produksi kertas secara massal, dan hidup secara sempurna di dalam        lingkungan kaisar Ho Ti yang bijaksana. Amien."    
 |      |
 2 
 |        
Mohamad SM : 
 |        "Jika amuba spesies satu sel dan manusia spesies 100 trilyun sel kemudian matahari satu sistem tata surya dan galaksi Bima Sakti 200 milyar sistem tata surya, apakah makna sesungguhnya dari fenomena kosmos ini ? | 
Aristoteles :        
 |        
"Mari        kita observasi, kita buat klasifikasi dan seterusnya kita analisa : 
       Amuba = 1 tata-sel hidup 
       Manusia =    100 exp (+12) tata-sel hidup 
Matahari = 1 tata-surya 
       Bima Sakti   = 200 exp (+9) tata-surya  
Jika diperkirakan ada sekitar 100 milyar sistem        galaksi dan rata-rata per-galaksi ada 100 milyar tata-surya, maka ada 100        exp(+9) x 100 exp(+9) = 100 exp (+20) tata-surya. 
Cobalah kita hitung berapa jumlah tata-sel yang        pernah hidup di bumi, berani menyebut angka 10xp (+20) tata-sel hidup        bahkan mungkin angka 10exp(+33). Bagaimana cara menciptakan satu sel        amuba dari ketiadaan, tampaknya begitu sulit kita fahami secara fisis,        maka angka 10exp(+33) sel hidup adalah sebuah kerendahan hati dari Tuhan        Sang Maha Pencipta untuk menampilkan sifat sains-Nya yang tidak terlihat        tetapi begitu menakjubkan.  
Kenapa kosmos mempunyai  energi massa ruang        waktu yang besar dan kenapa juga kehidupan mempunyai jumlah angka yang        lebih besar lagi ? Jawabannya mungkin densitas kesadaran tertinggi        memerlukan densitas energi masaa ruang waktu  yang cukup untuk        'bermain' dan kita sudah faham bahwa kesadaran itu memerlukan proses        pertumbuhan melalui yang disebut sebagai  proses 'permainan evolusi        kehidupan'. Densitas energi massa ruang waktu bersiklus '1' dan '0'        seperti kita coba fahami dari       Teori Big Bang tetapi        densitas kesadaran kosmos tetap abadi menciptakan suatu pola permainan        energi massa ruang yang "mudah berganti", yakni kondisi '1' dan        '0'.        Itulah sebabnya kita tidak bisa mendefinsikan ruang waktu di luar kosmos        katakan di luar jarak 13.7 milyar tahun cahaya, yang memang '0' alias        belum ada definisinya. Lantas siapa yang akan mendefinsikannya ?  
Kelihatannya  fikiran manusia terlampau rumit memikirkan        batas batas kosmos, sementara bagaimana cara menemukan vaksin virus        penyakit demam berdarah, AIDS dan flu burung masih jauh dari        keterjangkauan pemahaman yang nyata, apa sebenarnya mahluk yang disebut        virus itu ?           
 |      |
 Tsai Lun               
 |        
       "Tampaknya cerita tentang manusia sebagai pengamat kosmos begitu        dominannya sehingga memerlukan ukuran kertas milyaran tahun cahaya bahkan        sebagian harus diproses dan disimpan dalam arsip memori komputer. Saya        akan merencanakan membuat piramida dari bahan kertas seukuran piramida        Giza Mesir. Di puncak piramida kertas tersebut saya akan buat bola kertas        bumi ukuran mini, dan saya akan tuliskan 'kecil' saja  :'Bumi adalah Pusat        Kesadaran Semesta'. Memang saatnya yang tepat untuk memahami arti        kemanusiaan itu sendiri yang jumlahnya melampaui 6 milyar ini."   
 |      |
Mohamad SM : 
 |        
"Jadi        kesadaran semesta itu tampaknya seperti suatu permainan. Jarak yang jauh        adalah sebuah bayang-bayang dari waktu yang panjang tidak terbatas. Massa        yang besar adalah suatu bayang-bayang adanya sumber energi yang lebih        besar dan tidak terbatas. Kita diajak untuk bermain angka pada sisi-sisi        dadu yang bergulir terus menerus. Einstein harus mengakui bahwa jika Tuhan        suka bermain dadu, maka manusia pun pasti lebih suka-suka. Itulah sebabnya        umur manusia itu dibatasi. OK, saya sudah faham".               
 |      |
3. 
 |        
Mohamad SM : 
 |        
"Apakah        usaha-usaha pencarian mahluk-mahluk luar angkasa dan proyek penjelajahan        ruang angkasa perlu dikurangi dan lebih baik difokuskan kepada keperluan        kemanusiaan" ? Saya mencoba memahami dari beberapa artikel        tentang masa depan kosmologi, rasanya semakin absurd alias buntu."   
 |      
 Aristoteles :        
 |        
"Lha,        situ sudah bilang kesadaran manusia itu adalah suatu pola permainan. Siapa        yang bisa menghentikan hobi manusia untuk berjudi. Jika ada 200 exp (+20)        sistem tata-surya, mosok yang nyangkut cuma satu bumi. Cobalah kita        tawar-menawar dan negosiasi yang baiklah. Kira-kira dengan siapalah kita        bernegosiasi agar ada lebih banyak bumi lagi ? Coba tebak, siapa dia ? " 
 |      |
 Tsai Lun        : 
 |        
"Di Cina        kami suka bermain dengan jumlah banyak cahaya lilin pada lampion kertas        yang mendamaikan hati di malam hari. Perjalanan apapun seharusnya memberi        kedamaian hati, di bumi ataupun ke luar angkasa. Bintang-bintang yang jauh        di galaksi sana berkelap-kelip itu sudah cukup mendamaikan hati".            
 |      |
| Mohamad SM : | 
"Jika semua ini tokh cuma permainan '1' dan '0',        buat apa lagi bumi harus banyak-banyak. Nanti kita akan bertemu lagi di        satu bumi lagi, bermain lagi. Mudah-mudahan Sang Maha Pencipta memberi        kesempatan hidup berkali-kali, paling tidak DNA sel tubuh kita berjalan        terus ke depan mengekspresikan kehidupan dari garis keturunan generasi ke        generasi. 
Seharusnya perhitungan sederhana tentang       ketidakmungkinan        perjalanan ruang angkasa memberikan gambaran adanya realitas '1' dan        '0'. Perjalanan peradaban manusia 10.000 tahun di bumi adalah suatu        fenomena, tetapi 10,000 tahun perjalanan ruang angkasa tanpa oksigen        gratis bukan hanya tragedi, tetapi sains harus mendefinsikannya sebagai        '0' untuk jarak yang paling dekatpun sejauh 4.5 tahun cahaya ke Alpha        Centauri.                
Pada akhirnya kita harus mendefinisikan '1' adalah        Tuhan Sang Maha Pencipta. Kita dipelihara oleh Sang Pencipta seolah kita        bermain sama seperti spesies hidup lainnya tetapi sesungguhnya Dia lebih        tahu apa sebenarnya tugas mahluk ciptaannya. Dia Tuhan Maha Pencipta akan        menuntaskan keputusannya di kemudian hari".                   
 |      |
Aristoteles sambil        berjalan-jalan :  
 |        
" Lho, koq anda menjawab pertanyaan anda sendiri.        Dasar Bego !!  OK-lah saya hanya        mengingatkan formula saya yang sederhana, silogisme.        Nah ingatlah jika peradaban manusia terlahir dari sebuah kegelapan        perjalanan manusia di gua gua, maka adalah mungkin kita akan terlahir        kembali lagi dari kondisi yang sama, sebuah 'kegelapan' dimana pembuktian        manusia pertama itu  tidak pernah jelas-jelas sampai sekarang.            
 |      |
4. 
 |        
Mohamad SM : 
 |        
"Saya mencoba memahami apa arti rasa       "marah manusia" yang jumlahnya 6 milyar ini        sepanjang 10.000 tahun peradaban. Jika rasa "marah manusia" berasal dari        sifat-sifat hewani katakanlah dari primata simpanse, lantas dari manakah        asal-muasalnya  rasa "senyum manusia"        itu. Jika "senyum manusia" penuh arti maka "marah manusia" pastilah juga        banyak arti, dan sangat berbeda dengan rasa marah hewani yang mempunyai        satu arti, yakni rasa naluri terancam eksistensinya. Apa sebenarnya arti        rasa "marah manusia" itu ? Lantas siapakah yang sedang tersenyum ?                
 |      
Aristoteles :  
 |        
"Gunakan silogisme saya lagi .  Carilah        persamaan hakiki dari fenomena rasa "marah manusia"        sbb :          
  |      |
Mohamad SM : 
 |        
"Luar biasa silogisme Guru Aristoteles. Lantas        bagaimana caranya mencari lahan baru, bumi baru untuk petualangan manusia        di santereo jagad semesta galaksi ini? Beberapa artikel tentang usaha        pencarian lahan baru untuk bumi baru, saya sudah coba kumpulkan dari        sumber Kompas dibawah ini."                 
 |      |
Tsai Lun : 
 |        
" Saya hanya perlu kertas kosong dan saya        tuliskan "kecil" saja " 
 | |

thx dah di share gan..
ReplyDelete