Laman

Friday, May 25, 2018

INTI AJARAN BUDDHA (EMPAT KEBENARAN MULIA)

Keseluruhan ajaran Buddha dapat dibagi menjadi empat bagian. Empat kebenaran mulia yang ia sebut ARYA SATYA - kebenaran mulia. Yang pertama adalah bahwa hidup yang tidak diteliti/ diselidiki (unexamined) adalah duka/kesedihan, kehidupan yang tidak tercerahkan adalah duka. Itu adalah kebenaran yang paling mendasar, kata Sang Buddha. Mereka yang mengikuti jalan menjadi sadar bahwa kehidupan dapat dijalani dengan dua cara, entah secara sadar atau tidak sadar. Jika engkau hidup tanpa kesadaran engkau akan hidup dalam duka, engkau akan dikuasai oleh naluri yang buta...

Orang terus menjalani hidup melalui fantasi/khayalan, fantasi yang tidak masuk akal. Lihatlah fantasimu sendiri dan mereka semua akan menjadi menggelikan. Tetapi engkau tidak pernah melihat fantasimu sendiri sebagai sesuatu yang menggelikan; itu lebih mudah untuk melihat fantasi orang lain sebagai sesuatu yang menggelikan. Amatilah fantasimu sendiri. Apa yang engkau inginkan dari hidupmu? Untuk apa engkau hidup? Apa saja rencanamu, jadwalmu di bumi ini? Mengapa engkau masih ingin tetap hidup besok? Lihat saja fantasimu. Jika engkau diberi hanya tujuh hari untuk hidup, bagaimana engkau akan memenuhi tujuh hari itu? Dengan apa? Tuliskanlah fantasimu, jangan licik dan jangan menjadi cerdik - jadilah benar-benar jujur. Dan engkau akan mendapatkan semua fantasimu menggelikan. Tapi demikianlah cara orang menjalani hidup.

“Kehidupan ini”, kata sang Buddha, “tidak lain adalah duka.” Dia setuju dengan Socrates. Socrates berkata: “Kehidupan yang tidak diteliti/diselidiki (unexamined) itu tidak layak dijalani.” Dan Buddha berkata: “Kehidupan yang tidak diawasi/diteliti itu tidak lain daripada duka.” Itu adalah kebenaran mulia pertama.

Dan kebenaran mulia yang kedua, orang yang mengikuti jalan (dharma) menjadi sadar akan hal ini: awal dari duka, penyebab dari duka. Penyebabnya adalah keinginan, keinginan untuk lebih banyak.

Pertama, orang mengalami bahwa keseluruhan hidupnya penuh dengan duka, kemudian, ia menjadi sadar bahwa penyebab dari duka itu adalah keinginan. Mereka yang telah melepaskan diri dari roda keinginan tidak berada dalam duka, mereka benar-benar bahagia. Tetapi mereka yang terperangkap di dalam roda itu hancur oleh begitu banyak keinginan.

Kebenaran yang pertama adalah: hidup adalah duka. Kebenaran kedua: penyebab duka adalah keinginan, keinginan untuk lebih banyak lagi. Dan kebenaran ketiga adalah jalan berunsur delapan. Buddha berkata bahwa seluruh pendekatannya untuk mengubah/mentransformasi keberadaanmu dapat dibagi menjadi delapan langkah - jalan berunsur delapan. Dan semua langkah-langkah itu tidak lain daripada dimensi yang berbeda-beda dari satu fenomena: kesadaran yang benar, SAMMASATI. Apa pun yang sedang engkau lakukan, lakukanlah dengan sepenuhnya sadar, waspada, dengan kesadaran. Kedelapan langkah-langkah itu tidak lain daripada penerapan dari kesadaran ke dalam berbagai aspek kehidupan.

Sebagai contoh: jika engkau sedang makan, Buddha berkata untuk makan dengan kesadaran penuh - SAMYAK AHAR. Maka apa pun yang engkau makan itu benar – sadarilah saja. Sekarang lihatlah perbedaannya: agama lain mengatakan, "Makanlah ini, makanlah itu. Jangan makan ini, jangan makan itu." Buddha tidak pernah mengatakan apa yang harus dimakan, apa yang tidak boleh dimakan. Dia berkata, "Apa pun yang sedang engkau makan, makanlah dengan kesadaran penuh. Dan jika kesadaranmu berkata tidak, maka janganlah memakannya. "...

Buddha tidak pernah mengatakan apa yang harus dimakan, apa yang tidak boleh dimakan; dia tidak pernah masuk ke detilnya. Dan itu juga pendekatanku: sadarilah saja.

Demikian pula ia menggunakan metode kesadaran ini untuk hal-hal lain dalam hidup: SAMYAK VYAYAM - usaha benar. Janganlah berusaha terlalu keras dan jangan terlalu sedikit pula. Gunakanlah usaha yang benar untuk segala sesuatunya, usaha yang seimbang, usaha yang tidak mengganggu keheninganmu. Hidup itu seperti berjalan di atas tali: usaha benar dibutuhkan dan kesadaran sehingga engkau tidak jatuh. Setiap saat ada bahaya: jika engkau terlalu condong ke kiri, engkau akan jatuh. Saat mendapatkan dirimu terlalu condong ke kiri, engkau harus condong ke kanan untuk menjaga keseimbangan. Dan ketika engkau condong ke kanan, satu saat tiba engkau mulai merasa bahwa sekarang engkau akan jatuh ke kanan; maka engkau mulai condong ke kiri hanya untuk menyeimbangkan. Ini adalah usaha benar: menjaga keseimbangan.

Kedelapan langkah itu tidak lain daripada penerapan dari hal tunggal - kesadaran. Buddha menyebutnya sebagai perhatian benar. Jangan lakukan apa pun tanpa kesadaran.

Dan yang keempat: DAN AKHIR DARI DUKA. Nirwana, berhentinya duka. Orang yang mengikuti jalan menemukan empat hal: hidup adalah duka, penyebab duka adalah keinginan, metode untuk menyingkirkan duka adalah jalan berunsur delapan, berakar pada dasarnya, utamanya, dalam fenomena kesadaran. Dan yang keempat: jika engkau mengikuti kesadaran engkau akan mencapai lenyapnya duka, engkau akan mencapai nirwana. Buddha berkata: “Ini adalah empat kebenaran mulia.”

PADA AKHIRNYA IA SELAMAT.

Dan orang yang telah bergerak melalui keempat hal ini dan mencapai yang keempat pada akhirnya selamat.

DIA TELAH MENGHANCURKAN DUKA.
DIA BEBAS.

Terbebas dari duka adalah menjadi bebas. Jika engkau tinggal dalam duka, engkau tidak bebas. Jika engkau tetap sedih, betapa pun agungnya engkau menjadi seorang suci, engkau tidak bebas; engkau masih jauh dari tujuannya.

OSHO ~ Dhammapada Vol 6 Chpt 3
---
The whole teaching of Buddha can be divided into four parts. The four noble truths he calls ARYA SATYA - noble truths. The first is that unexamined life is sorrow, unenlightened life is sorrow. That is the most fundamental truth, Buddha says. Those who follow the way, they become aware of it: that life can be lived in two ways, either consciously or unconsciously. If you live unconsciously you will live in sorrow, you will be at the mercy of blind instincts.

People go on living through fantasies, absurd fantasies. You look at your own fantasies and they will all be ridiculous. But you never see your own fantasies as ridiculous; it is easier to see others' fantasies as ridiculous. ...

Watch your own fantasies. What do you want out of your life? What you are living for?

What is your program, your schedule on this earth? Why do you want to still be alive tomorrow? Just look at your fantasies. If you are given only seven days to live, how are you going to fulfill those seven days? With what? Write down your fantasies, don't be cunning and don't be clever - be utterly true. And you will find all your fantasies ridiculous. But this is how people are living.

This life, Buddha says, is nothing but sorrow. He agrees with Socrates. Socrates says: An unexamined life is not worth living. And Buddha says: An unexamined life is nothing but sorrow. That is the first noble truth.

And the second noble truth one becomes aware of if one follows the way is: THE BEGINNING OF SORROW... the cause of sorrow. The cause is desire - desire for more.

First one experiences that his whole life is full of sorrow, then one becomes aware that the cause is desire. Those who have escaped from the wheel of desire are not in sorrow, they are utterly blissful. But those who are caught in the wheel are crushed by so many desires.

The first truth is: life is sorrow. The second truth: the cause of sorrow is desire, desire for more. And the third truth is the eightfold way. Buddha says that his whole approach of transforming your being can be divided into eight steps; that is called the eightfold way. And all those steps are nothing but different dimensions of a single phenomenon:
right mindfulness, SAMMASATI. Whatsoever you are doing, do it absolutely consciously, alertly, do it with awareness. Those eight steps are nothing but applications of awareness into different aspects of life.

For example: if you are eating, Buddha says, eat with full awareness - SAMYAK AHAR. Then whatsoever you eat is right - just be aware. Now see the difference: other religions say, "Eat this, eat that. Don't eat this, don't eat that." Buddha never says what to eat, what not to eat. He says, "Whatsoever you are eating, eat with full awareness.

And if your awareness says no, then don't eat it."...
Buddha never says what to eat, what not to eat; he never goes into details. And that's my approach too: just be aware.
And likewise he uses this method of awareness for other things in life: SAMYAK VYAYAM - right effort. Don't make too much effort and don't make too little either.

Right effort for everything, a balanced effort, effort which does not disturb your tranquility. Life is like walking on a tightrope: right effort is needed and awareness so that you cannot fall. Each moment there is danger: if you lean too much towards the left you will fall. Finding yourself leaning too much to the left you have to lean towards the right to keep balance. And when you lean towards the right a moment comes, you start feeling that now you will fall towards the right; then you start leaning towards the left just to balance. This is right effort: keeping balanced.

All those eight steps are nothing but applications of a single thing - awareness. Buddha calls it right mindfulness. Don't do anything unconsciously.

And the fourth: AND THE END OF SORROW - nirvana, cessation of sorrow. The man who follows the path finds four things: life is sorrow, the cause of sorrow is desire, the method to get rid of sorrow is the eightfold path, rooted basically, essentially, in the phenomenon of awareness. And the fourth: that if you follow awareness you will attain to the cessation of sorrow, you will attain to nirvana. Buddha says: These are the four noble truths.

THEN AT LAST HE IS SAFE.

And one who has moved through all these four and attained to the fourth, he is at last safe.

HE HAS SHAKEN OFF SORROW.
HE IS FREE.

To be free of sorrow is to be free. If you remain in sorrow you are not free. If you remain sad, howsoever great a saint you may be, you are not free; you are still far away from the goal.

OSHO ~ Dhammapada Vol 6 Chpt 3

Sumber: OSHO FB

No comments:

Post a Comment