Oleh:  
Apa yang membuat sebuah planet serupa Bumi?
Saat ini, manusia sudah menemukan lebih dari 3500 planet di bintang 
lain. Sebagian di antaranya adalah planet batuan yang seukuran-Bumi. 
Tapi, tidak berarti planet-planet itu mirip rumah kita, Bumi.
Ilustrasi exoplanet yang mengorbit bintang lain. Kredit: ESO/L. Calçada
Untuk membantu kita memahami perbedaan berbagai tipe planet kecil dan
 batuan, para astronom dan pakar kebumian (orang-orang yang belajar 
tentang batuan) berkolaborasi. Mereka meneliti berbagai campuran materi 
di dalam bintang untuk memperoleh informasi tentang planet yang ada di 
bintang-bintang itu.
Penelitian ini menggunakan data pengamatan dari Sloan Digital Sky 
Survey (SDSS) dengan pemodelan interior planet untuk bisa memahami 
keragaman struktur exoplanet kecil yang komposisi utamanya adalah 
batuan. Tujuannya untuk mengetahui apakah planet-planet yang ada di 
bintang-bintang tesebut punya lempeng tektonik atau medan magnetik. 
Selain itu, perbedaan materi pembentuk bintang dan planet-planetnya bisa
 mempengaruhi kemampuan si planet untuk mendukung kehidupan.
Dari 90 bintang yang dipelajari (karena diduga punya planet batuan di
 sekitarnya), ada dua planet yang menarik perhatian. Planet pertama 
dinamai “Janet” dan planet kedua adalah “Oliv”. Keduanya mengitari 
bintang berbeda yakni Kepler 407 yang hampir identik dengan Matahari dan
 Kepler 102 yang luminositasnya sedikit lebih rendah dari Matahari.

Mineral di bintang Kepler 102 dan Kepler 407. Kredit: Robin 
Dienel, Carnegie DTM
Dienel, Carnegie DTM
Ternyata setelah diamati dengan seksama, bintang Kepler 102 lebih 
mirip Matahari sedangkan bintang Kepler 407 mengandung sangat banyak 
senyawa kimia yang kita kenal sebagai silikon.
Lebih dari seperempat penyusun Bumi disusun oleh senyawa kimia yang 
satu ini. Contohnya, pasir yang terbuat dari silikon. Tapi, dari 
penelitian pada bintang induknya, tampaknya planet Janet justru 
mengandung lebih banyak silikon dibanding Bumi.
Diperkirakan, planet Janet kaya dengan mineral garnet (batu delima) 
sedangkan planet Olive justru berkelimpahan mineral olivin (batu mulia 
krisolit aka magnesium besi silikat).
Perbedaan tipis pada kandungan mineral antara Janet dan Olive tampaknya memberi dampak yang cukup besar.
Seandainya Janet punya lebih banyak silikon dari Bumi, maka kecil 
kemungkinan planet ini akan memiliki “lempeng tektonik”. Menurut para 
ilmuwan, lempeng tektonik itu penting untuk kehidupan.
Benua-benua yang ada di Bumi sebenarnya merupakan patahan-patahan 
lempeng batuan yang bergerak, bahkan termasuk yang ada di bawah laut. 
Inilah yang dikenal sebagai Lempeng Tektonik.
Lempeng tektonik memegang peran penting bagi kehidupan di Bumi. Salah
 satu peristiwa yang kita kenal yang disebabkan oleh lempeng tektonik 
adalah letusan gunung berapi. Setiap terjadi letusan, ada semburan 
lelehan materi dari perut Bumi ke permukaan. Dan terjadi daur ulang 
unsur di antara selimut dan kerak Bumi, yang pada akhirnya ikut mengatur
 komposisi atmosfer. Dalam hal ini, materi yang muncul di permukaan saat
 terjadi letusan gunung api berperan untuk menambah oksigen dalam 
persediaan udara.
Tanpa proses geologi di sebuah planet, kehidupan mungkin tak pernah punya kesempatan untuk berevolusi di Bumi.
Dengan mengamati materi di bintang, para ilmuwan bisa mengetahui 
planet mana yang bisa dipilih untuk tujuan misi di masa depan. Khususnya
 untuk misi pencarian kehidupan asing di luar Bumi.
Fakta menarik: Lempeng tektonik bergerak sekitar 16 cm per tahun. Pergerakan ini bisa dilacak dengan menggunakan satelit GPS!
Sumber: Artikel ini merupakan perluasan dari artikel Space Scoop Universe Awareness edisi Indonesia. Space Scoop edisi Indonesia diterjemahkan oleh langitselatan. 
No comments:
Post a Comment