Laman

Saturday, November 10, 2018

Dalam Pertanyaan "Siapakah aku"? Apakah Maksudnya "Aku"? Apakah Itu Berarti Esensi Kehidupan?

"SIAPAKAH AKU?" BUKANLAH BENAR-BENAR PERTANYAAN karena tidak memiliki jawaban; itu tidak dapat dijawab. Ini adalah perangkat ( device : metode yang dibuat untuk tujuan tertentu), bukan pertanyaan. Itu digunakan sebagai mantra. Ketika Engkau terus bertanya di dalam diri, "Siapakah Aku?

Siapakah Aku?" Engkau tidak menunggu jawaban. Pikiranmu akan menyediakan banyak jawaban; semua jawaban itu harus ditolak. Pikiranmu akan berkata, "Engkau adalah esensi kehidupan. Engkau adalah jiwa yang kekal. Kamu Ilahi," dan seterusnya dan seterusnya. Semua jawaban itu harus ditolak: NETI NETI - orang harus terus berkata, "Bukan ini atau itu."

Ketika Engkau menyangkal semua jawaban yang mungkin pikiran dapat sediakan dan rancang, ketika pertanyaan itu tetap benar-benar tidak dapat dijawab, keajaiban terjadi: tiba-tiba pertanyaan itu juga menghilang. Ketika semua jawaban telah ditolak, pertanyaannya tidak memiliki alat penopang, tidak ada pendukung di dalam untuk berdiri lagi. Ini hanya roboh , itu ambruk, itu menghilang.

Ketika pertanyaannya juga telah hilang, maka Engkau mengetahui. Tetapi pengetahuan itu bukanlah jawaban: itu adalah pengalaman eksistensial. Tidak ada yang bisa dikatakan tentang hal itu, atau apa pun yang akan dikatakan akan keliru. Mengatakan apa pun tentang itu adalah memalsukannya. Ini adalah misteri tertinggi, tak terkatakan, tak dapat dijelaskan. Tidak ada kata yang cukup memadai untuk menggambarkannya. Bahkan frasa "esensi kehidupan" tidak memadai; bahkan "Tuhan" tidak memadai. Tidak ada yang cukup untuk mengekspresikannya; sifatnya tidak dapat diungkapkan.

Tapi engkau mengetahui. Engkau tahu persis cara benih mengetahui cara bertumbuh - tidak seperti profesor yang tahu tentang kimia atau fisika atau geografi atau sejarah, tetapi seperti kuncup bunga yang tahu cara mekar/membuka di bawah sinar matahari pagi. Tidak seperti imam/pendeta yang tahu tentang Tuhan; hanya tahu tentang dan tentang , berputar-putar tentang itu.

Pengetahuan berbelit-belit: mengetahui adalah penetrasi langsung. Tetapi saat Engkau langsung menembus ke dalam keberadaan, Engkau lenyap sebagai entitas terpisah. Engkau tidak ada lagi.
Ketika Yang Mengetahui (KNOWER) tidak lebih dari hanya mengetahui. Dan yang mengetahui itu bukanlah TENTANG sesuatu - Engkau sendiri yang mengetahuinya.

Jadi Aku tidak bisa mengatakan, Sander (Si Penanya) apa yang dimaksud "Aku" dalam pertanyaan "Siapakah Aku?" Itu tidak berarti apa-apa! Ini hanyalah alat untuk membawamu ke sesuatu yang tidak diketahui, untuk membawamu kepada sesuatu yang belum dipetakan, untuk membawamu ke sesuatu yang tidak tersedia bagi pikiran. Itu adalah pedang untuk memotong akar pikiran, jadi hanya keheningan pikiran yang tersisa. Dalam keheningan itu tidak ada pertanyaan, tidak ada jawaban, tidak ada yang mengetahui, tidak ada yang diketahui, tetapi hanya mengetahui, hanya mengalami.

Itulah mengapa para mistik tampaknya kesulitan untuk mengungkapkannya. Banyak dari mereka tetap diam karena kesadaran bahwa apa pun yang Engkau katakan itu salah; saat kamu mengatakannya, itu salah. Mereka yang telah berbicara, mereka telah berbicara dengan syarat (kondisi):

"Jangan melekat pada kata-kata kita."

Lao Tzu berkata: "Tao, sekali dijelaskan, tidak ada lagi Tao yang sebenarnya." Saat Engkau mengatakan sesuatu tentang hal itu, Engkau telah memalsukannya, Engkau telah mengkhianatinya. Ini adalah pengetahuan yang intim, tidak dapat dikomunikasikan.

"Siapakah Aku?" berfungsi seperti pedang untuk memotong semua jawaban yang dapat dikelola oleh pikiran. Orang Zen akan mengatakan itu adalah koan, sama seperti koan lainnya. Ada banyak koan, koan terkenal.

Salah satunya adalah: "Cari tahu wajah aslimu." Dan murid itu bertanya kepada sang Guru, "Apakah itu wajah asli?" Dan sang Guru berkata, "Wajah yang Engkau miliki sebelum orang tuamu dilahirkan."

Dan Engkau mulai merenungkan hal itu: "Apakah wajah aslimu?" Tentu saja, Engkau harus menolak semua wajahmu. Banyak wajah akan mulai muncul: wajah masa kecil, ketika Engkau muda, ketika Engkau menjadi setengah baya, ketika Engkau menjadi tua, ketika Engkau sehat, ketika Engkau sakit .... Semua jenis wajah akan berdiri dalam antrian. Mereka akan berlalu sebelum Engkau mengklaim, "Akulah wajah asli." Dan Engkau harus terus menolak.

Ketika semua wajah telah ditolak dan kekosongan yang tersisa, Engkau telah menemukan wajah asli. Kekosongan adalah wajah asli. Nol adalah pengalaman terbaik. Kekosongan - atau lebih tepatnya KETIADAAN - adalah wajah aslimu.

Atau koan terkenal lainnya adalah: "Suara tepukan satu tangan." Sang Guru berkata kepada muridnya, "Pergilah dan dengarkan suara tepukan satu tangan." Sekarang ini adalah jelas merupakan kekonyolan.

Satu tangan tidak dapat bertepuk tangan dan tanpa bertepuk tangan tidak akan ada suara. Sang Guru tahu itu, sang murid tahu itu. Tetapi ketika sang Guru berkata, "Lakukan dan Meditasikan" murid itu harus mengikuti.

Dia mulai melakukan upaya untuk mendengarkan suara tepukan satu tangan. Banyak suara muncul di benaknya: burung-burung bernyanyi, suara air mengalir ... Dia segera bergegas ke Sang Guru; dia berkata, "Aku telah mendengarnya! Suara air mengalir - bukankah itu suara tepukan satu tangan?"
Dan sang Guru memukul kepalanya dengan keras dan dia berkata, "Engkau bodoh! Kembali, bermeditasilah lagi!"

Dan dia terus bermeditasi, dan pikiran terus memberikan jawaban baru: "Suara angin melewati pohon-pohon pinus - tentunya ini adalah jawabannya." Dia terburu-buru!

Semua orang terburu-buru. Tidak sabar dia bergegas ke pintu Sang Guru, sedikit khawatir, takut juga, tapi mungkin ini adalah jawabannya ....

Dan bahkan sebelum dia mengatakan satu hal, sang Guru memukulnya! Dia sangat bingung dan dia berkata, "Ini keterlaluan! Aku bahkan belum mengucapkan satu kata pun, jadi bagaimana aku bisa salah? Dan mengapa Engkau memukulku?"

Sang Guru berkata, "Ini bukan pertanyaan apakah Engkau telah mengucapkan sesuatu atau tidak. Engkau telah datang dengan sebuah jawaban - itu adalah bukti yang cukup bahwa Engkau pasti salah. Ketika Engkau telah BENAR-BENAR menemukannya Engkau tidak akan datang; itu tidak akan perlu. Aku akan datang kepadamu."

Terkadang tahun berlalu, dan kemudian suatu hari itu terjadi, tidak ada jawaban. Mula-mula sang murid tahu bahwa tidak ada jawaban untuk itu, tetapi itu hanyalah pengetahuan intelektual. Sekarang dia tahu dari intinya: "Tidak ada jawaban!" Semua jawaban sudah menguap.

Dan tanda pasti bahwa semua jawaban telah menguap hanyalah satu: ketika pertanyaan itu juga menguap. Sekarang dia duduk diam tanpa melakukan apa-apa, bahkan tidak bermeditasi. Dia telah lupa pertanyaan: "Apa suara tepukan satu tangan?" Tidak ada lagi di sana. Ini adalah keheningan murni.

Dan ada caranya... Terdapat hubungan batin antara seorang Guru dan seorang murid.

Dan sekarang sang Guru bergegas menuju murid itu. Dia mengetuk pintu rumahnya. Dia memeluk murid dan berkata, "Jadi itu sudah terjadi? Inilah dia! Tidak ada jawaban, tidak ada pertanyaan: Inilah dia. Ah, ini!"

OSHO - Ah,This!
---------------------------------------------------------------------
OSHO,

PLEASE, IN THE QUESTION "WHO AM I?" WHAT DOES "I" MEAN? DOES IT
MEAN THE ESSENCE OF LIFE?

"WHO AM I?"IS NOT REALLY A QUESTION because it has no answer to it;it is unanswerable.It is a device, not a question.It is used as a mantra.When you constantly inquire inside, "Who am I? Who am I?"you are not waiting for an answer.Your mind will supply many answers;all those answers have to be rejected.Your mind will say, "You are the essence of life. You are the eternal soul. You are divine," and so on and so forth.All those answers have to be rejected: NETI NETI -- one has to go on saying, "Neither this nor that."

When you have denied all the possible answers that the mind can supply and devise, when the question remains absolutely unanswerable, a miracle happens: suddenly the question also disappears.When all the answers have been rejected, the question has no props, no supports inside to stand on any more.It simply flops, it collapses, it disappears.

When the question also has disappeared, then you know.But that knowing is not an answer: it is an existential experience.Nothing can be said about it, or whatever will be said will be wrong.To say anything about it is to falsify it.It is the ultimate mystery, inexpressible, indefinable.No word is adequate enough to describe it.Even the phrase "essence of life" is not adequate;even "God" is not adequate.Nothing is adequate to express it;its very nature is inexpressible.

When the question also has disappeared, then you know. But that knowing is not an answer: it is an existential experience. Nothing can be said about it, or whatever will be said will be wrong. To say anything about it is to falsify it. It is the ultimate mystery, inexpressible, indefinable. No word is adequate enough to describe it. Even the phrase "essence of life" is not adequate; even "God" is not adequate. Nothing is adequate to express it; its very nature is inexpressible.

But you know. You know exactly the way the seed knows how to grow -- not like the professor who knows about chemistry or physics or geography or history, but like the bud which knows how to open in the early morning sun. Not like the priest who knows about God; about and about he goes, around and around he goes.

Knowledge is beating around the bush: knowing is a direct penetration. But the moment you directly penetrate into existence, you disappear as a separate entity. You are no more.

When the KNOWER is no more then the knowing is. And the knowing is not ABOUT something -- you are that knowing itself.

So I cannot say, Sander, what "I" means in the question "Who am I?" It means nothing! It is just a device to lead you into the unknown, to lead you into the uncharted, to lead you into that which is not available to the mind. It is a sword to cut the very roots of the mind, so only the silence of no-mind is left. In that silence there is no question, no answer, no knower, no known, but only knowing, only experiencing.

That's why the mystics appear to be in such difficulty to express it. Many of them have remained silent out of the awareness that whatsoever you say goes wrong; the moment you say it, it goes wrong. Those who have spoken, they have spoken with the condition:

"Don't cling to our words."

Lao Tzu says: "Tao, once described, is no more the real Tao." The moment you say something about it you have already falsified it, you have betrayed it. It is such an intimate knowing, incommunicable.

"Who am I?" functions like a sword to cut all the answers that the mind can manage. Zen people will say it is a koan, just like other koans. There are many koans, famous koans.

One is: "Find out your original face." And the disciple asks the Master, "What is the original face?" And the Master says, "The face that you had before your parents were born."

And you start meditating on that: "What is your original face?" Naturally, you have to deny all your faces. Many faces will start surfacing: childhood faces, when you were young, when you became middle-aged, when you became old, when you were healthy, when you were ill.... All kinds of faces will stand in a queue. They will pass before your eyes claiming, "I am the original face." And you have to go on rejecting.

When all the faces have been rejected and emptiness is left, you have found the original face. Emptiness is the original face. Zero is the ultimate experience. Nothingness -- or more accurately NO-THINGNESS -- is your original face.

Or another famous koan is: "The sound of one hand clapping." The Master says to the disciple, "Go and listen to the sound of one hand clapping." Now this is patent absurdity:

one hand cannot clap and without clapping there can be no sound. The Master knows it, the disciple knows it. But when the Master says, "Go and meditate on it," the disciple has to follow.

He starts making efforts to listen to the sound of one hand clapping. Many sounds come to his mind: the birds singing, the sound of running water.... He rushes immediately to the Master; he says, "I have heard it! The sound of running water -- isn't that the sound of one hand clapping?"

And the Master hits him hard on the head and he says, "You fool! Go back, meditate more!"
And he goes on meditating, and the mind goes on providing new answers: "The sound of wind passing through the pine trees -- certainly this is the answer." He is in such a hurry!

Everybody is in such a hurry. Impatiently he rushes to the door of the Master, a little bit apprehensive, afraid too, but maybe this is the answer....

And even before he has said a single thing the Master hits him! He is very much puzzled and he says, "This is too much! I have not even uttered a single word, so how can I be wrong? And why are you hitting me?"

The Master says, "It is not a question of whether you have uttered something or not. You have come with an answer -- that is enough proof that you must be wrong. When you have REALLY found it you won't come; there will be no need. I will come to you."

Sometimes years pass, and then one day it has happened, there is no answer. First the disciple knew that there was no answer to it, but it was only an intellectual knowing. Now he knows from his very core: "There is no answer!" All answers have evaporated.

And the sure sign that all answers have evaporated is only one: when the question also evaporates. Now he is sitting silently doing nothing, not even meditating. He has forgotten the question: "What is the sound of one hand clapping?" It is no more there. It is PURE silence.

And there are ways...there are inner paths which exist between a Master and a disciple.

And now the Master rushes towards the disciple. He knocks on his door. He hugs the disciple and says, "So it has happened? This is it! No answer, no question: this is it. Ah, this!"

OSHO - Ah,This!

No comments:

Post a Comment