Laman

Thursday, August 22, 2019

UANG, EMAS & PERAK

Kesehatan diubah menjadi keadilan ketika seorang dokter menggunakan uang yang dia peroleh untuk membayar seorang pengacara - atau untuk menyogok hakim.

Bahkan kita bisa mengubah sex menjadi keselamatan, seperti yang dilakukan para pelacur abad ke-15 ketika mereka tidur bersama laki-laki demi memperoleh uang, yang lantas mereka gunakan untuk membeli pengampunan dari Gereja Katolik.

Uang adalah revolusi mental, dan pengembangannya melibatkan penciptaan realitas antar-subyektif baru yang hanya ada dalam imajinasi bersama orang-orang.

Uang adalah apa pun yang orang-orang bersedia gunakan untuk melambangkan secara sistimatik nilai benda-benda lain demi bertukar barang dan jasa. Uang memungkinkan orang-orang membandingkan secara cepat dan mudah nilai komoditas yang berbeda-beda, secara mudah bertukar satu hal dengan hal lain, dan menyimpan kekayaan secara praktis.

Ada banyak jenis uang. Yang paling diakrabi adalah uang logam, yang merupakan potongan logam yang tercetak standar. Sebelum ditemukan koin, dalam berbagai kebudayaan, sudah ada benda-benda lain sebagai sarana pertukaran, semisal cangkang kerang, ternak, kulit, garam, padi-padian, manik-manik, kain. Cangkang bilalu digunakan sebagai uang selama 4.000 tahun di berbagai tempat di penjuru Afrika, Asia Selatan, Asia Timur, dan Oseania.

Cangkan dan dolar memiliki nilai hanya dalam imajinasi kita bersama. Nilainya tidak ada dalam struktur kimiawi atau warna atau bentuk cangkang dan kertas. Uang bukanlah kenyataan material, melainkan produk psikoligis. Uang bekerja dengan mengubah zat menjadi pikiran.

Namun, mengapa uang berhasil? Karena mereka mempercayai potongan-potongan imajinasi kolektif mereka. Kepercayaan adalah bahan mentah yang digunakan untuk mencetak semua jenis uang.

Dengan demikian, uang adalah sistim kesaling-percayaan yang paling universal dan paling efisien yang pernah diciptakan. Dan, yang menciptakan kepercayaan itu adalah jejaring hubungan politik, sosial, dan ekonomi jangka panjang yang sangat kompleks. "Kita menerima dolar untuk pembayaran, karena kita mempercayai Tuhan dan menteri keuangan AS". Padahal uang dolar itu tidak lebih daripada selembar kertas berwarna-warni dengan tanda tangan menteri keuangan AS di satu sisi, dan slogan "In God We Trust" di sisi lain.

Uang yang paling pertama dikenal dalam sejarah - uang jelai sumer. Uang tersebut muncul pertama kali di Sumer Mesopotamia sekitar 3000 SM - bersamaan dengan munculnya tulisan. Tulisan muncul untuk menjawab kebutuhan kegiatan-kegiatan administrasi. Sementara uang muncul untuk menjawab kegiatan-kegiatan ekonomi yang mulai kompleks.

Uang logam pertama dalam sejarah ditempa pada sekitar 640 SM oleh Raja Alyattes di Lidia, Anatoli barat. Koin-koin ini mengandung emas dan perak dengan berat standar, dan dicetak dengan tanda pengenal: pertama, seberapa banyak logam berharga yang dikandung koin; kedua, tanda tersebut menunjukkan pihak berwenang yang menerbitkan koin dan menjamin kandungannya.

Pada abad ke-1 Masehi, koin-koin Romawi diterima sebagai medium pertukaran di pasar-pasar India. Saking percayanya orang-orang India ini pada Denarius dan citra sang kaisar sehingga ketika para penguasa lokal mencetak koin mereka sendiri, mereka meniru Denarius mentah-mentah, bahkan sampai ke potret sang kaisar Romawi. Para khalifah Muslim mengarabisasi nama ini dan menerbitkan "dinar". Dinar masih merupakan nama resmi mata uang di Yordania, Irak, Serbia, Makedonia, Tunisia, dan beberapa negara lain.

Para saudagar dan penakluk Muslim dan Eropa berangsur-angsur menyebarkan sistim Lidia dan kaidah emas ke segala penjuru Bumi. Pada era modern akhir, seluruh dunia adalah satu zona moneter tunggal, pertama-tama berlandaskan emas dan perak, dan kemudian berlandaskan beberapa mata uang terpercaya seperti Pound Britania dan dolar Amerika.

Orang-orang terus berbicara dalam bahasa-bahasa berbeda, mematuhi penguasa-penguasa berbeda, dan menyembah tuhan-tuhan berbeda, namun semuanya mempercayai emas dan perak dan koin emas dan perak. Tanpa kepercayaan bersama itu, jejaring perdagangan global mustahil terjadi.

Orang-orang Kristen dan Muslim tidak akan bersepakat perkara kepercayaan agama namun tetap saja bersepakat perkara kepercayaan moneter, karena sementara agama meminta kita mempercayai sesuatu, uang meminta kita mempercayai bahwa orang lain mempercayai sesuatu.

Kendati selama ribuan tahun, baik para filsuf, pemikir, dan nabi mencela uang dan menyebutnya sebagai akar kejahatan, namun tidak bisa disangkal bahwa uang juga adalah puncak toleransi manusia. Uang lebih berpikiran terbuka daripada bahasa, hukum dan negara, kode budaya, kepercayaan agama, dan kebiasaan sosial. Uang adalah satu-satunya sistim kepercayaan ciptaan manusia yang bisa menjembatani nyaris setiap jurang budaya, dan tidak membeda-bedakan berdasarkan agama, gender, ras, usia, ataupun orientasi seksual. Berkat uang, bahkan orang-orang yang tidak saling kenal dan tidak saling mempercayai bisa tetap bekerja sama secara efektif.
#Sapiens

@AOS

No comments:

Post a Comment