Laman

Tuesday, December 3, 2019

MENCARI TUHAN

Rabindranath Tagore telah menulis sebuah puisi yang indah. Dia berkata: 'Sejak kelahiran yang tak terhingga aku telah terus mencari Tuhan. Aku tidak tahu berapa banyak jalan yang telah kulalui, berapa banyak perintah agama. Tuhan hanya tahu berapa banyak pintu yang telah kuketuk, berapa banyak guru yang telah kulayani atau berapa banyak yoga dan penebusan dosa yang telah kulakukan. Namun, pada suatu hari, aku akhirnya berhasil mencapai pintu-Nya. Walaupun aku dulu mendapatkan kilasan pandangan dari-Nya, tapi kilasan itu sedekat bintang yang jauh. Pada saat aku sampai di sana, bintang itu telah lama melintas.'

'Tapi hari ini? Hari ini aku berdiri di depan gerbang-Nya. Aku membaca namanya di luar - itu adalah milik-Nya. Aku menaiki tangga dengan begitu gembira bahwa tujuanku tercapai. Aku pegang pengetuk pintu, aku akan mengetuk, lalu .…

Lalu, rasa takut menyergapku! Bagaimana jika pintunya terbuka? Apa yang akan aku lakukan? Dan jika aku bertemu Tuhan - lalu bagaimana? Apa yang akan aku lakukan selanjutnya? Sampai sekarang hanya ada satu tujuan dalam hidup - untuk mencapai Tuhan. Maka tidak akan ada lagi tujuan untuk dikerjakan. Sampai sekarang hanya ada satu obsesi, satu kesibukan – itu semua akan dihancurkan! Dan bagaimana ketika aku telah bertemu dengan-Nya? Maka tidak akan ada apa pun yang tersisa untuk dilakukan, tidak ada masa depan untuk dinantikan, tidak ada perjalanan untuk dilakukan - tidak ada sesuatu pun bagi ego untuk dikerjakan.'

'Ketakutan membuatku gemetar. Aku diam-diam meletakkan pengetuk pintu itu kembali. Begitu lembutnya aku meletakkannya lagi karena takut jika sedikit sentakan bisa menyebabkan suara dan pintunya mungkin terbuka! Lalu aku melepas sepatuku sehingga aku bisa turun tangga tanpa suara. Lalu aku berlari! Aku berlari demi nyawaku sendiri, bisa dikatakan, dan aku tidak pernah melihat ke belakang bahkan sekali pun!'

Di bait terakhir, penyair itu berkata, 'Aku masih sedang mencari Dia. Engkau akan mendapatiku sedang mencari Dia di jalan yang berbeda meskipun aku tahu benar di mana Dia tinggal. Namun aku bertanya kepada orang lain di mana aku bisa menemukan Dia? Dan aku tahu di mana dia tinggal. Aku mencari Dia bahkan sekarang. Jauh sekali di dekat bulan dan bintang-bintang aku melihat-Nya sekilas. Tetapi sekarang aku yakin karena aku tahu Dia akan pergi jauh, sangat jauh pada saat aku tiba. Sekarang aku mencari Dia di semua tempat kecuali satu - di mana Dia tinggal; dan aku tidak pernah pergi mendekatinya. Aku menjaga diriku sendiri... hanya dari Dia!'

Puisi ini adalah pernyataan yang sangat penting, dan menggambarkan dengan tepatnya kondisimu. Jangan pernah berkata engkau tidak tahu di mana Tuhan berada. Dia ada di mana-mana; lalu bagaimana mungkin engkau tidak tahu di mana Dia berada? Jangan pernah mengatakan gemboknya terkunci dan engkau tidak tahu tentang kunci itu, karena kuncinya telah diberikan kepadamu seribu kali, tetapi engkau selalu lupa di mana engkau telah menyimpannya. Engkau meninggalkannya di suatu tempat; diri bawah sadarmu mencoba untuk melarikan diri dari-Nya. Sampai keraguanmu hilang, engkau akan mencari Dia di satu sisi dan kehilangan Dia di sisi yang lain. Engkau akan mengangkat satu kaki untuk melangkah ke arah-Nya dan mengangkat kaki lain ke arah yang berlawanan.

Engkau tetap menghidupkan mitos bahwa engkau adalah seorang pencari, karena itu memuaskanmu dan menenangkan hati nuranimu. Ini memberimu perasaan penting, dengan merasa bahwa engkau bukan orang biasa yang mencari kekayaan atau posisi. Engkau merasa dirimu di atas mereka karena engkau mencari Tuhan, kebenaran, agama. Sementara orang lain terlibat dalam hal-hal yang lebih rendah, engkau telah memilih keberadaan universal yang luas.

Jadi engkau terus menyatakan bahwa engkau sedang mencari-Nya, sementara diam-diam dari dalam batin engkau berusaha melarikan diri dari-Nya. Kecuali jika engkau memahami dan menghadapi dualitas ini di dalam dirimu, engkau tidak akan pernah mampu mencari-Nya.

OSHO ~ The True Name, Chpt 9
---

No comments:

Post a Comment