Laman

Wednesday, May 30, 2012

Hantu

Beberapa pembaca menyarankan mengenai artikel tentang hantu, mayat hidup, hidup sesudah mati dan keabadian.

Artikel ini adalah rangkuman dari keempat tema tersebut. Memilih hantu sebagai judul mungkin tidak terlalu sesuai, tapi kata hantu adalah kata yang paling banyak ditemukan dibandingkan kelima frase lainnya. Kami juga telah membahas mengenai mati suri untuk anda pelajari.

Kelangsungan Hidup 

Manusia adalah mahluk hidup. Tidak diragukan lagi. Sebagai layaknya mahluk hidup, ada sebuah naluri mahluk hidup yang juga dimiliki manusia. Darwin menyebutnya : Survival. Naluri untuk tetap hidup. Keinginan untuk bertahan hidup. Naluri demikian dimiliki segala jenis hewan, dan karenanya kapanpun alam memberi kesempatan untuk hidup, mereka akan memilihnya ketimbang mati.

Hantu, mayat hidup, hidup sesudah mati dan keabadian memiliki satu hal yang sama ini. Ia mencerminkan naluri kita untuk bertahan hidup. Hantu dibayangkan sebagai mahluk yang berupa sisa dari orang yang telah mati hanya saja ia tetap ingin hidup sehingga ia hidup tanpa jasad. Mayat hidup juga demikian, hanya saja jasadnya dipaksakan tetap ikut hidup. Hidup sesudah mati merupakan keinginan untuk tetap hidup dengan jasad yang baru atau yang lama di dunia baru. Keabadian adalah menolak kematian sepenuhnya. Tapi alam semesta bukanlah berjalan sesuai dengan keinginan kita, tapi kita lah yang harus menerima hukum alam semesta. Karena itu mari kita gunakan sains, atau setidaknya akal sehat, untuk menilai tiap point tersebut.

Saat mati, tubuh kita kehilangan kekebalannya. Sistem kekebalan tubuh mencegah kita dari berbagai investasi serangga. Tanpanya, serangga seperti lalat akan dapat bertelur di kulit kita dan menembus ke jaringan lembut. Tubuh mayat hidup akan segera dimangsa oleh ulat-ulat kecil sehingga yang tersisa hanyalah tulang belulang.

Bahkan seandainya kita mampu berlindung dari serangga, mahluk dari dalam yang memakan kita. Tubuh kita saat hidup juga bersimbiosis dengan bakteri. Di usus besar terdapat bakteri yang mencerna sisa makanan menjadi kotoran. Mayat hidup tidak makan, akibatnya sang bakteri kelaparan. Mereka akan memakan kita dari dalam. Dalam tiga hari tubuh menggelembung, empat hari nadi berubah warna, enam hari tubuh semakin membengkak karena gas dari bakteri dan kulit melepuh. Dua minggu setelah mati, jaringan menjadi lebih lembut. Organ dan rongga tubuh meledak dan kuku terlepas pada minggu ketiga. Dan dalam empat minggu, jaringan lembut mencair dan wajah tak terkenali lagi. Bayangkan itu semua terjadi sementara sang mayat masih hidup.

Hal diatas terjadi di ruang tertutup. Udara terbuka akan lebih mempercepat prosesnya, terutama bila kondisinya lembab. Bila udaranya kering, mayat hidup akan mengalami mumifikasi. Ia menjadi mummi. Sel tubuhnya yang mati akan menguapkan seluruh cairannya. Ia tidak akan mampu bergerak sama sekali karena kaku.

Bila kondisi ekstrim yang dialami, fenomena lebih mengesankan terjadi. Bayangkan di siang hari suhu sangat panas, dan di malam hari suhu sangat dingin. Hal ini sering kita rasakan di khatulistiwa. Penguapan sel pada akhirnya menyebabkan tubuh kita terbakar dingin. Mau tahu seperti apa terbakar dingin? Ambil daging tanpa ditutup lalu letakkan di kulkas . Buka kembali kulkas setelah 5 bulan.

Kematian seluruh sel, juga berarti kematian otak dan sel syaraf. Otak mengendalikan pergerakan tubuh, akibatnya ia tidak bergerak. Andai saja otak masih bisa bertahan, bagaimana dengan syaraf indera khususnya perasa sakit? Tanpa syaraf sentuhan, mayat hidup akibatnya tidak dapat merasakan sakit. Sakit itu perlu bagi kita sebagai tanda bahaya kerusakan tubuh. Ada bayi yang terlahir dengan gangguan syaraf sakit sehingga tidak mampu merasakan sakit. Akibatnya ia harus dikurung dari infeksi, sedikit sakit perut, well, dia tidak merasakannya. Akibatnya tidak ada warning dari awal. Lebih parah lagi, ia bisa menggigit lidahnya sendiri!

Tapi bagaimana dengan orang di kubur hidup kembali? Itu trik sulap. Anda sudah nonton di televisi. Tapi yang lebih mengesankan lagi adalah trik seperti yang ditunjukkan di film Romeo dan Julietnya Leonardo di Caprio. Di situ ia meminum racun yang bisa membuat tubuhnya terlihat mati dan seolah bangkit dari kematian. Dan percaya atau tidak, zat demikian memang ada. Namanya tetradoksin, sebuah zat yang dihasilkan ikan buntal dari perairan Haiti. Kontak dengan zat ini menyebabkan kematian seketika, tapi dalam beberapa kasus, dosis yang rendah dapat menyebabkan kondisi mirip mati tapi masih hidup. Artinya, tanda-tanda vital kehidupan menjadi begitu rendah sehingga ia terlihat mati, bahkan oleh dokter.
So, bila mayat tidak mungkin hidup, bagaimana dengan hantu?

Hantu 

Waktu kecil saya pernah disuruh nenek saya untuk menyelipkan daun rumput di atas telinga kiri saya agar saat bermain di waktu hujan rintik-rintik, saya tidak diculik hantu. Sejak itu saya cukup terobsesi dengan hantu karena belum pernah bertemu satupun. Kapanpun ada kesempatan untuk tidur sendirian di rumah kosong, saya akan menawarkan diri. Saya mencat dinding kamar saya dengan gambar-gambar setan yang katanya dapat mengundang hantu. Tapi tetap hingga kini saya tidak bertemu hantu.

Mungkin orang lain pernah. Ada yang bercerita tentang dikejar hantu, melihat bayangan, dsb. Bahkan sejarah kota Pontianak diwarnai hantu. Katanya kota ini dulunya adalah kota hantu yang dibasmi kemudian dijadikan koloni oleh kapal-kapal dagang Arab, India dan Malaysia. Saya melihat satu kelemahan dalam semua cerita ini, mereka semua dapat ditafsirkan secara rasional. Orang dikejar hantu mungkin sebenarnya binatang yang berwarna hitam, begitu juga bayangan, dan kota Pontianak sebenarnya bekas lokasi tempat tinggal sekawanan orang utan (Pongo pygmaeus).

Saya seorang kutu buku dan kamar saya penuh buku sains. Saya mencari penjelasan IPA untuk hantu. Ternyata tidak ada. Yang saya temukan dalam sejarah sains justru sebaliknya, kebodohan orang yang percaya hantu itu sendiri. Dahulu penduduk Bengkulu takut masuk ke hutan karena mengira disana ada hantu, orang yang rasional masuk dan menemukan Refflesia arnoldi. Ia menorehkan namanya di bunga yang ditemukan tersebut. Dan hingga sekarang saya merasa malu ketika melihat nama ilmiah tersebut. Bunga dikira hantu. Di Jawa Barat juga demikian. Penduduk kaki gunung Patuha ketakutan memasuki hutan karena adanya hantu atau sejenisnya. Ilmuan berani masuk dan menemukan danau kawah putih Ciwidey. Ia menorehkan namanya di beberapa tempat di sana. Sebuah simbol yang juga membuat saya malu, terutama karena sekarang kita berdiri di sana dan berfoto.

Foto bisa direkayasa begitu juga video singkat. Bagaimana dengan tayangan reality show? Beberapa waktu lalu pernah ada serial tentang pemburu hantu di beberapa televisi. Ada ciri-ciri khas dari serial seperti ini. Pertama ia melibatkan satu atau sekelompok profesional yang tidak ditunjukkan profesionalismenya sebelumnya. Kedua, film sering direkam dengan kamera tangan yang bergoyang dan gambarnya tidak jelas. Ketiga, mereka tidak menemukan hantu sama sekali, hanya beberapa hal yang bisa diterjemahkan secara rasional sebagai hal yang biasa.

Hal yang sama terjadi di negara maju. Orang di negara maju lebih akan menerima penjelasan rasional dan ilmiah. Jadi para pemburu hantu harus menjelaskan kemungkinan keberadaan hantu yang terdengar rasional dan ilmiah. Apa penjelasannya?

1. Gangguan Medan Elektromagnetik. Hal ini berangkat dari penelitian profesor psikologi di Universitas Laurentian, Michael Persinger. Persinger menemukan kalau saat subjek di ekspos dengan pulsa magnetik, mereka sering merasakan keberadaan seseorang di dekatnya. Kita tau ini ilusi karena pengaruh pulsa magnet pada otak dan persepsi, tapi para pemburu hantu tidak demikian. Mereka mengatakan bahwa salah satu ciri kehadiran hantu adalah adanya medan magnet. Ini penalaran yang sepenuhnya terbalik dan tidak logis. Jika A menyebabkan B, belum tentu B menyebabkan A. Anda bisa menemukan ini dalam pelajaran Logika mengenai tabel kebenaran implikasi. Yang ditemukan Persinger adalah jika A maka B, yang disimpulkan para pemburu hantu adalah Jika B maka A. Status kebenarannya False.

2. Menurunnya suhu. Hal ini berangkat dari sebuah gejala fisiologis dimana manusia dapat merinding. Bulu kuduk berdiri saat kita ketakutan. Yang jarang diketahui orang adalah, bulu kuduk juga berdiri saat suhu dingin, terangsang secara seksual atau saat kita terpana atas sesuatu seperti musik yang sangat menyentuh atau film yang sangat mengharukan. Bulu kuduk sebenarnya salah satu bukti evolusi yang ada di tubuh kita. Pernah melihat bulu di punggung hewan yang ketakutan atau marah mendadak berdiri? Itu dia. Merinding disebabkan oleh otot-otot kecil di bagian bawah kulit tepat di bawah akar rambut yang berkontraksi sehingga rambut (bulu) tersebut terangkat. Ia adalah organ vestigial. Tidak ada fungsi bagi manusia sama sekali. Bagi hewan, bulu berdiri bisa menunjukkan pada lawannya kalau ia marah atau menakuti lawannya karena tubuhnya terlihat bertambah besar. Bagi hewan, bulu berdiri juga sebagai penghangat. Dengan berdirinya rambut, maka lapisan udara yang berada di dekat kulit terjebak sehingga ia dapat menjadi isolator kita terhadap dingin. Kita tidak memerlukannya. Kita punya senjata dan pakaian. Tapi bagi leluhur kita, manusia purba, bulu kuduk cukup bermanfaat.

3. Perubahan tingkat radiasi. Ini jelas alasan yang di buat-buat. Radiasi terlalu sering berubah di sekitar kita. Kita hidup di lautan radiasi yang bergejolak. Gelombang radio, ponsel, televisi, cahaya matahari, lampu, nyala kompor gas, semua merupakan sumber radiasi. Dan untuk setiap potong spektrum radiasi kita dapat manfaatkan untuk hidup sehari-hari. Mungkinkah hantu suatu saat dapat dijadikan media komunikasi?
Apa lagi ciri hantu yang umumnya kita dengarkan? Well, mereka tidak terlihat. Masalahnya bila hantu tidak terlihat, begitu juga kita bagi sang hantu. Bagi hantu, kita tak terlihat. Hal ini karena proses melihat terjadi dengan adanya gelombang cahaya tampak yang terpantulkan dari benda ke retina mata kita, dimana ia membentuk citra terbalik dan dikirimkan ke otak yang mengubahnya menjadi citra sesungguhnya
.
Gimana sih Hantu melihat?

Tak terlihat, artinya semua gelombang cahaya yang ada menembus tubuh hantu. Tentu saja, itu artinya cahaya tidak terpantul ke mata orang namun ini juga berarti ia tidak menabrak retina mata hantu. Jadi bila hantu tak terlihat, maka hantu tersebut buta.

Masih ada banyak hukum fisika yang dilanggar oleh hantu. Agar dapat berjalan seperti manusia, hantu harus memberikan gaya ke lantai, yang akan bereaksi dengan arah berlawanan (ingat hukum Newton III). Namun hantu juga bisa menembus dinding dan manusia, yang berarti menunjukkan mereka tidak dapat menghasilkan gaya aksi.

Bila ia tidak terlihat ia akan tampak seperti uap. Seorang teman menyebutnya penguapan energi, sesuatu yang sangat tidak sesuai secara definisi. Tapi hey, ini adalah naluri. Di zaman kuno, para manusia purba di udara dingin belum tahu karbon dioksida ada. Saat seseorang menghembuskan napas di waktu malam, udara keluar dari mulut atau hidung. Itu seperti sebuah energi hidup. Sesuatu yang berbentuk uap berada di dalam tubuh kita. Dan saat orang itu mati, udara itu tidak keluar lagi. Rohnya pergi!

Dan ada setumpuk pertanyaan lainnya yang harus dijelaskan oleh mereka yang percaya hantu ada. Bagaimana hantu makan, bernapas, berkembang biak, dan semua ciri mahluk hidup yang kita ketahui dari biologi.

Jelas bagi saya kalau hantu hanyalah khayalan dan cerminan dari diri kita sendiri sebagai mahluk hidup. Ia cermin dari betapa otak mampu menipu kita sendiri. Ya. Semua bukti tentang keberadaan hantu ternyata bersifat kesaksian. Dari cerita hingga potret atau video. Cerita bisa saja jujur tapi belum tentu benar, karena orang tersebut tertipu. Baik ia ditipu temannya yang menyamar jadi pocong atau ia tertipu pikirannya saat ia ketakutan dan bisa juga karena ia melihat hantu dalam mimpi. Dalam mimpi apa saja bisa. Dan belum lagi pengaruh gangguan syaraf seperti epilepsi. Para ilmuan bahkan bisa membuat seseorang merasa ada di luar tubuhnya sendiri sejauh 3 meter (Brugger et al, 1994).

Tidak ada alasan rasional untuk percaya hantu ada, dan tidak ada penelitian ilmiah yang menunjukkan hantu ada. Ia hanya cerminan sifat mahluk hidup di diri kita, keinginan untuk bertahan hidup.

Di sisi lain, anak-anak sering ditakuti dengan hantu. Usia dibawah 4 tahun masih sulit membedakan yang nyata dengan khayalan. Mereka percaya dan ketakutan dengan gambaran hantu yang jahat. Ahli psikologi menyarankan agar anak di masa ini diberi penekanan positif, jika memang kita harus bicara hal-hal yang imajiner. Bayangkan hantu itu baik, setan yang lemah lembut, naga yang pengasih atau monster yang penyayang. Teknik yang aneh tapi efektif dibanding menekankan sifat negatif mahluk imajiner. Tentu yang lebih baik adalah bicara hal yang nyata.

Keabadian 

Dengan menginovasi Hantu, manusia merasa sedikit aman. Hei, paling tidak kalau saya mati saya tidak akan lenyap begitu saja. Saya bisa jadi hantu. Tapi hidup selamanya bukanlah hal yang menyenangkan sama sekali.

1. Pada suatu saat, dalam waktu yang abadi, anda akan terjebak dan tidak dapat keluar selamanya. Saat gempa terjebak di bawah tanah dan tidak ada satu orang pun sampai kapanpun membebaskanmu, karena manusia pada akhirnya akan punah juga. Lihat bagaimana nasib fosil. Bayangkan fosil itu anda yang masih hidup. Jika manusia lain juga abadi seperti anda, maka anda harus berhadapan dengan habisnya sumber daya dan populasi yang terus bertambah. Melahirkan anak dilarang dan semua orang menjadi impoten/mandul.

2. Waktu akan terasa berlalu begitu cepat. Saat kamu kecil bagimu waktu satu jam sangat lama, saat remaja ia terasa sedikit lebih cepat, saat kamu dewasa satu jam terasa lebih cepat lagi. Bayangkan jika umurmu 1000 tahun. T.L. Freeman (1983) bahkan sudah membuat rumusnya. Satu menit bagi orang berusia 100 tahun terasa hanya enam detik baginya. Bila usiamu 1000 tahun, maka 50 tahun hanya terasa beberapa tahun saja bagi anda. Bila usiamu 100 ribu tahun, 50 tahun hanya terasa sehari saja. Bila usiamu 1 juta tahun, hidup seseorang hanyalah seperti kelipan bintang di langit atau lampu di kapal di tengah badai. Tidak ada apapun yang bisa dinikmati, segalanya berlalu begitu cepatnya.

3. Evolusi akan membuat kamu ketinggalan jaman. Manusia akan berevolusi terus seiring waktu sementara anda tetap dalam kondisi asli anda. Bayangkan manusia purba sekarang hidup di sekitar anda. Tidak ada yang mengerti ucapannya, dan tidak ada yang mau melakukan hubungan seks dengannya, derajatnya dipandang rendah dan terbelakang.

4. Memori anda akan kepenuhan. Data terus masuk ke dalam database, tapi pengalaman dibentuk oleh proses mengingat data tersebut. Otak tidak seperti komputer yang bisa mendelete berkas kapanpun kita tidak membutuhkannya lagi. Berkas tersebut akan terus menumpuk di otak hingga pada gilirannya anda tidak mampu mengingat apapun. Lihat bagaimana pengaruh memory yang kepenuhan di komputer anda, terutama pada RAM yang kecil.

Kesimpulan 

Demikianlah, hantu dan mayat hidup hanya mitos baik dari sisi fisika, kimia dan biologi serta logika. Keabadian bukanlah sebuah hal yang menyenangkan. Mungkin masih ada pertanyaan tersisa seperti : Lalu kemana manusia pergi setelah jasadnya mati? Hal ini berangkat dari satu anggapan purba bahwa manusia memiliki komponen jasad dan jiwa yang terpisah. Istilahnya Dualisme. Ilmuan sebagian besar, jika tidak semuanya, menganggap sebaliknya. Istilahnya Monisme. Kami percaya kalau jasad dan jiwa adalah satu kesatuan. Saat jasad mati maka jiwa juga mati. Kondisinya seperti sebelum anda lahir. Apa yang anda rasakan sebelum anda lahir? Nothing. Karenanya hidup ini begitu berharga, sangat berharga, sehingga setiap terbit mentari adalah sebuah anugerah terindah dalam langkah-langkah kita menuju disintegrasi jasad. Orang-orang yang kamu kenal dan cintai adalah satu-satunya di dunia dan saat terlepas, ia tidak akan pernah kembali lagi pada anda. Maka cintailah mereka, sayangi mereka, begitu juga sesama manusia lainnya. Ini pesan moral monisme. Hidup hanya sekali.

Referensi;
1. Wikipedia. 2010.Interference Theory
5. Sayfan et al. Scaring the Monster Away: What Children Know About Managing Fears of Real and Imaginary Creatures. Child Development, 2009; 80 (6): 1756
6. Wikipedia. 2010. Reproductive Isolation
7. Wikipedia. 2010. Goose bumps
8. Smithsonian Institution. 2010. Why do we get goose bumps?
9. The University of Western Australia. 2005. Forensic Entomology: Use of insects to help solve crime
10. Harrel, E. 2009.Darwin Lives! Modern Humans Are Still Evolving Time Health and Science
11. T. L. Freeman, Why time appears to speed up with age (idea), J. Irr. Res., 1983.
12. Wikipedia. 2010 Putrefaction
13. Wikipedia. 2010. Gut Flora
14. Australian Museum. 2010. Stages of Decomposition
15. Wikipedia. 2010. Mummification
16. Wikipedia. 2010. Desiccation
17. Library of Congress. 2010. What is “freezer burn?”
18. Wikipedia. 2010. Ghosts
19. Wikipedia. 2010. Congenital Insensitivity to Pain
20. Dawkins, R. 1986. The Blind Watchmaker
21. Encyclopaedia Britannica. 2010. Ancient belief in ghosts
22. Brugger et al.1994. Heautoscopy, epilepsy and Suicide. Journal of Neurology, Neurosurgery and Psychiatry, 57(7), p. 838
23. Paul Barber. 1990. Vampires, burial, and death: folklore and reality. Yale University Press
24. Costas J. Efthimiou and Sohang Gandhi. 2007. Cinema Fiction vs Physics Reality: Ghosts, Vampires and Zombies Skeptical Inquirer v. 31, issue 4 (2007), p. 27

Sumber: FaktaIlmiah.com

No comments:

Post a Comment