Beberapa  keyakinan dapat menghalangi pemikiran kritis. Bila anda yakin anda akan  gagal dalam memecahkan sebuah masalah, anda mungkin tidak mau mencoba.  Bila anda tidak mencoba, anda tidak akan memberi kesempatan pada diri  anda untuk belajar dan mengembangkan bakat anda, termasuk bakat berpikir kritis. Mengejutkannya, sebagian besar penelitian telah menemukan kalau percaya bahwa kecerdasan adalah sesuatu yang dibawa sejak lahir, dan tetap tidak berubah sepanjang hidup karena gen, menghalangi orang  dalam beberapa cara yang dapat mempengaruhi kemampuan mereka berpikir  kritis.
“Salah satu hal terbodoh yang dilakukan orang dengan pandangan  kalau kecerdasan itu tetap adalah mengorbankan kesempatan belajar yang  penting saat kesempatan tersebut mengandung resiko mengungkapkan  ketidakpedulian atau membuat kesalahan” (Dweck 2002: 29). Kenapa? Karena  orang yang percaya kecerdasan sepenuhnya tetap lebih cenderung takut  gagal dari pada mereka yang memandang kecerdasan adalah potensi yang  dapat dikembangkan. Mereka takut gagal karena mereka cenderung mengukur  harga diri mereka dengan kecerdasan mereka. Mereka menafsirkan kegagalan  sebagai tanda kalau mereka kurang cerdas. Mereka kemudian bermain aman. 
Orang yang percaya kecerdasan dapat dibentuk cenderung menafsirkan  kegagalan sebagai tanda bahwa mereka tidak memiliki keahlian atau  pengetahuan tertentu. Bukannya dikalahkan oleh kegagalan, mereka sering  terinspirasi untuk mengambil tindakan dan mengambil lebih banyak resiko.  Tanpa resiko, belajar itu mustahil. Dweck mengatakan : “Mahasiswa yang  percaya kalau kecerdasan mereka tetap, terlalu peduli untuk terlihat  pintar sehingga mereka bertindak bodoh..” (2002: 31).
Keyakinan  lain yang dapat menutupi berpikir kritis adalah keyakinan kalau hanya  orang bodoh yang mesti bekerja keras atau kalau orang cerdas belajar  tanpa hambatan (Dweck 2002: 31). Fenomena ini disebut pencacatan diri  (Berglas 1990), dan merupakan kecenderungan untuk melakukan hal-hal yang  akan mencegah anda dari melihat seolah anda memiliki kemampuan yang  rendah, bahkan bila hal ini akan meningkatkan kinerja anda. Saat orang  mencacatkan diri, ini artinya mereka lebih peduli pada bagaimana caranya  terlihat pintar (atau menghindari terlihat bodoh) daripada berusaha  mencapai sesuatu (Dweck 2002: 32). 
Sayangnya, pencacatan diri adalah  sesuatu yang cenderung dilakukan orang cerdas yang percaya dengan  kecerdasan yang tetap karena mereka cenderung percaya segalanya mestinya  mudah bagi mereka. Moral dari kisah ini tampaknya : Bahkan kalau ada  batasan dalam kecerdasan yang diberikan oleh biologi, mempercayai kalau  kecerdasan bersifat potensial yang dapat dikembangkan, akan seringkali  menjadi perbedaan besar antara dua orang yang sama cerdasnya yang  pemikiran kritisnya tidak sama.
Referensi
Berglas, S. 1990. Self-handicapping: Etiological and diagnostic considerations. In R. L. Higgins (Ed.), Self-handicapping: The paradox that isn’t. Plenum.
Dweck, C. S. 2002 Beliefs That Make Smart People Dumb. In Why Smart People Can Be So Stupid, ed. Robert J. Sternberg. Yale University Press.
Sumber: FaktaIlmiah.com 

No comments:
Post a Comment