Laman

Thursday, May 31, 2012

Keyakinan


Oleh Robert Todd Carrol, 2004

Beberapa keyakinan dapat menghalangi pemikiran kritis. Bila anda yakin anda akan gagal dalam memecahkan sebuah masalah, anda mungkin tidak mau mencoba. Bila anda tidak mencoba, anda tidak akan memberi kesempatan pada diri anda untuk belajar dan mengembangkan bakat anda, termasuk bakat berpikir kritis. Mengejutkannya, sebagian besar penelitian telah menemukan kalau percaya bahwa kecerdasan adalah sesuatu yang dibawa sejak lahir, dan tetap tidak berubah sepanjang hidup karena gen, menghalangi orang dalam beberapa cara yang dapat mempengaruhi kemampuan mereka berpikir kritis.

“Salah satu hal terbodoh yang dilakukan orang dengan pandangan kalau kecerdasan itu tetap adalah mengorbankan kesempatan belajar yang penting saat kesempatan tersebut mengandung resiko mengungkapkan ketidakpedulian atau membuat kesalahan” (Dweck 2002: 29). Kenapa? Karena orang yang percaya kecerdasan sepenuhnya tetap lebih cenderung takut gagal dari pada mereka yang memandang kecerdasan adalah potensi yang dapat dikembangkan. Mereka takut gagal karena mereka cenderung mengukur harga diri mereka dengan kecerdasan mereka. Mereka menafsirkan kegagalan sebagai tanda kalau mereka kurang cerdas. Mereka kemudian bermain aman. 

Orang yang percaya kecerdasan dapat dibentuk cenderung menafsirkan kegagalan sebagai tanda bahwa mereka tidak memiliki keahlian atau pengetahuan tertentu. Bukannya dikalahkan oleh kegagalan, mereka sering terinspirasi untuk mengambil tindakan dan mengambil lebih banyak resiko. Tanpa resiko, belajar itu mustahil. Dweck mengatakan : “Mahasiswa yang percaya kalau kecerdasan mereka tetap, terlalu peduli untuk terlihat pintar sehingga mereka bertindak bodoh..” (2002: 31).

Keyakinan lain yang dapat menutupi berpikir kritis adalah keyakinan kalau hanya orang bodoh yang mesti bekerja keras atau kalau orang cerdas belajar tanpa hambatan (Dweck 2002: 31). Fenomena ini disebut pencacatan diri (Berglas 1990), dan merupakan kecenderungan untuk melakukan hal-hal yang akan mencegah anda dari melihat seolah anda memiliki kemampuan yang rendah, bahkan bila hal ini akan meningkatkan kinerja anda. Saat orang mencacatkan diri, ini artinya mereka lebih peduli pada bagaimana caranya terlihat pintar (atau menghindari terlihat bodoh) daripada berusaha mencapai sesuatu (Dweck 2002: 32). 

Sayangnya, pencacatan diri adalah sesuatu yang cenderung dilakukan orang cerdas yang percaya dengan kecerdasan yang tetap karena mereka cenderung percaya segalanya mestinya mudah bagi mereka. Moral dari kisah ini tampaknya : Bahkan kalau ada batasan dalam kecerdasan yang diberikan oleh biologi, mempercayai kalau kecerdasan bersifat potensial yang dapat dikembangkan, akan seringkali menjadi perbedaan besar antara dua orang yang sama cerdasnya yang pemikiran kritisnya tidak sama.

Referensi
Berglas, S. 1990. Self-handicapping: Etiological and diagnostic considerations. In R. L. Higgins (Ed.), Self-handicapping: The paradox that isn’t. Plenum.
Dweck, C. S. 2002 Beliefs That Make Smart People Dumb. In Why Smart People Can Be So Stupid, ed. Robert J. Sternberg. Yale University Press.

Sumber: FaktaIlmiah.com


    No comments:

    Post a Comment