Laman

Tuesday, December 11, 2012

Mengapa Kita Cenderung “Menghakimi”?

Oleh : Jeff Maziarek

Kecenderungan manusia untuk “menghakimi” (yaitu, melabeli, mengkritik, menghukum, dan sebagainya) memainkan peran penting dalam mendorong pemisahan diantara kita. Untuk alasan apa pun, pikiran kita agaknya memiliki apa yang tampaknya menjadi kecenderungan alami untuk memberikan penilaian pada orang, tempat, situasi, dan lain-lain.

Meskipun tidak ada seorang pun yang ingin dianggap menghakimi, sepertinya deskripsi ini membawa konotasi yang sangat negatif, faktanya adalah bahwa semua orang pernah menghakimi. Pada dasarnya adalah mustahil untuk sepenuhnya menghindari melakukan penilaian, karena kenyataannya hampir setiap pikiran kita memiliki beberapa penilaian yang terkait dengannya.

2012 Menurut Legenda Indian Maya

mayanOleh William Hart

Artikel ini saya tulis berdasarkan penelitian tentang kalender suku maya, keakuratannya, dan hal-hal yang berhubungan dengan gejala alam yang terjadi akhir-akhir ini.

Dalam artikel yang dimuat di awal 2004, saya menekankan bahwa kita saat ini berada di putaran matahari terakhir. Periode putaran terakhir ini berlangsung selama 8 tahun, mulai 2004-2012, dan kuberi nama “The Portal”.

Artikelku dilandasi oleh penelitian terhadap kalender suku Maya, yang sudah saya lakukan selama 27 tahun. Dalam system kalender Maya, saya mengamati siklus bintik matahari, transit planet venus dan kaitannya dengan bencana alam yang terjadi.

Rangkaian akhir penelitian tersebut belum saya temukan sampai di tahun 2002. Di tahun itu, saya sadar, tahun 2012 yang katanya merupakan tahun terakhir dalam kalender suku Indian Maya, juga merupakan titik puncak pergerakan matahari dan transit kedua Planet Venus. Penelitian intensif saya terhadap bintik matahari menunjukkan bahwa pergerakan bintik tersebut selama 11 tahun memiliki dampak besar bagi umat manusia. Percaya atau tidak, tapi hal-hal yang terjadi, seperti: perang, bencana alam, sampai pergerakan bursa saham, bergerak sesuai dengan arah bintik matahari!

Monday, December 10, 2012

Mencari Jejak La Galigo

La Galigo adalah sebuah karya sastra yang terbentang sepanjang zaman. Epos yang panjangnya melebihi Mahabharata ini berisi kisah di abad lalu, yang sempat menjadi kepercayaan di antara masyarakat Bugis di Sulawesi Selatan. Sayangnya, gerakan pemurnian ajaran agama, prasangka dan pula modernisasi telah bersekutu menggempur “kesaktian” warisan budaya ini. Akibatnya, karya sastra ini kini hanya dikenal di kalangan akademisi. Padahal, La Galigo memiliki kekuatan yang mengejutkan. Sebuah hajat besar bulan Maret lalu digelar di Kabupaten Barru untuk menghidupkan kembali roh Sureq Galigo. Ikuti laporan wartawan TEMPO Yusi A. Pareanom langsung dari Bumi Celebes untuk menjejaki keajaiban Sawerigading.

Mencari Agama Merengkuh Sains

Hampir 100 tahun yang silam, tepatnya 30 Juni 1905, Albert Einstein menyerahkan draft paper, bukan sebuah buku tebal, yang ia kerjakan di waktu senggang. Kepada penerbitnya, Einstein bercanda semoga draft itu layak diumumkan, jika pun memang ada ruang yang sisa. Paper berkepala Zur Elektrodynamik Bewegter Körper (Tentang Elekrodinamika Benda-benda Bergerak) itu muncul di jurnal Annalen der Physik 17:891, 1905. Isinya terutama adalah reaksi terhadap eksperimen Michelson-Morley yang menguji keberadaan “luminiferous ether” sebagai medium penjalaran cahaya, sekaligus perluasan ide transformasi Lorentz dan teori gelombang elektromagnetik Maxwell. Di sana disimpulkan bahwa ether tak perlu ada, dan bahwa kecepatan cahaya selalu sama, tak peduli sumber cahaya atau si pengamat bergerak saling menjauh atau mendekat. Ringkasnya, paper itu berisi pemikiran yang meleceh akal sehat:  pandangan tentang ruang waktu nisbi yang mendobrak persepsi ruang-waktu mutlak Newtonian yang sudah berkuasa lebih dari 3 abad.

Stephen Hawking : Legenda Fisika Penerus Newton dan Einstein

Metrogaya - SUATU ketika, seorang mahasiswa Universitas Cambridge dengan penuh percaya diri menyanggah teori yang dikemukakan Fred Hoyle, seorang fisikawan ternama saat itu pada acara ceramah ilmiah di Royal Society yang sangat prestisius itu. Fred Hoyle yang sering menyampaikan gagasan-gagasannya, mengenai alam semesta di hadap-an publik sebelum diterbitkan dan dibuktikan, merasa gusar karena seluruh hadirin menertawakannya. Ironisnya, mahasiswa tersebut pernah ditolaknya untuk melakukan riset dibawah bimbingannya. Dialah Stephen Hawking, mahafisikawan jenius yang fisiknya lumpuh, namun mampu menjelajahi pikiran alam semesta dari level kuantum sampai asal mula alam semesta.

Beyond a Cave Man

Life is a universe main process which will self-discover and self-declare itself in a game grandstand  what we call it dimensions of space-time and mass-energy and probably it was happened only in One-Earth. Perhaps you will say I am wrong because life could be discovered anywhere in light years distance of million of stars and galaxies. But what is it meant a light year journey for us  and what is it meant 10,000 years civilization  journey, why we hate this improbability phenomena and why we don't understand beyond of 13.7 bya distance ? If universe playing baryon tunes then life playing DNA tunes, we may count total production of baryon and DNA then  we may compare it the huge numbers till now we observe it

Our friends of a 'half-human' of Homo Habilis, Homo Erectus  have gone leaving us,  poorly we've classify them as a 'half-human' or ape-man and we still have good debates and discussions for that arguments, "a half human".  But luckily we still have closed friends of chimpanzee and orangutans, even though  we still classify them as animal yeahh real animal, they have no fragments of a half-human after million years evolution. Yes, actually we're also lucky that life evolution does not create 'a half-human' after long journey of  the primate evolution time-table. So we're here all humans in very very complicated and colorful humanity questions.

Boleh Tidak kita Mencoba Mendefinisikan Jagad Semesta (Universe) ?

Mungkinkah kita mampu mendefinisikan sebuah kata yang bernama Jagad Semesta? Suatu totalitas perjalanan jagad semesta lebih jauh dari 13,700,000,000 tahun-cahaya. Atau mampukah kita mengartikan sebuah kata arti  HIDUP di jagad semesta? Suatu arti perjalanan hidup sejauh  4,500,000,000 tahun sejak zaman eon Hadean di Bumi. Barangkali akhirnya manusia dapat menemukan jawabannya yang ternyata sederhana sama sederhananya seperti kita menghitung tahun demi tahun batas usia kita hidup di bumi ini, kita tumbuh menjadi tua dan kembali menjadi tiada kembali Tetapi kita telah mempunyai suatu perjalanan jiwa yang khas untuk setiap makhluk hidup, khususnya sang manusia. Perjalanan kehidupan manusia adalah perjalanan pernuh warna-warni dari perjalanan kesadaran semesta, dan adalah fitrah manusia selalu akan mencari arti kehidupan di Satu-Bumi ini, barangkali juga manusia akhirnya menemukan 1(satu) makna siklus jagad semesta.

Manusia dan Kosmos

Observasi 1 : Maha Kebisuan Semesta  

Cerita manusia sejak dari zaman batu tatkala mulai belajar membuat api sampai dengan zaman milenium kesadaran digital saat ini, adalah kejadian paling fenomenal di jagad alam semesta sejauh 13.7 milyar tahun cahaya ini. Karena kesadaran manusia itu adalah seperti vektor-vektor kesadaran semesta jagad raya yang menyinari kegelapan dari 'segala kebisuan semesta'.

Ruang-waktu dan massa-energi akan menjadi vektor-vektor jika kita mulai mencari asal-muasalnya dari mana, kenapa harus ada ruang-waktu, kenapa harus kita rasakan massa-energi, kemudian kenapa kita harus menyadarinya mulai dari peristiwa Ledakan Besar. Katakanlah kesadaran kita merupakan salah satu vektor di alam semesta ini. Sama halnya dengan evolusi baryon (proton+netron) yang menghasilkan milyaran bintang-bintang yang menyinari dengan 'cahaya lilinnya' kepada maha kegelapan semesta ini ( 70% energi gelap menguasai semesta), maka kesadaran semesta adalah vektor-vektor 'zat sadar bersinar' yang akhirnya akan mencari dan  menemukan kembali Sang Pencipta-nya.

Makna 10.000 Tahun Peradaban Manusia

Oleh: Mohamad SM

Kenapa diskusi tentang masa depan  manusia dan kosmos akan selalu berujung kepada perdebatan yang tiada habis-habisnya. Barangkali itulah sebenarnya sifat alam semesta yang tidak akan pernah selesai, alias abadi selamanya. Kita akan terus bertanya siapakah diri kita sebenarnya fisik atau metafisik dan bagaimana cara membuktikannya. Kita ingin bukti !! Segera!!!


Itulah sifat-sifat manusia yang cenderung terburu-buru seolah-olah tidak sabar menanti masa depan sebenarnya. Padahal usia peradaban yang 10,000 tahun ini tetap menyisakan pertanyaan tentang imortalitas diantara batas-batas mortalitas yang kita hadapi sehari-hari.

Barangkali lebih menarik jika sajikan dalam bentuk diskusi imajiner dengan Aristoteles  sang pencipta silogisme berfikir dan Tsai_Lun sang pencipta kertas tempat menuangkan dimensi dimensi logika berfikir kita sebagai pengamat kosmos saat ini dan kita masih tetap sendiri di alam semesta sejauh 13.7 milyar tahun cahaya.

7 Fenomena Ajaib yang Terjadi dalam Pikiran Manusia


1. Deja Vu

Deja vu adalah pengalaman tertentu akan sesuatu yang sedang berlangsung di mana anda sudah mengalaminya atau melihat situasi baru itu sebelumnya - anda merasa seolah-olah peristiwa telah terjadi atau sedang mengulanginya. Pengalaman itu biasanya disertai oleh perasaan yang kuat seperti sudah mengenal dan suatu perasaan berupa kengerian, asing, atau aneh. Pengalaman “yang sebelumnya” ini biasanya berhubungan dengan mimpi, tetapi kadangkadang ada suatu perasaan pasti bahwa itu sudah terjadi di masa lalu.