Laman

Saturday, June 2, 2018

PYTHAGORAS : KOSMOS, SAINS dan AGAMA

Pythagoras juga memperkenalkan kata 'Kosmos'.

'Kosmos' berarti keteraturan, ritme, harmoni. Semesta bukanlah kekacauan(chaos) tapi kosmos. Pythagoras telah banyak memberikan kontribusi pada pemikiran manusia, terhadap evolusi manusia. Visinya tentang kosmos menjadi dasar penelitian ilmiah.

Ilmu pengetahuan bisa eksis hanya jika semesta adalah kosmos. Jika semesta adalah kekacauan, tidak ada kemungkinan sains apa pun. Jika hukum berubah setiap hari, setiap saat - suatu hari air menguap pada seratus derajat, satu hari lagi di lima ratus derajat - jika air berfungsi dengan cara yang aneh dan tidak mengikuti keteraturan, bagaimana bisa ada sains?

Ilmu pengetahuan mensyaratkan bahwa semesta berfungsi secara konsisten, dengan cara yang rasional, bahwa semesta itu tidak gila, bahwa jika kita mencari jauh ke dalam semesta, kita pasti akan menemukan hukum - dan hukum tersebut adalah kunci dari semua misteri.

Sama seperti ilmu pengetahuan, berlaku juga bagi agama - karena agama tidak lain adalah ilmu batin. Ilmu luar disebut sains; Ilmu batin disebut agama - tapi keduanya hanya ada dalam kosmos.

Ada hukum dunia batin. Hukum tersebut telah ditemukan sama seperti hukum ilmiah telah ditemukan. Tidak ada hukum ilmiah yang diciptakan, maupun hukum agama yang telah diciptakan. Kebenaran - engkau tidak perlu menciptakannya. Dan apa pun yang engkau ciptakan akan menjadi tidak benar - semua ciptaan adalah kebohongan.

Kebenaran harus ditemukan (discovered, menemukan sesuatu yang sudah ada sebelumnya), tidak diciptakan (invented, dari tidak ada menjadi ada). Einstein menemukan sebuah hukum tertentu; Patanjali juga menemukan sebuah hukum tertentu; Newton menemukan gravitasi, Krishna menemukan rahmat - keduanya adalah hukum. Yang satu milik bumi, yang lain milik langit; Satu milik dunia kebutuhan, yang lain milik dunia kekuasaan. Yang satu milik yang terlihat dan yang lainnya milik yang tak terlihat.

Dengan pandangan kosmos inilah sehingga Pythagoras menjadi pencetus konsep ilmiah tentang dunia. Dia adalah ilmuwan pertama karena dia memberikan dasarnya. Gagasan tentang kosmos harus dipahami, karena tanpa memahaminya engkau tidak akan bisa mengerti apa yang dia bicarakan.

Dunia batin, dunia roh, mengikuti hukum-hukum tertentu, dan hukum-hukum tersebut tidak dapat diubah, semuanya abadi. Karena itu aku sebut seri ini FILOSOFI PERENNIS - filosofi abadi. Hukum-hukum itu tidak terikat waktu, mereka berada di luar waktu. Waktu itu sendiri berfungsi dalam hukum-hukum itu. Jika engkau ingin melakukan sesuatu di dunia luar, engkau perlu mengetahui bagaimana semesta luar berfungsi, karena kecuali jika engkau tahu bagaimana ia berfungsi, engkau pasti akan gagal.

Alam tidak berkewajiban menyesuaikan dirinya dengan dirimu - engkau harus menyesuaikan dirimu dengan alam. Engkau bisa memenangkan alam hanya dengan menyesuaikan dirimu dengan alam. Engkau juga bisa menjadi penakluk, tapi tidak dengan melawan alam - bersama dengan alam, selaras dengan alam. Engkau juga bisa menjadi seorang Master kerajaan batin - tidak dengan melawan hukum tapi selaras dengan hukum-hukum tersebut.

Karena pandangan mistik ini - bahwa dunia itu bukan kebetulan, tidak anarkis, tapi benar-benar sebuah dunia yang harmonis, kosmik, dan teratur - sehingga Pythagoras dapat menemukan banyak hal bagi para pencari. Satu hal yang dia temukan adalah bahwa musik bisa menjadi suasana bagi meditasi. Dia adalah orang pertama yang mengenalkan gagasan itu juga ke Barat. Di Timur kita telah mengenalnya selama berabad-abad, bahwa musik adalah bantuan terbaik untuk meditasi. Mengapa? Karena musik menciptakan keharmonisan di sekelilingmu, dan harmoni di sekitarmu bisa memancing harmoni di dalam dirimu. Jika bagian luarnya harmonis, bagian dalam juga mulai selaras sesuai dengan itu - dan ini sudah sering engkau alami.

Di pasar, engkau merasakan gangguan besar dalam dirimu - dengan kerumunan yang tidak engkau rasakan di rumah. Di pasar- seluruh suasananya adalah anti-musik; Tidak ada harmoni, itu adalah kekacauan. Dan kekacauan luar memprovokasi kekacauan batin.

Musik adalah harmoni - harmoni antara suara dan keheningan. Suara milik bumi, keheningan adalah bagian di alam sana. Musik adalah, sebagaimana Phytagoras mempercayai dan menyebutnya, numinous (membangkitkan emosi spiritual atau iman; misterius atau membuat kagum). Kata 'numinous' berasal dari akar bahasa Latin NUMEN. Ini adalah kata yang sangat penting, sangat mengandung makna. NUMEN berarti anggukan dari atas, sebuah YA dari alam sana.

Musik menciptakan harmoni seperti itu, bahkan Tuhan pun mulai mengangguk padamu, mengatakan ya kepadamu. Musik itu numinous ... tiba-tiba langit mulai menyentuhmu; engkau terlimpahi oleh alam sana. Dan ketika alam sana berada lebih dekat dengan dirimu, saat langkah kaki dari alam sana terdengar, sesuatu di dalam dirimu mendapat tantangan, menjadi sunyi, lebih tenang, lebih hening, sejuk, terintegrasi.

Sebagaimana musik adalah pertemuan dari keheningan dan suara, bagi Pythagoras filsafat adalah pertemuan dari agama dan sains. Konsep filsafatnya adalah perpaduan yang hebat. Dia adalah salah satu pembuat perpaduan terbesar yang pernah ada - dia selalu membawa kutub yang berlawanan bersama-sama dan membuatnya saling melengkapi. Dia adalah seniman hebat dalam menghancurkan kutub yang berlawanan. Di mana pun dia menemukan kutub yang berlawanan, dia mulai mencari sesuatu yang harus menjembatani kutub berlawanan, dan jembatan itu penting.

Agama dan sains telah mengalami konflik selama berabad-abad karena mereka belum mendengarkan Pythagoras. Jika tidak, pertentangan ini tidak akan pernah terjadi. Dan pertentangan ini terbukti adalah salah satu bencana paling fatal. Agama dan sains telah bertarung sebagai musuh; Selama berabad-abad gereja tidak membiarkan sains berkembang dan bertumbuh. Manusia seperti Galileo dan Kepler dan lainnya dihukum.

Agama takut akan sains. Ini bodoh, karena sains hanya bisa membantu agama, sains hanya bisa mempersiapkan dasar bagi ilmu batin. Orang-orang gereja dan paus yang menentang sains berperilaku sangat bodoh - tanpa mengetahui apa yang mereka lakukan.

Kebenaran tidak bisa dihancurkan; Tidak ada yang bisa menghancurkan kebenaran.

Perlahan lahan, sains berkembang, menjadi kuat - itu baik kalau sains menjadi kuat. Tapi sains mulai berperilaku sama bodohnya dengan cara menghancurkan agama. Ini menjadi balas dendam. Selama tiga ratus tahun, aliran utama para pemikir ilmiah telah berusaha menghancurkan agama sekeras mungkin. Mereka telah menyatakan bahwa Tuhan sudah mati. Mereka menyatakan tidak ada jiwa. Mereka telah menyatakan bahwa tidak ada kehidupan setelah kematian. Mereka telah menyatakan tidak ada keberadaan dalam diri manusia. Mereka telah merendahkan manusia menjadi mesin.

Manusia telah kehilangan semua kemegahannya. Manusia tidak bisa merasa berarti lagi. Itu karena pendekatan sains yang bodoh ini, pendekatan sains yang penuh dendam ini, bahwa semua makna telah lenyap dari dunia. Orang hanya menyeret diri mereka sendiri. Tidak ada puisi - tidak ada kemungkinan puisi, karena tanpa Tuhan dunia tidak bisa menjadi kosmos. Maka dunia hanya satu fenomena mekanis; Tidak ada kesadaran di balik itu. Tanpa Tuhan, dunia tidak bisa mengasuh/peduli; dunia tidak bisa menjadi ibumu - ia pasti menjadi netral. Apakah engkau hidup atau mati, alam tidak peduli sama sekali.

Ilmu pengetahuan telah menciptakan gagasan tentang alam yang tidak peduli terhadap manusia. Ini berbahaya, karena manusia sangat kecil dan alam begitu luas. Dan jika semesta maha luas ini benar-benar tidak peduli terhadapmu, bagaimana engkau bisa merasa penting, berarti? Engkau akan merasa sebagai orang asing, orang luar, sesuatu yang kebetulan/terjadi begitu saja.

Dan sains menjadi sangat menonjol sehingga bahkan para filsuf pun mulai mengikuti cara berpikir ilmiah, yang merupakan cara yang sangat berat sebelah. Bahkan para filsuf pun kehilangan pegangan dari pandangan hebat tentang persatuan, kesatuan, semesta yang menjadi rumah kediaman.

Dan filsafat modern telah menjadi hanya satu bayangan dari sains. Ia telah kehilangan kemuliaannya. Ia bukan lagi sains dari segala sains; ia bukan lagi seorang ratu.

Dengan Pythagoras, filsafat adalah puncak tertinggi dari pemahaman, penerbangan tertinggi menuju kebenaran. Satu sayap harus menjadi sains, sayap lain harus beragama.

Bagi Pythagoras, sains adalah pencarian kebenaran di dunia objektif dan agama adalah pencarian kebenaran di dunia subyektif - dan filsafat adalah pencarian akan kebenaran. Jadi sains dan agama seperti dua tangan atau dua sayap. Mereka tidak berlawanan tapi saling melengkapi. Dan dunia akan lebih baik jika kita diingatkannya lagi.

OSHO-Philosophia Perennis, Vol 2
====================================
PYTHAGORAS ALSO INTRODUCED THE WORD 'COSMOS'.
'Cosmos' means order, rhythm, harmony. Existence is not a chaos but a cosmos. Pythagoras has contributed much to human thought, to human evolution. His vision of a cosmos became the very foundation of scientific investigation.

Science can exist only if existence is a cosmos. If it is a chaos, there is no possibility of any science. If laws change every day, every moment -- one day the water evaporates at one hundred degrees, another day at five hundred degrees -- if water functions in a whimsical way and follows no order, how can there be a science?

Science presupposes that existence functions in a consistent way, in a rational way, that existence is not mad, that if we search deep into existence, we are bound to find laws -- and those laws are the keys to all the mysteries.

Just as it is true for science so it is true for religion too -- because religion is nothing but the science of the inner. The outer science is called science; the inner science is called religion -- but both can exist only in a cosmos.

There are laws of the inner world. Those laws have been discovered just as much as scientific laws have been discovered. Neither have scientific laws been invented, nor have religious laws; been invented. Truth is -- you need not invent it And whatsoever you invent will be untrue -- all inventions are lies.

Truth has to be discovered, not invented. Einstein discovers a certain law; Patanjali also discovers a certain law; Newton discovers gravitation, Krishna discovers grace -- both are laws. One belongs to the earth, the other belongs to the sky; one belongs to the world of necessity, the other belongs to the world of power. One belongs to the visible and the other belongs to the invisible.

It is in the vision of a cosmos that Pythagoras became the originator of a scientific concept of the world. He was the first scientist because he provided the very foundation. His idea of cosmos has to be understood, because without understanding it you will not be able to understand what he is talking about.

The inner world, the world of the spirit, follows certain laws, and those laws are unchangeable, they are perennial. Hence I have called this series PHILOSOPHIA PERENNIS -- the perennial philosophy. Those laws are not time-bound, they are beyond time. Time itself functions within those laws. If you want to do something in the outside world, you will need to know how the outer existence functions, because unless you know how it functions you are bound to fail.

Nature has no obligation to adjust to you -- you will have to adjust to nature. You can win nature only by adjusting yourself to nature. You can become a conqueror too, but not against nature -- with nature, in tune with nature. You can become a master of the inner kingdom too -- not against the laws but in tune with those laws.

It is because of this mystic vision -- that the world is not accidental, not anarchic, but an absolutely harmonious, cosmic, orderly world -- that Pythagoras was able to discover many things for the seekers. One thing that he discovered was that music can become the milieu for meditation. He4 was the first to introduce that idea too to the West. In the East we have known it for centuries, that music is the best aid to meditation. Why? because music creates harmony around you, and the harmony around you can provoke harmony within you. If the outside is harmonious, the inside also starts falling in line with it -- and that you have watched many times.

In the marketplace, you feel a great disturbance inside you -- with the crowd you never feel at home. In the market-place the whole atmosphere is anti-music; there is no harmony, it is a chaos. And the outer chaos provokes inside chaos.

Music is a harmony -- it is harmony between sound and silence. Sound belongs to the earth, silence belongs to the beyond. Music is, as Pythagoras believed and called it, numinous. The word 'numinous' comes from a Latin root NUMEN. It is a tremendously significant word, very pregnant with meaning. NUMEN means a nod from the above, a yes from the beyond.

Music creates such a harmony that even God starts nodding at you, saying yes to you. Music is numinous... suddenly the sky starts touching you; you are overwhelmed by the beyond. And when the beyond is closer to you, when the footsteps of the beyond are heard, something inside you gets the challenge, becomes silent, quieter, calmer, cool, collected.

JUST AS MUSIC is the meeting of silence and sound, for J Pythagoras philosophy is a meeting of religion and science. His concept of philosophy is that of a great synthesis. He is one of the greatest synthesizers ever -- he always brings polar opposites together and makes them complementary. He is a great artist in destroying opposition. Wherever he finds opposition he starts searching for something which must be bridging the opposition, and that bridge is important.

Religion and science have been in conflict for centuries because they have not listened to Pythagoras. Otherwise, this division would never have happened. And this division has proved one of the most fatal calamities. Religion and science have been fighting as enemies; for centuries the church did not allow science to develop and grow. People like Galileo and Kepler and others were punished.

Religion was afraid of science. This is stupid, because science can only help religion, science can only prepare the ground for the inner science. The church people and the popes who were against science were simply behaving in a very stupid way -- without knowing what they were doing.

Truth cannot be crushed; nobody can crucify truth.

Slowly slowly, science gained ground, became powerful -- it was good that it became powerful. But it started behaving in the same stupid way by destroying religion. It became a revenge. For three hundred years, the mainstream of scientific thinkers has been trying to destroy religion as hard as possible. They have declared God is dead. They have declared there is no soul. They have declared there is no afterlife. They have declared there is NO inner being in man. They have reduced man to a machine.

Man has lost all grandeur. Man cannot feel meaningful any more. It is because of this stupid approach of science, this revengeful approach of science, that all meaning has disappeared from the world. People are simply dragging themselves. There is no poetry -- there is no possibility of poetry, because without a God the world cannot be a cosmos. Then it is only a mechanical phenomenon; there is no consciousness behind it. Without God, the world cannot be caring; it cannot be your mother -- it is bound to be neutral. Whether you live or die, nature is not concerned at all.

Science has created the idea of a nature indifferent to man. This is dangerous, because man is so small and nature is so vast. And if this vast existence is absolutely indifferent towards you, how can you feel significant, meaningful? You will feel a stranger, an outsider, something accidental.

And science became so prominent that even philosophers started following the scientific way of thinking, which is a very lopsided way. Even philosophers lost hold of that great vision of unity, of oneness, of existence being a home.

And modern philosophy has become just a shadow of science. It has lost its glory. It is no more the science of sciences; it is no more the queen.

With Pythagoras, philosophy was the highest peak of understanding, the highest flight towards truth. One wing has to be science, another wing has to be religion.

For Pythagoras, science is a search for truth in the objective world and religion is a search for truth in the subjective world -- and philosophy is a search for the truth. So science and religion are like two hands or two wings. They are not opposites but complementaries. And the world would be better if we were reminded of it again.
OSHO-Philosophia Perennis, Vol 2

Sumber: OSHO FB

No comments:

Post a Comment