Laman

Wednesday, May 13, 2020

KEMBALI KE AKAR (Bagian 1)

Sosan berkata: Untuk kembali ke akar berarti menemukan maknanya, tetapi menejar wujud-wujud berarti melewatkan sumbernya.
 
Untuk kembali ke akar berarti menemukan maknanya ... apakah tujuan dari seluruh permainan semesta ini? Apakah makna dari semua pepohonan yang bertumbuh ini, dan manusia, hewan-hewan, dan burung-burung? Apakah makna dari bumi dan surga ini? Apakah makna dari keseluruhan ini? Di manakah engkau akan menemukan maknanya?
 
Bagi pikiran, makna haruslah menjadi akhirnya – ke mana semesta ini bergerak haruslah menjadi maknanya, tujuannya. Bagi pikiran, makna haruslah di suatu tempat di tempat tujuan: ke mana kita sedang pergi.
 
Dan sutra Sosan ini mengatakan: Untuk kembali ke akar adalah untuk mencari maknanya ... bukan di masa depan, bukan dalam keinginan dan tujuan, bukan di tempat lain, tetapi ke akarnya. Bukan pada yang akhir tetapi pada yang awal.
 
Cobalah untuk memahaminya. Banyak hal yang harus dipahami. Pertama, jika ada makna itu pastinya berada di dalam benih. Mungkin tersembunyi, tidak terlihat, tetapi pastinya berada di dalam benih, karena tidak ada apa pun yang bisa muncul yang tidak ditemukan di dalam benih. Tidak ada apa pun yang bisa keluar dari kekosongan.
 
Sekalipun ada sebuah tujuan, ia pastinya tersembunyi di dalam benih, sama seperti bunga yang tersembunyi di dalam benih – bunga adalah makna bagi pohon itu. Ketika pohon itu berbunga ia sangat bergembira, ketika pohon itu mekar merekah ia bernyanyi dan menari.
 
Ia telah mencapai, ia berbahagia, bergembira, tidak kekurangan sesuatupun lagi. Bunga itu hanya sebuah kegembiraan, tarian dari pohon itu bahwa “Aku telah mencapai!”
 
Tetapi bunga-bunga itu pastinya ada di suatu tempat di dalam benih, jika tidak, bagaimana bunga-bunga itu bisa bertumbuh? Yang akhir pastinya di dalam yang awal; omega pastinya tersembunyi di dalam alfa. Yesus berkata, “Aku adalah awal dan akhir. Aku adalah alfa dan omega.”
 
Yang awal adalah yang akhir, karena yang akhir mungkin tidak terlihat sekarang ini tetapi ia pasti ada disana. Dan ketika bunga itu ada di dalam benih, engkau tidak perlu menunggu masa depan untuk datang, untuk bunga itu bertumbuh. Engkau bisa menembus yang awal itu sekarang, karena ia disini. Ingatlah, benih itu tidak ada di masa lalu. Benih itu selalu ada di sini dan sekarang di masa sekarang, karena seluruh masa lalu ada di masa sekarang.
 
Tentu saja, seluruh masa depan juga ada di masa sekarang, tetapi masa depan belum terjadi dan masa lalu sudah terjadi, yang awal sudah terjadi. Tembuslah yang awal, bergeraklah ke akar, dan ke sumber, dan makna akan terungkap.
 
Dan engkau membawa benih itu sekarang ini di dalam dirimu -- benih dari segala makna, dari semua kemungkinan, dari semua pintu yang bisa terbuka dan semua misteri yang bisa terjadi. Engkau membawa benih itu! Tetapi jika engkau menunggu masa depan maka itu mungkin tidak akan pernah datang, karena masa depan tidak terbatas dan menunggu akan kehilangan kehidupan, waktu dan energi.
 
Dan jika menunggu menjadi sebuah kebiasaan bunga itu MUNGKIN mekar merekah dan engkau mungkin tidak bisa melihatnya. Karena engkau telah terbiasa menatap masa depan, matamu menjadi terpaku. Kedua matamu tidak bisa melihat yang dekat, kedua matamu selalu bisa melihat yang jauh.
 
Jika untuk banyak kehidupan engkau telah mencari makna di masa depan, dan bunga-bunga mekar merekah, engkau tidak akan bisa melihatnya -- karena melihat tidak tergantung pada bunga itu, melihat tergantung pada mata yang menembus milikmu. Dan engkau tidak memiliki mata yang menembus, jika tidak yang awal selalu ada, benih selalu ada. Engkau bisa melihat kedalamnya.
 
Jika engkau melihat ke masa depan dan menunggu makna diungkapkan di suatu tempat, maka cepat atau lambat engkau akan merasa hidup ini tidak ada maknanya. Itulah yang terjadi di Barat, karena filsafat terus-menerus berpikir bahwa di suatu tempat di masa depan adalah tujuannya.
 
Tampaknya tidak masuk akal untuk berpikir bahwa tujuannya ada di awal. Itu terlihat kontradiktif, karena bagaimana mungkin tujuan ada di awal? Jadi pikiran mengatakan tujuan harus berada di depan, karena pikiran hidup melalui keinginan, bergerak melalui keinginan. Motivasi harus ada di masa depan. Dan sekarang, selama dua ribu tahun terus menerus memikirkan masa depan, pikiran kaum Barat berpikir bahwa tidak ada makna karena masa depan belum tiba.
 
OSHO-The Book Of Nothing #4

No comments:

Post a Comment