Monday, July 26, 2021

Apakah Jiwa Itu Ada? Brian Cox: Fisika Modern Membantah Konsep Jiwa Manusia

Pertanyaan mengenai kehidupan setelah kematian masih menjadi misteri besar bagi umat manusia. Banyak orang yang mengklaim memiliki pengalaman spiritual saat berada di ambang kematian, seperti melihat cahaya terang atau bertemu dengan kerabat yang telah tiada. Pengalaman-pengalaman ini, yang dikenal sebagai near-death experiences (NDE), sering dialami oleh pasien yang mengalami henti jantung atau dinyatakan mati secara klinis selama beberapa saat. 

Beberapa laporan bahkan terdengar dramatis, seperti seseorang yang mengaku pernah bertemu Setan di neraka. Meski demikian, dunia medis cenderung menjelaskan fenomena ini sebagai hasil dari aktivitas otak yang tersisa, kekurangan oksigen, atau reaksi kimia ekstrem yang dipicu oleh trauma.

Namun, fisikawan partikel dan pembawa acara televisi Brian Cox menawarkan perspektif yang jauh lebih fundamental. Menurutnya, konsep jiwa yang dapat hidup setelah tubuh mati bertentangan dengan hukum-hukum fisika yang kita kenal saat ini.

Cox menjelaskan bahwa jika manusia memang memiliki jiwa yang bersifat non-material namun tetap bisa memengaruhi tubuh, maka "jiwa" tersebut pasti harus bisa berinteraksi dengan materi pada tingkat partikel subatomik—karena tubuh manusia tersusun dari partikel seperti elektron, proton, dan neutron. Tapi sampai saat ini, fisika hanya mengenal empat gaya dasar alam semesta: gravitasi, elektromagnetisme, gaya nuklir lemah, dan gaya nuklir kuat. Tak ada satu pun dari gaya ini yang menjelaskan keberadaan entitas seperti jiwa.

Ia menambahkan bahwa para ilmuwan telah melakukan pengukuran dengan akurasi sangat tinggi untuk mencari gaya kelima, tapi hasilnya nihil. Ini menunjukkan bahwa tidak ada bukti eksperimen yang mendukung keberadaan entitas non-fisik yang berinteraksi dengan tubuh manusia, seperti yang diasumsikan dalam konsep jiwa.

Cox menyimpulkan bahwa, secara ilmiah, keberadaan jiwa manusia bisa dianggap telah ditiadakan pada tingkat paling dasar. Jika memang ada sesuatu yang belum terdeteksi, maka entitas tersebut sangatlah halus hingga tak terjangkau oleh instrumen paling canggih yang dimiliki fisika modern.

Sementara itu, para peneliti seperti Neil Dagnall dan Ken Drinkwater dari Manchester Metropolitan University menyatakan bahwa penyebab NDE masih belum bisa dijelaskan secara definitif. Beberapa teori menyebut halusinasi akibat kekurangan oksigen atau kematian sel otak, dan ada pula yang mengusulkan bahwa tubuh sekarat menghasilkan zat halusinogen seperti DMT.

Meskipun belum ada kesimpulan final, penelitian terhadap fenomena mendekati kematian terus dilakukan untuk memahami apakah pengalaman-pengalaman ini hanyalah produk otak—atau mengandung sesuatu yang lebih dalam.


No comments:

Post a Comment