Selama berabad-abad, kita diajarkan untuk memandang alam semesta sebagai sesuatu yang ada terpisah dari diri kita — sebuah ruang besar di “luar sana” yang kita huni dan amati. Namun, pandangan ini mulai goyah ketika para ilmuwan dan filsuf mempertanyakan sifat sebenarnya dari realitas.
Sir John Eccles, ahli saraf peraih Nobel, menyampaikan sebuah gagasan mengejutkan: sebenarnya, di alam semesta tidak ada warna, suara, tekstur, atau aroma secara objektif. Semua kualitas itu sebenarnya “diciptakan” oleh kesadaran kita sendiri. Misalnya, aroma mawar, rasa manis madu, atau rasa sakit karena sengatan lebah hanyalah pengalaman yang muncul dalam pikiran kita — bukan properti benda itu sendiri.
Begitu pula menurut Erwin Schrödinger, salah satu pendiri mekanika kuantum, foton — partikel cahaya — tidak memiliki warna atau cahaya. Warna merah atau biru yang kita lihat sebenarnya adalah hasil cara otak kita memproses sinyal. Dengan kata lain, warna itu muncul di dalam kesadaran kita, bukan di luar.
Ini membawa kita ke pemikiran radikal: apakah alam semesta benar-benar ada tanpa adanya pengamat? Jika tidak ada yang mengamati, apakah galaksi-galaksi berjuta-juta tahun cahaya jauhnya tetap “nyata”? Semua atribut yang kita berikan pada benda-benda fisik — cahaya, panas, massa — bergantung pada adanya sistem saraf dan kesadaran yang mengalaminya.
John Wheeler, seorang fisikawan terkemuka, memperkenalkan konsep “alam semesta partisipatif” di mana pengamat dan yang diamati tidak bisa dipisahkan. Dalam kosmos seperti ini, kita bukan sekadar penonton, tapi turut serta dalam penciptaan realitas.
Ambil contoh sederhana: penglihatan kita. Cahaya yang memantul dari benda-benda memang sampai ke mata, tapi otak kita tidak menyimpan “gambar” nyata seperti foto. Otak hanyalah massa gelap tanpa cahaya, namun kita bisa “melihat” dengan jelas. Bagaimana rangkaian impuls listrik dalam otak berubah menjadi pengalaman visual? Ilmu pengetahuan belum bisa menjelaskan hal ini secara tuntas.
Maka, semua yang kita alami — dari penglihatan hingga rasa dan bau — adalah konstruksi yang muncul dari kesadaran. Dunia yang kita kenal bukanlah sesuatu yang berdiri sendiri, melainkan hasil interaksi antara dunia fisik dan pikiran kita.
Kesadaran bukanlah sebuah “tempat” di otak, melainkan suatu keadaan yang memungkinkan segala pengalaman muncul. Bahkan matematika, sebagai alat pemahaman kita terhadap dunia, adalah produk dari kesadaran manusia. Tanpa pikiran yang sadar, tidak ada pengetahuan, dan tanpa pengetahuan, tidak ada realitas seperti yang kita pahami.
Singkatnya, Anda dan alam semesta adalah satu — karena alam semesta hanya nyata dalam dan melalui kesadaran Anda. Kita bukan makhluk pasif yang mengamati dunia; kita adalah bagian dari proses penciptaan dunia itu sendiri.
Ketika kita mulai memahami hal ini, pandangan kita tentang keberadaan berubah secara mendalam, membuka jalan bagi hubungan yang lebih intim dan penuh makna dengan alam semesta.
No comments:
Post a Comment