
Dalam perkembangan sains modern, salah satu misi yang paling ambisius adalah mengalahkan kematian dan memberikan manusia usia muda abadi. Para ilmuwan gerontologi berpendapat bahwa kematian bukanlah suatu keniscayaan metafisik, melainkan sekadar akibat dari kegagalan teknis dalam tubuh manusia. Jantung berhenti berdetak karena kurangnya pasokan oksigen. Arteri tersumbat oleh timbunan lemak. Sel kanker berkembang akibat mutasi genetik yang keliru. Infeksi mematikan terjadi karena serangan mikroorganisme. Semua ini, menurut mereka, adalah masalah teknis belaka, bukan sesuatu yang tak terhindarkan secara alamiah.
Keyakinan terhadap kemampuan untuk mengatasi kematian ini telah mendorong banyak inovasi besar di bidang teknologi dan biomedis. Pada tahun 2012, perusahaan teknologi raksasa Google menunjuk Ray Kurzweil, seorang futuris ternama, sebagai direktur rekayasa. Setahun kemudian, Google mendirikan anak perusahaan bernama Calico, dengan misi utama "mengatasi kematian". Bahkan sebelumnya, pada tahun 2009, Google telah mempercayakan Bill Maris, seorang pengusaha yang yakin akan kemungkinan hidup abadi, untuk memimpin Google Ventures. Maris, dalam sebuah wawancara pada 2015, menyatakan keyakinannya bahwa hidup hingga usia 500 tahun bukanlah sesuatu yang mustahil. Ia menegaskan bahwa Google Ventures telah menginvestasikan hingga dua miliar dolar AS dalam berbagai startup di bidang "sains kehidupan", termasuk proyek-proyek perpanjangan usia yang ambisius.
Impian untuk mengatasi kematian bukanlah monopoli Google semata. Sosok penting Silicon Valley lainnya, seperti pendiri PayPal, Peter Thiel, juga berbagi keyakinan serupa. Thiel pernah secara terbuka mengakui keinginannya untuk hidup selamanya. Ia menyatakan bahwa dalam menghadapi kematian, ada tiga pendekatan: menerima, mengingkari, atau melawannya. Menurut Thiel, mayoritas masyarakat memilih untuk menerima atau mengingkari kenyataan tersebut, namun dirinya memilih untuk melawan.
Kemajuan di bidang rekayasa genetika, pengobatan regeneratif, dan teknologi nano semakin memperkuat keyakinan akan kemungkinan mengatasi kematian. Sebagian ilmuwan memperkirakan bahwa manusia akan berhasil mengatasi kematian sekitar tahun 2200, atau bahkan lebih cepat pada tahun 2100. Prediksi yang lebih berani datang dari Ray Kurzweil dan Aubrey de Grey, yang memproyeksikan bahwa pada tahun 2050 akan tercapai kemajuan signifikan dalam memperpanjang hidup manusia. Mereka berpendapat bahwa melalui perawatan regeneratif yang terus berkembang, manusia akan mampu memperbaiki organ tubuh, memperbarui jaringan sel, serta memperkuat otak dan pancaindra secara berkala — seolah-olah tubuh menjalani proses peremajaan total setiap beberapa tahun sekali.
Tentu saja, manusia super masa depan ini masih bisa kehilangan nyawa akibat perang atau kecelakaan besar. Namun, tidak seperti manusia masa kini yang memiliki batas usia biologis, kehidupan mereka secara teoretis tidak mengenal kedaluwarsa. Selama tidak ada peristiwa destruktif yang menghancurkan tubuh mereka secara fatal, mereka berpotensi hidup tanpa batas waktu.
Meskipun gagasan ambisius tentang keabadian ini mungkin belum terwujud sepenuhnya dalam abad ke-21, banyak pihak berpendapat bahwa upaya tersebut sudah membawa kemajuan besar dalam bidang kedokteran dan rekayasa genetika. Seperti yang dinyatakan Yuval Noah Harari, bahkan jika impian hidup abadi belum tercapai, upaya ini tetap merupakan langkah maju dalam memahami dan memperpanjang kehidupan manusia.
@AOS
No comments:
Post a Comment