Laman

Friday, June 22, 2018

Teori Awal Penciptaan Alam Semesta

479960_469909319725937_489317959_nSTEPHEN HAWKING: THE GRAND DESIGN

resensi buku oleh: Oir Nikonian

Sejak pertanyaan “mengapa kita ada” mengusik manusia berpuluh abad silam, ikhtiar untuk mencari jawabannya tak pernah berhenti. Banyak orang berpaling ke berbagai kekuatan besar di luar manusia. Para filsuf sejak Yunani klasik menyodorkan jawaban-jawaban spekulatif dengan mengandalkan kekuatan logika. Merekalah yang mendominasi pikiran manusia.

Tapi filsafat kini mati, kata Stephen Hawking. Filsafat tak sanggup mengimbangi perkembangan sains modern, terutama fisika. Obor penerang bagi pencarian ilmu pengetahuan kini dipikul para ilmuwan. Walaupun sains modern dianggap baru bermula pada abad ke-17, sumbangannya luar biasa bagi kemajuan peradaban, meski sayangnya juga bagi kerusakan.

Bagi Hawking, untuk memahami semesta pada tingkat terdalam, kita perlu beranjak dari sekadar menjawab pertanyaan bernada “bagaimana” menuju “mengapa”. “Bagaimana” adalah pertanyaan praktis yang lazim diajukan ilmuwan. Dengan kemajuan sains, kinilah saatnya kita mengajukan pertanyaan seperti: Mengapa sesuatu ada dan bukan tak ada? Mengapa kita ada? Mengapa hukum tertentu berlaku, dan bukan yang lain? Inilah pertanyaan pamungkas tentang kehidupan dan alam semesta yang secara “tradisional” beredar di ranah filsafat. Hawking, bersama Leonard Mlodinow, berusaha menjawabnya dalam karya mereka yang baru terbit, The Grand Design.

Tuhan Tidak Menciptakan Manusia; Manusia yang Menciptakan Tuhan


Diterjemahkan oleh: TACU

 J. Anderson Thomson is a psychiatrist at the University of Virginia. He serves as a trustee of the Richard Dawkins Foundation for Reason and Science. Clare Aukofer is a medical writer. They are the authors of “Why We Believe in God(s): A Concise Guide to the Science of Faith.”

Sebelum John Lennon menuliskan lirik—dalam lagu imagine, “living life in peace,” dia menulis bait “no heaven … / no hell below us …/ and no religion too.”

No religion: Apakah sebenarnya yang dimaksudkan oleh Lennon? Sebagai permulaan, sebuah dunia tanpa utusan-utusan “ilahi” seperti Osama bin Laden yang memicu kekerasan. Sebuah dunia di mana kesalahan, seperti dalam peristiwa badai Katrina yang menghilangkan banyak nyawa, sesungguhnya bisa dihindari dan ditanggulangi, tapi bukan dihubungkan dengan “kehendak Tuhan.” di mana politisi tidak lagi bersaing untuk membuktikan yang mana lebih dipercayai secara irasional dan tidak dapat dipertahankan. Di mana berpikir kritis adalah ideal. Singkatnya, dunia yang masuk akal.

Dalam beberapa tahun terakhir para ilmuwan yang mengkhususkan diri dalam bidang pikiran dan kejiwaan telah mengungkapkan DNA agama. Mereka telah menghasilkan teori-teori yang kuat, didukung oleh bukti empiris (termasuk studi “pencitraan” otak di tempat kerja), yang mendukung kesimpulan bahwa manusia-lah yang menciptakan Tuhan, bukan sebaliknya. Dan semakin baik kita memahami sains, semakin kita mendekat kepada no heaven … / no hell below us …/ and no religion too.

God, Quantum Mechanic & Human Spirit

By: Archer Clear

“I shall quite briefly mention here the notorious atheism of science. The theists reproach it for this again and again. Unjustly. A personal God can not be encountered in a world picture that becomes accessible only at the price that everything personal is excluded from it. We know that whenever God is experienced, it is an experience exactly as real as a direct sense impression, as real as one’s own personality. As such He must be missing from the space-time picture. ― Erwin Schrödinger

“I don’t like it, and I’m sorry I ever had anything to do with it. I do not meet with God in space and time, God is Spirit.” ― Erwin Schrödinger

Kedua pernyataan Erwin Schrödinger, bagi saya adalah sebuah penegasan bahwa apa yang biasa disebut sebagai personal God oleh mayoritas manusia di atas planet ini terutama konsep God yang ada dalam agama hanya sebuah Delusi. Personal God dan “God Is Spirit” adalah dua hal yang secara prinsipil sangat berbeda. Apa yang dimaksud God dalam pandangan sains adalah spirit itu sendiri, God dalam huruf “G”. Saintis yang berpikir dengan cara terbuka, akan menjawab “I don’t know” atas sosok personal God, karena siapapun bisa menciptakan imej tentang Tuhan pribadi, dan sesungguhnya apa yang kita bayangkan itu tidak lain adalah refleksi atas diri kita sendiri.

Mengapa Tuhan Tidak Menciptakan Alam Semesta

Oleh: Stephen Hawking dan Leonard Mlodinow

Diterjemahkan oleh TACU

Menurut mitologi Viking, gerhana terjadi ketika dua serigala, Skoll dan Hati, menangkap matahari atau bulan. Pada permulaan terjadinya gerhana, orang-orang sengaja membuat kebisingan, berharap dapat menakut-nakuti serigala-serigala itu hingga kabur. Setelah beberapa saat, orang-orang mesti menyadari bahwa gerhana itu berakhir tanpa menghiraukan apakah mereka berlarian dan menghancurkan pot-pot.

Keacuhan terhadap bagaimana alam ini bekerja, telah menggiring orang-orang kuno untuk membuat mitos-mitos sebagai dalil pembuktian bagi pemahaman mereka terhadap dunia. Akan tetapi, kemudian orang-orang beralih ke filsafat, yakni berusaha menggunakan nalar mereka—beserta intuisi berdosis tepat—untuk menguraikan semesta mereka berada. Hari ini kita menggunakan nalar, matematika dan tes uji coba—dengan kata lain, ilmu pengetahuan modern.

Evolusi Tuhan

Author: Robert Wright

Reviewer: Paul Bloom, a professor of psychology at Yale, is the author of “Descartes’ Baby: How the Science of Child Development Explains What Makes Us Human.” His book “How Pleasure Works” will be published next year.


Diterjemahkan oleh TACU

Tuhan menjadi melow. Tuhan yang mana bagi kebanyakan orang Amerika amat sangat dipuja-puja, meski terkadang begitu kesal terhadap aborsi dan pernikahan gay, tapi tampil begitu lembut apabila dibandingkan dengan Yahweh dalam gambaran Alkitab Ibrani. Dahulu kala tentara Tuhan, suku yang kejam, yang merasa dalam keadaan tidak aman dan bersedia untuk melakukan pembunuhan massal demi memamerkan kekuatannya. Tapi setidaknya Yahweh memiliki pandangan moral yang kuat, yang kadang-kadang mencerahkan orang Israel mengenai bagaimana seharusnya mereka bersikap. Bagi leluhur mereka, secara kontras, orang-orang itu menyembah Tuhan-Tuhan yang tidak kompeten. Tidak memiliki petunjuk moral, bahkan mereka sering meneriaki orang-orang dan cenderung mengarah kepada obsesi-obsesi aneh. Salah satu Tuhan, atau dewa petir akan marah jika orang-orang menyisir rambut mereka selama badai atau menonton anjing-anjing berpasangan.

Bagaimana Kita Hidup Setelah Matinya Tuhan

Peter Watson adalah seorang intelektual sejarah, jurnalis, dan penulis dari tiga belas buku, termasuk The German Genius, The Medici Conspiracy, dan The Great Divide. Dia juga pernah menulis untuk The Sunday Times, The New York Times, the Observer, dan the Spectator Dia tinggal di London. Dia cukup berbaik hati untuk menjawab beberapa pertanyaan tentang buku barunya The Age of Atheists: How We Have Sought to Live Since the Death of God..

1.  Anda memulai pembahasan atheisme  dengan menyebut filsuf Jerman abad ke-19, Friedrich Nietzsche. Kenapa dia menjadi titik awal yang tepat?

Pada tahun 1882 Nietzsche menyatakan secara terus terang, dalam bahasa yang jelas mencolok, bahwa “Tuhan telah mati”, dan menambahkan “bahwa kita telah membunuhnya”. Dan ini hanya dua puluh tahun berselang setelah terbitnya karya Darwin, Origin of Species, yang benar-benar dipahami sebagai pukulan terbesar bagi Kekristenan (baca: agama). Tapi karya Nietzsche pantas mendapat pengakuan sebagai kedua terdekat. Darwinisme berasimilasi lebih cepat di Jerman daripada di Inggris karena gagasan evolusi itu terutama terjadi di sana. Darwin menyatakan dalam salah satu suratnya bahwa ide-idenya diterima lebih baik di Jerman daripada di tempat lain. Dan sejarah Kulturkampf di Jerman—pertempuran antara Protestan dan Katolik—yang berarti menyerang agama secara umum, oleh penganutnya sendiri. Orang-orang menanggapi Nietzsche dengan beragam pendapat yang kelihatannya satu sama lain saling melebihi—Ibsen, misalnya, W. B. Yeats, Robert Graves, James Joyce. Di Jerman ada fenomena generasi Nietzschean—berisi orang-orang muda yang menghidupkan filosofinya dalam komunitas khusus. Dan orang menanggapi Nietzsche karena gaya tulisannya begitu bernas, to the point, mudah diingat, dan jernih. Nietzsche memberitahu kita sefasih mungkin, bahwa tidak ada di luar, atau lebih tinggi dari hidup itu sendiri. Tidak ada yang beyond atau above, tidak ada transendensi dan tidak pula metafisik. Ini adalah pemikiran yang berbahaya pada waktu itu, dan tetap mengancam bagi banyak orang.

Tuesday, June 19, 2018

Sains dan Agama


Oleh: Werner Heisenberg
Diterjemahkan oleh Tim TACU

Werner Heisenberg (1901-1976) lahir di Würzberg, Jerman, dan menerima gelar doktor dalam fisika teoritis dari University of Munich. Ia menjadi terkenal karena terobosannya, yakni Prinsip Ketidakpastian dan penerima Penghargaan Nobel dalam Fisika di tahun 1932. Setelah Perang Dunia II, ia diangkat sebagai direktur Max Planck Institute untuk Fisika dan Astrofisika.
-------------------
Suatu malam selama Konferensi Solvay, beberapa anggota muda tetap tinggal di lounge hotel. Yang termasuk kelompok ini ialah Wolfgang Pauli dan saya sendiri, dan tak lama kemudian bergabung Paul Dirac. Salah satu dari kami berkata: “Einstein terus berbicara tentang Tuhan, apa yang bisa kita perbuat dengan itu? Hal ini sangat sulit untuk membayangkan bahwa seorang ilmuwan seperti Einstein harus memiliki ikatan yang kuat, seperti dengan tradisi keagamaan”.

“Tidak begitu banyak bagi Einstein dibandingkan Max Planck,” keberatan seseorang. “Dari beberapa ucapan Planck akan terlihat bahwa ia tidak melihat adanya kontradiksi antara agama dan sains, memang bahwa ia percaya keduanya sangat kompatibel.”

Monday, June 18, 2018

Menjadi Seorang Fisikawan

By: Brian Greene

http://www.pbs.org/wgbh/nova/physics/on-being-physicist.html

Brian Greene is a professor of physics and mathematics at Columbia University. He is the author of The Fabric of the Cosmos, from which this essay was excerpted and on which the four-part NOVA series premiering in fall 2011 is based. Greene is also the author of The Elegant Universe, the subject of a three-part NOVA series that aired in 2003, and The Hidden Reality.

Ketika saya membalik halaman terakhir dari karya Albert Camus, The Myth of Sisyphus bertahun-tahun yang lalu, saya terkejut oleh karya tersebut yang telah mencapai suatu perasaan menyeluruh tentang optimisme. Kisahnya menceritakan seorang pria yang dikutuk untuk mendorong batu ke atas bukit dengan pengetahuan penuh bahwa batu itu akan menggelinding turun kembali, pria itu mendorong lagi, ini bukan jenis cerita yang Anda harapkan untuk memiliki akhir yang bahagia.

Sains Vs Agama

Stephen Hawking

Pertama yang harus diperhatikan disini adalah, siapa sih Tuhan? Tanpa jelas apa itu Tuhan, maka kita membicarakan sesuatu yang bisa saja berbeda. Sebagai contoh, Paijo mengatakan kalau ia tinggal di Bandung. Temannya, Poniran,  memprotes karena ia tidak tinggal di Bandung. Tapi jelas Paijo benar karena yang dimaksud Bandung oleh Paijo adalah rumah kapal di sungai Kapuas, Kalimantan Barat. Di sana rumah kapal disebut Bandung. Poniran juga benar, karena apa yang ia maksud adalah kota Bandung, Ibu kota Jawa Barat. Tapi keduanya bertengkar karena semata berbeda pengertian dari kata Bandung.

Begitu juga, Tuhan yang dibicarakan oleh Hawking berbeda dengan Tuhan yang dibicarakan oleh pemuka agama Islam, kristen, yahudi, dsb. Bagi Hawking, ia menyindir Tuhan yang dipakai sebagai penjealasan atas fenomena alam. Baginya Tuhan hanyalah sebuah alat penjelasan sementara. Anda tidak tahu petir, katakan itu amarah Tuhan. Anda tidak tahu tsunami, katakan itu cobaan Tuhan. Tuhan disini adalah pengisi kekosongan sementara. Apa yang disebut orang sebagai God of the Gap. Dan pernyataan Hawking adalah bahwa fisika sudah cukup maju sehingga Tuhan tidak muat lagi untuk diselipkan dalam bolongan-bolongan dalam kotak fenomena alam yang belum terjawab.

Newton dan Leibniz; Peletak Fondasi Sains

From Casirrer, Ernst. Newton and Leibniz. The Philosophical Review, Vol. 52, No.4, Juli, 1943.

Perseteruan antara Newton dan Leibniz telah sering diceritakan di dalam banyak buku teks maupun buku-buku ilmiah populer lainnya. Yang dibahas di dalamnya biasanya adalah mengenai klaim penciptaan kalkulus. Sebuah perdebatan lain sering kali lolos dari perhatian banyak orang, dan perdebatan inilah yang diangkat oleh Cassirer di dalam sebuah tulisannya di dalam Jurnal The Philosophical Review. Perdebatan ini adalah mengenai posisi epistemologis kedua raksasa filsafat ini dalam melihat ilmu alam atau—di dalam bahasa yang dipakai di zaman itu—filsafat alam.

Untuk melihat perbedaan yang mendasar di antara kedua filsuf alam tersebut bukanlah sebuah perkara yang mudah. Sentimen-sentimen yang menyertai perdebatan tersebut mengaburkan esensi dari perdebatan itu sendiri. Surat menyurat yang terjadi di tahun 1715 dan 1716 antara Leibniz dan Samuel Clarke yang membela Newton juga tidak banyak membantu untuk melihat masalah ini lebih jelas. Bahkan tuduhan-tuduhan yang saling dilontarkan satu sama lain malah melebar pada masalah agama. Untuk itu kita perlu masuk ke dalam pemikiran kedua filsuf ini secara mendasar supaya bisa memahami betul inti perdebatan mereka.

Sains dan Pencarian Makna: Menyiasati Konflik Tua Antara Sains dan Agama

Oleh: F. Budi Hardiman
  
Tujuan agama sejati seharusnya adalah memaknai asas-asas dunia indrawi jauh ke dalam jiwa. – Leibniz

Di samping agama dan filsafat, sains merupakan salah satu bentuk pengetahuan manusia yang gigih mencari makna. Mungkin sains tidak menuntaskan banyak misteri kehidupan manusia, seperti misteri asal-usul kehidupan dan misteri kematian, namun langkah-langkah untuk memecahkan enigma-enigma seperti itu tampaknya berjalan progresif dalam sains. Kesan bahwa sains ingin menyaingi agama atau bahkan menggantikannya dalam perannya sebagai juru tafsir dunia cukuplah beralasan. Sains berambisi menjadi sistem pandangan dunia menyeluruh dan itulah yang terjadi dalam scientism. Di dalam saintisme kesahihan agama dalam memaknai dunia ditolak. Di tengah-tengah dominasi saintistis itu di abad ke-20 terjadi suatu tren yang sebaliknya: kesahihan sains dalam memaknai dunia juga dipersoalkan.

 Secara garis besar, ada tiga posisi untuk memahami hubungan antara sains dan agama dalam pencarian makna. Dengan makna di sini dimaksudkan terutama ‘kebenaran’. Pertama, sains dan agama memiliki teritorium yang berbeda dalam pencarian makna. Kedua, agama dan sains dapat dibawa ke dalam arena yang sama dalam pencarian makna. Dan ketiga, agama dan sains menerangi realitas yang sama, namun dengan perspektif yang berbeda. Dalam tulisan ini saya ingin menunjukkan bagaimana filsafat sains kontemporer bergerak ke posisi kedua dalam pencarian makna. Lalu saya ingin menunjukkan daya tarik posisi ketiga.

Sains itu Keren!

By : Archer Clear

“Learn from yesterday, live for today, hope for tomorrow. The important thing is to not stop questioning.” ―Albert Einstein, Relativity: The Special and the General Theory
“The most beautiful Experience we can have is the mysterious – the fundamental emotion which stands at the cradle of true art and true science.” ―Albert Einstein, Albert Einstein
Science atau dalam bahasa yang paling umum dikenal dengan istilah ilmu Pengetahuan, bagi saya adalah sebuah pencapaiaan terbaik yang dimiliki oleh manusia sejak 430 SM, di mana seorang filsuf yunani bernama Democritus, mengajukan sebuah Hipotesis tentang truktur terkecil dalam materi adalah atom yang itu kemudian dapat dibuktikan, walau masih belum cukup akurat. Terkait dengan struktur terkecil ini, yang ternyata bukanlah atom, melainkan masih ada struktur yang membentuk atom seperti quark, dan di dalam quark masih ada partikel yang bekerja, hingga string theory menawarkan satu hipotesis yang saya kira agak mirip-mirip dengan apa yang pernah dibayangkan oleh Democritus, yaitu dawai (string) yang bergerak secara bebas, uncertain dan tidak dalam posisi 3 dimensi ruang dan waktu, tapi diperkirakan  bekerja pada 10 dimensi ruang dan 1 waktu (Baca: String Theory). Awesome!

Ilmu Pengetahuan adalah Jembatan Masa Depan

By : Archer Clear

“The saddest aspect of life right now is that science gathers knowledge faster than society gathers wisdom.” ― Isaac Asimov.

Masalah utama dalam sebuah bangsa bukanlah anak-anak yang tidak mengerti sains. Masalahnya adalah orang dewasa yang tidak mengerti sains. Dan jumlah orang dewasa berbanding 5 : 1 dengan jumlah anak-anak, dan parahnya mereka memegang kekuasaan, mereka menulis undang-undang dan mereka secara bebas berbicara dalam bahasa ketidakmengertian atas sains itu sendiri.

Bila negara memiliki orang dewasa buta huruf dan buta ilmu pengetahuan maka Anda akan melihat tatanan yang melandasi dan membuat suatu bangsa kaya, cerdas, dan kuat, telah rusak pada landasan yang paling mendasar. Demikianlah ungkapan inspiratif dari Neil deGrase Tyson, tentang sebuah bangsa yang sama sekali tidak menyadari bahwa kekuatan terbesar–pondasi bangunan suatu bangsa–adalah menguasai sains dan memperkuat demokrasi berdasarkan humanisme.

Ilmuwan Saintifik dan Ilmuwan Cocoklogi

Dari situs World Science Festival yang didirikan oleh ilmuwan ternama Brian Greene, dilansir sebuah berita penemuan yang mengejutkan dunia fisika yang dapat menjelaskan kelahiran liar alam semesta kita. Dengan menggunakan teleskop BICEP2 di Kutub Selatan, para ilmuwan telah menemukan apa yang mereka yakini sebagai tanda dari gelombang gravitasi yang menyebarkan ekspansi alam semesta dengan cepat, dalam pecahan-pecahan terkecil, tepat di detik pertama setelah Big Bang. Jika hasil dari Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics dapat dibuktikan, implikasinya sangat mendalam.

“Sebagai salah satu yang telah memikirkan kemungkinan ini selama lebih dari 30 tahun, masih sulit untuk percaya bahwa kita benar-benar akan melihat sinyal dari waktu awal mula yang begitu dekat!” kata fisikawan teoritis dari Arizona State University, Lawrence Krauss kepada kita. “Jika hasilnya dapat dibuktikan, itu akan menjadi salah satu perkembangan yang paling penting dalam pemahaman empiris kita tentang alam semesta sepanjang masa.”

MAHKOTA SUFI: Syekh Sa'di Asy-Syirazi

Barangsiapa mengikuti jalan itu (pencarian kebenaran), ia akan kehilangan topi (kebanggaan) dan kepalanya (rasionalitas).
(Nizhami, Treasury of Mysteries)
Gulistan (Kebun Mawar) dan Bustan (Kebun Buah) karya Sa'di asy-Syirazi merupakan dua karya klasik Sufisme yang mengandung ajaran moral dan etika serta banyak dibaca orang di India, Persia, Pakistan, Afghanistan dan Asia Tengah. Pada masa hidupnya, Sa'di adalah seorang Darwis yang senantiasa berkelana. Ia pernah ditangkap bala tentara Perang Salib dan disuruh menggali parit sedemikian dalam. Ia juga mengunjungi pusat-pusat pengajaran di Timur dan menulis puisi serta prosa yang bernilai sangat tinggi. Ia pernah belajar di perguruan tinggi Baghdad yang didirikan Nizham, Menteri Pengadilan Syah, sahabat Omar Khayyam. Ia mempunyai ikatan dengan para Sufi dari Tarekat Naqsyabandiyah, mempunyai hubungan dekat dengan Syekh Syahabuddin Suhrawardi, pendiri Tarekat Suhrawardiyah serta Najmuddin Kubra, Sang "Pilar Masa", salah seorang Sufi terbesar sepanjang masa.

Pengaruh Sa'di terhadap kesusastraan Eropa diakui sangat besar. Tulisan-tulisannya merupakan salah satu acuan dasar bagi Gesta Romanorum, buku induk berbagai legenda dan alegori di Barat. Para sarjana (Barat) telah mencatat pengaruh-pengaruh Sa'di dalam kesusastraan, seperti dalam sastra jerman. Penterjemahan karya-karyanya pertama kali ditemukan di Barat pada abad ketujuh belas. Akan tetapi, seperti kebanyakan karya Sufi lainnya, maksud yang terkandung dalam karya Sa'di hampir tidak dipahami sama sekali oleh para pengkaji sastra. Ini terbukti dalam sebuah ulasan tipikal dari seorang komentator masa kini. Ulasannya memang bukan pendapatnya tentang Sa'di, namun merupakan indikasi pikiran di penanya: "Sangat diragukan apakah Sa'di benar-benar seorang Sufi. Sebab menurutnya pendidikan mengucilkan mistik."

MAHKOTA SUFI: Fariduddin Aththar, Sang Kimiawan

Seekor kera melihat sebuah cherry di dalam sebuah botol yang bening dan berniat mengambilnya. Kemudian ia memasukkan tangannya melalui leher botol dan memungut buah cherry itu. Namun sekarang ia tidak bisa mengeluarkan tangannya. Sang pemburu yang sengaja memasang perangkap tersebut kemudian mendekat. Kera yang terjerat botol itu, tidak dapat lari dan tertangkap. "Setidaknya aku dapat menggenggam buah cherry," pikir kera. Pada saat itu sang pemburu memukul siku kera dengan cepat, kemudian tangan kera terbuka, terlepas dari botol. Sekarang sang pemburu memiliki buah, botol dan kera.
(Kitab Amu-Daria)
"Meninggalkan sesuatu karena orang lain telah menyalahgunakannya mungkin suatu puncak kebodohan. Kesejatian Sufi tidak dapat dicakup dalam aturan dan peraturan, dalam doa dan ibadah -- akan tetapi secara terpisah."

MAHKOTA SUFI: Omar Khayyam

Ketaatan sejati adalah demi ketaatan itu sendiri, bukan karena mengharap surga atau takut pada neraka.
(Rabi'ah al-Adawiyah)
Syair-syair (kuatrin) Omar, putra Ibrahim sang Pembuat Kemah, telah diterjemahkan hampir dalam setiap bahasa dunia. Sama sekali tidak dapat dipercaya apabila dalam kehidupannya ia dianggap sebagai penganut aliran Assassin (sekelompok pembunuh bermotifkan politik), teman Nizham sang Wazir Agung, sebagai anggota istana dan penggemar makanan serta minuman, oleh sebab berbagai terjemahan yang keliru. Sudah menjadi anggapan umum bahwa Rubaiyat terjemahan FitzGerald lebih merepresentasikan penyair Irlandia dibandingkan Persia. Namun ini sebenarnya merupakan penilaian dangkal, karena Omar sebenarnya tidak merepresentasikan dirinya sendiri, namun sebuah madzhab filosofi Sufi. Kita tidak hanya perlu mengetahui apa yang sebenarnya dikatakan Omar, namun kita juga perlu mengetahui apa maksud perkataannya.

Sebenarnya ada suatu hal menarik lebih lanjut bahwa dalam pembauran berbagai gagasan dari beberapa penyair Sufi dan mengangkat nama Omar, FitzGerald tanpa disadari telah menggaris bawahi pengaruh Sufi dalam kesusastraan Inggris.

MAHKOTA SUFI: Al-Ghazali Dari Persia

Kata-kata yang digunakan untuk menunjuk"keadaan" Sufisme hanyalah perkiraan-perkiraan.
(Kalabadzi)
Selama orang-orang Normandia melakukan konsolidasi kekuasaannya di Inggris dan Sicilia, dan selama aliran pengetahuan Arab ke Barat terus meningkat melalui Arab Spanyol dan Italia, saat ini kekuasaan Islam telah berlangsung tak kurang dari lima ratus tahun lamanya. Puncak keilmuan yang tak seimbang --yang fungsi-fungsinya telah dilarang oleh hukum agama, tetapi dalam kenyataan memiliki kekuatan yang besar-- berupaya untuk mencoba mendamaikan metode filsafat Yunani Kuno (Greek) dengan al-Qur'an dan Sunnah-sunnah Nabi saw. serta menerima Skolastisisme sebagai metode untuk menafsir agama. Para ahli dialektika belum mampu menemukan diri mereka untuk mendemonstrasikan kebenaran dan kepercayaan-kepercayaan mereka dengan makna-makna intelektual. Masyarakat lewat sirkulasi pengetahuan telah tumbuh melampaui dialektika formal. Kondisi ekonomi yang sangat baik telah menghasilkan intelektualitas yang luas, melampaui kebutuhan terhadap jaminan-jaminan dogmatik. Atau melampaui pernyataan bahwa, "negara harus benar". Islam telah menjadi negara. Islam tampak seperti akan jatuh berkeping-keping.

Seorang pemuda Persia, negeri permadani, yang dikenal dengan Muhammad al-Ghazali (seorang pemintal benang), hidup yatim sejak masih kecil dan dididik sebagai Sufi di sebuah universitas di Asia Tengah yang ada saat itu. Ia ditakdirkan untuk memperoleh dua hal yang luar biasa, sebagai akibat dari dimana dua agama, Islam dan Kristen menghasilkan beberapa karakteristik yang hingga kini tetap dimiliki.

MAHKOTA SUFI: Ibnu Arabi, Asy Syekh Al-Akbar

Bagi pendosa yang jahat, aku mungkin terlihat jahat. Tetapi bagi yang baik -- betapa luhurnya aku (Mirza Khan, Anshari.
 
Salah satu pengaruh metafisis paling mendalam terhadap dunia Muslim maupun Kristen adalah ajaran Ibnu Arabi as-Sufi, dalam bahasa Arab disebut asy-Syekh al-Akbar (Mahaguru). Ia keturunan Hatim ath-Tha'i, yang masih termasyhur di kalangan bangsa Arab sebagai laki-laki paling dermawan yang pernah dikenal dan dalam Ruba'iyat versi FitzGerald disebutkan, "Ijinkan Hatim ath-Tha'i berseru: Pesta! "Jangan hiraukan dia!" (maksudnya karena terlalu seringnya menjamu orang-orang lain).

Spanyol telah menjadi negeri Arab selama lebih dari empat abad ketika Ibnu Arabi (dari) Murcia dilahirkan pada 1164. Diantara nama-namanya adalah al-Andalusi, dan tidak diragukan dia lah salah satu tokoh terbesar dari beberapa tokoh besar Spanyol yang pernah hidup. Secara umum diyakini bahwa tidak ada puisi cinta yang lebih besar dari karyanya; dan tidak ada seorang Sufi yang begitu mendalam menarik perhatian para teolog ortodoks dengan makna batin dari kehidupan dan karyanya.

MAHKOTA SUFI: Maulana Jalaluddin Rumi

Siapa yang berperilaku sesuai dengan perkataannya, dialah yang tercerahkan, yang menolak hubungan-hubungan biasa dari dunia.(Dzun-Nun al-Mishri)
Maulana (secara harfiah bermakna "Guru Kita") Jalaluddin Rumi, pendiri Tarekat Para Darwis Berputar, dalam karirnya menjadi bukti ungkapan Timur, "Para raksasa muncul dari Afghanistan dan mempengaruhi dunia." Ia dilahirkan di Bactria, dari sebuah keluarga bangsawan pada awal abad ketiga belas. Ia tinggal dan mengajar di Iconum (Rum) di Asia Kecil, sebelum munculnya Kerajaan Utsmani, yang tahtanya menurut seruannya ia tolak. Karya-karyanya ditulis dalam bahasa Persia, dan dipandang tinggi oleh orang Persia karena kandungan puitis, kesusastraan dan mistiknya. Sehingga karya-karya ini disebut sebagai "al-Qur'an dalam bahasa Pehlevi (bahasa Persia)" -- meskipun karya-karya ini bertentangan dengan kepercayaan bangsa Persia, sekte Syi'ah, yang dikritik atas eksklusivismenya.
Di kalangan orang Muslim Arab, India dan Pakistan, Rumi dipandang sebagai salah seorang dari guru mistik tingkat pertama -- meskipun ia menyatakan bahwa ajaran-ajaran al-Qur'an bersifat alegoris,dan ia memiliki tujuh makna yang berbeda. Jangkauan pengaruh Rumi sulit untuk bisa diperkirakan, meskipun hal ini terkadang bisa dilihat secara sekilas, pada kesusastraan dan pemikiran dari berbagai madzhab. Bahkan Doktor Johnson, yang terkenal karena pernyataannya yang tidak menyenangkan, mengatakan tentang Rumi, "Ia menjelaskan kepada Peziarah akan rahasia-rahasia dari jalan Kesatuan, dan menyingkap Misteri-misteri dari jalan Kebenaran Abadi."

MAHKOTA SUFI: Ajaran Rahasia

Aku bertanya kepada seorang anak yang sedang berjalan sambil membawa lilin, "Dari mana cahaya itu berasal?" Tiba-tiba ia meniupnya. "Katakan kepadaku, ke manakah perginya --maka aku akan mengatakan kepadamu dari mana asalnya." (Hasan al-Bashri)
Apa pun menurut sebutan dari Timur maupun Barat, dengan suatu cara atau lainnya, kita adalah para pewaris berbagai kekuatan dan kelemahan filsafat Arab Abad Pertengahan. Salah satu kekurangan metode ini adalah upaya menerapkannya di luar bidangnya yang paling mencapai sukses. Tentu saja bidang ini adalah kumpulan, perbandingan, verifikasi dan penafsiran Hadis-hadis Nabi saw.

Pengambilan teknik ini beserta tradisinya itu sendiri merupakan perluasan berbagai metode keilmuan yang diperoleh orang-orang Saracen sendiri dari para teolog Yunani Kristen, dan perluasan ini berlangsung cepat. Teknik bisa dipelajari dengan mudah, sebab teknik ini berarti mengumpulkan fakta-fakta dan menumpuknya satu sama lain dengan tujuan membentuk susunan yang lengkap.

Sunday, June 10, 2018

MAHKOTA SUFI: Kitab tentang Para Darwis

Oleh: Idries Shah 

Jika kau tidak mengerti hal-hal ini,
tinggalkanlah, jangan bergabung dengan
orang kafir dalam kepalsuan-kebodohan
... tetapi semua orang tidak memahami
rahasia-rahasia Jalan tersebut (Syabistari, Secret Garden, terjemahan Johnson Pasha).

 Jika memang ada buku-teks darwis standar, maka pastilah buku tersebut adalah "Hadiah-hadiah Pengetahuan" --Awarif al-Ma'arif-- yang ditulis pada abad ketiga belas dan telah dikaji oleh anggota-anggota dari semua Tarekat. Penulisnya, Syekh Syahabuddin Suhrawardi (1145-kira-kira 1235) dengan menguasai semua gabungan teori, ritual dan praktik di masanya, mendirikan sekolah-sekolah pengajaran yang dekat dengan istana Persia dan India, dan merupakan Imam dari para Imam Sufi di Baghdad.

Kitab tersebut menarik bagi kita karena ia memaparkan tahapan-tahapan lahir dan awal yang mempunyai daya tarik untuk memahami kumpulan tulisan darwis, mempunyai muatan-muatan pemikiran dan amalan dasar dari para mistikus ini, dan (juga) karena Letnan Kolonel Wilberforce Clarke. Kolonel Clarke sendiri seorang darwis, kemungkinan ia anggota Tarekat Suhrawardiyah. Ia telah menerjemahkan lebih separo dari (kitab) Gifts (Hadiah-hadiah), untuk pertama kalinya ke dalam bahasa Inggris dan dipublikasikan pada tahun 1891. Dan sebagai penerjemah pertama dari Orchard karya Hafizh, Kisah Iskandar karya Nizhami dan Amalan-amalan karya Hafizh, ia adalah pengikut yang baik dari tradisi para Sufi yang unik seperti Raymond Lully.

Saturday, June 9, 2018

KAJIAN SUFISME DI BARAT: Teori-teori Tentang Sufisme

Oleh: Idries Shah 

Anggaplah bahwa ada seorang murid (imajiner) yang belum lama mendengar Sufisme dan tidak memiliki latar belakang gagasan tentang Sufi. Maka ia memiliki tiga kemungkinan pilihan dalam memperoleh sumber materi tentang Sufisme. Pertama, mungkin menjadikan buku sebagai referensi dan karya yang ditulis oleh orang yang telah menjadikan subyek tersebut sebagai bidang spesialisasi mereka. Kedua, mungkin melalui organisasi yang mengaku mengajar atau menjalankan Sufisme, atau menggunakan terminologi Sufisme. Ketiga, bisa jadi dari individu-individu atau kelompok orang, tidak selalu di negara-negara Timur Tengah, yang dianggap sebagai seorang atau kaum Sufi. Ia mungkin belum terbujuk untuk mempercayai bahwa Sufisme merupakan label 'Mistikisme para pengikut Muhammad', atau 'cara pemujaan kaum darwis'.

Thursday, June 7, 2018

MAHKOTA SUFI: Keajaiban dan "Ilmu Sihir"

Oleh: Idries Shah 

Ibadah menurut Syah adalah bebas dari kemarahan dan kebaikan, kekufuran dan ketaatan ... (Matsnawi, IV)

Seorang penulis ternama, yakni Abdul Hadi, enam abad yang lalu menulis bahwa pada suatu hari ayahnya bercerita, "Engkau lahir berkat doa Bahauddin Naqsyabandi yang Agung dari Bukhara itu, dan memiliki keajaiban luar biasa." Abdul Hadi tidak memahami "berkat doa" itu, sehingga ia berhasrat menemui guru Sufi tersebut. Setelah merampungkan segala persoalan dirinya, ia bertolak dari Syria ke Asia Tengah. Ia menemui Bahauddin (w. 1389), pemimpin Tarekat Naqsyabandiyah, sedang duduk bersama para muridnya, kemudian ia menuturkan bahwa maksud kedatangannya adalah karena ia sangat ingin mengetahui perihal keajaiban-keajaibannya (Bahauddin).

Bahauddin berkata, "Ada sebuah makanan yang tidak lazim. Makanan ini adalah kesan-kesan (naqsh-ha) yang senantiasa masuk ke dalam (kesadaran) manusia dari berbagai penjuru lingkungannya. Hanya manusia pilihan yang mengetahui (maksud) kesan-kesan tersebut dan yang dapat mengarahkannya. Engkau paham?"

Monday, June 4, 2018

MAHKOTA SUFI: Gajah Di Kegelapan

Oleh: Idries Shah 

Seseorang yang belum pernah melihat air, ia dilempar ke dalamnya dengan mata tertutup, maka ia akan merasakannya. Ketika tutupnya dibuka, ia akan tahu apa itu air. Selanjutnya ia cukup mengetahuinya melalui dampaknya.
(Rumi, Fihi Ma Fihi)
Dengan ekspansi ilmu pengetahuan dan seni pada Abad Pertengahan Islam-Spanyol, para Sufi genius lahir sebagai tabib dan ilmuwan. Mereka meninggalkan simbol dalam seni bangunan dan dekoratif (beberapa diantaranya kini disebut seni arabesque), yang dirancang untuk melestarikan secara visual beberapa kebenaran abadi yang diyakini oleh para Sufi sebagai menyimpulkan pencarian jiwa manusia, kemajuan, keselarasan terakhir dan integrasi dengan semua makhluk.1

Meski seringkali membingungkan para pengamat karena ketidaktahuan mereka tentang sistem makna yang sebenarnya, hasil sistem praktis yang mendalam dari para Sufi ditemukan dalam pemikiran, seni dan fenomena magis-okultis baik di Timur maupun di Barat. Untuk mendekati pengalaman Sufi secara lebih jelas, kita harus melihat sekilas metode pemikiran dan gagasan dasar para mistikus ini. Kita bisa mulai dari sebuah syair, humor atau sebuah simbol.

MAHKOTA SUFI: Interpretasi Esoterik Al-Qur'an

Oleh: Idries Shah 

Bagi para Sufi klasik, al-Qur'an merupakan dokumen rahasia yang mengandung ajaran-ajaran Sufi. Para teolog cenderung beranggapan bahwa interpretasi al-Qur'an hanya bisa diterima jika sejalan dengan cara agama konvensional; sementara para ahli sejarah cenderung mencari sastra atau sumber-sumber agama zaman dulu dalam al-Qur'an; selain itu juga sebagai bukti peristiwa-peristiwa kontemporer yang direfleksikan dalam tiap-tiap halaman. Bagi Sufi, al-Qur'an merupakan suatu dokumen yang disampaikan melalui tradisi riwayat, ayat yang disampaikan memiliki makna yang sesuai dengan kapasitas pemahaman pembacanya. Sikap terhadap al-Qur'an seperti inilah yang memungkinkan orang dapat memahaminya, baik yang berlatar belakang Kristen, Pagan atau Yahudi --suatu pengertian yang tidak bisa diterima kalangan ortodoks. Oleh sebab itu, al-Qur'an pada dasarnya adalah dokumen yang memiliki kandungan psikologis.
Surat al-Ikhlash adalah contoh terbaik tentang kapasitas sintesis kitab ini:
Katakanlah, hai Rasul, kepada orang-orang itu,
"Allah itu Esa! Allah Mahakekal!
Tidak beranak dan tak diperanakkan,
dan tiada sesuatu pun yang menyerupai-Nya."

Sunday, June 3, 2018

MAHKOTA SUFI: Kitab Tentang Para Darwis

Oleh: Idries Shah

Jika kau tidak mengerti hal-hal ini,
tinggalkanlah, jangan bergabung dengan
orang kafir dalam kepalsuan-kebodohan
... tetapi semua orang tidak memahami
rahasia-rahasia Jalan tersebut.
(Syabistari, Secret Garden, terjemahan Johnson Pasha)

Jika memang ada buku-teks darwis standar, maka pastilah buku tersebut adalah "Hadiah-hadiah Pengetahuan" --Awarif al-Ma'arif-- yang ditulis pada abad ketiga belas dan telah dikaji oleh anggota-anggota dari semua Tarekat. Penulisnya, Syekh Syahabuddin Suhrawardi (1145-kira-kira 1235) dengan menguasai semua gabungan teori, ritual dan praktik di masanya, mendirikan sekolah-sekolah pengajaran yang dekat dengan istana Persia dan India, dan merupakan Imam dari para Imam Sufi di Baghdad.

Kitab tersebut menarik bagi kita karena ia memaparkan tahapan-tahapan lahir dan awal yang mempunyai daya tarik untuk memahami kumpulan tulisan darwis, mempunyai muatan-muatan pemikiran dan amalan dasar dari para mistikus ini, dan (juga) karena Letnan Kolonel Wilberforce Clarke. Kolonel Clarke sendiri seorang darwis, kemungkinan ia anggota Tarekat Suhrawardiyah. Ia telah menerjemahkan lebih separo dari (kitab) Gifts (Hadiah-hadiah), untuk pertama kalinya ke dalam bahasa Inggris dan dipublikasikan pada tahun 1891. Dan sebagai penerjemah pertama dari Orchard karya Hafizh, Kisah Iskandar karya Nizhami dan Amalan-amalan karya Hafizh, ia adalah pengikut yang baik dari tradisi para Sufi yang unik seperti Raymond Lully.

MAHKOTA SUFI: Hukum yang Lebih Tinggi

Oleh: Idries Shah 

Ada tiga tanda-tanda kedermawanan sejati: tetap tabah tanpa menolak, memuji tanpa merasa dermawan, dan memberi sebelum diminta (Ma'ruf al-Karkhi).

Salah satu hasil yang paling menarik dari kesusastraan Sufistik Barat adalah puisi panjang the Kasidah, yang ditulis oleh seorang pengembara Sir Richard Burton seratus tahun yang silam. Ia sendiri adalah seorang Sufi dan "kasidah" ini digubah pada perjalanan pulangnya dari Mekkah. "Kidung tentang hukum yang lebih tinggi" yang muncul dalam edisi-edisi kecil itu telah membangkitkan minat yang besar. Bahkan Lady Burton yang tidak terlalu simpatik terhadap keyakinan heteredoks suaminya itu mengakui bahwa dirinya telah membacanya berulangkali dan selalu berlinang air mata karena terhanyut maknanya. "Bahkan jika sekarang aku membacanya, ia akan lebih membuatku kurus. Ia biasa menjauhkannya dariku karena ia begitu mengesankan bagiku." Tentu saja puisi tersebut merupakan gubahan berat dan sarat dengan ajaran Sufi.

Dalam prakata untuk kasidah tersebut, Burton menyebut dirinya sendiri sebagai "penerjemah", dan menisbatkan karya tersebut kepada seseorang yang bernama Haji Abdul Yazdi. Ia merangkumnya sebagai berikut:

MAHKOTA SUFI: Pencari Ilmu

Oleh: Idries Shah

Wahai pengembara, aku khawatir engkau tidak akan sampai ke Mekkah -- sebab jalan yang kau tempuh menuju Turkistan ( Syekh Sa'di, Kebun Mawar, "Perilaku Para Darwis")

Suatu hari aku duduk di halagah seorang guru di India Utara.
Ketika itu seorang prmuda asing di bawa masuk. Ia mencium tangan Syekh tersebut dan mulai berbicara. Selama tiga setengah tahun, katanya, ia telah mengkaji berbagai agama, mistisisme dan okultisme dari buku-buku di Jerman, Prancis dan Inggeris. Ia telah pindah dari satu kelompok (keagamaan) ke kelompok lainnya, untuk mencari sesuatu yang bisa membawanya ke jalan yang benar. Agama formal tidak menarik hatinya. Dengan mengumpulkan semua uang yang bisa ia dapatkan, ia telah mengembara ke Timur, dan telah bolak balik dari Iskandariah ke Kairo, dari Damaskus ke Teheran, melalui Afghanistan, India dan Pakistan. Ia pernah tinggal di Burma dan Bangladesh, begitu juga di Malaysia. Di semua tempat ini ia telah berbicara dan mengambil catatan-catatan salinan dari guru-guru spiritual dan keagamaan.

Tentu saja, secara fisik maupun batin, ia telah menempuh jarak yang jauh. Ia ingin bergabung    dengan Syekh ini, sebab ia ingin melakukan sesuatu yang praktis, memusatkan perhatian pada gagasan-gagasan untuk mengembangkan diri. Ia memperlihatkan semua tanda bahwa ia lebih dari siap untuk menyerahkan dirinya kepada disiplin dari sebuah tarekat darwis.

MAHKOTA SUFI: Agama Cinta

Oleh: Idries Shah 

Seseorang pergi ke pintu Sang Kekasih dan
mengetuknya.
Sebuah suara bertanya, "Siapa itu?"
Ia menjawab, "Ini, aku."
Suara tersebut berkata, "Tidak ada ruang untuk Aku dan Dirimu."
Pintu itu tertutup.
Setelah setahun menyendiri dan mengembara, ia kembali dan mengetuknya.
Sebuah suara dari dalam bertanya, "Siapa itu?"
Orang itu menjawab, "Ini, Engkau."
Pintu pun terbuka untuknya.
(Jalaluddin Rumi) 

Sufisme sering disebut "agama cinta". Tanpa melihat penampilan lahiriah madzhab-madzhab mereka, para Sufi telah menjadikan tema ini sebagai persoalan esensial. Analogi cinta manusia sebagai refleksi dari kebenaran sejati, begitu sering dinyatakan dalam puisi Sufi dan seringkali ditafsirkan secara harfiah oleh orang-orang non-Sufi. Ketika Rumi mengatakan, "Di mana pun engkau berada, apa pun kondisimu, berusahalah menjadi pecinta," ia tidak berbicara cinta sebagai suatu tujuan dalam dirinya sendiri, juga tidak berbicara cinta manusia sebagai kemungkinan terakhir dari potensi manusia.

Saturday, June 2, 2018

SUFI - HUBUNGAN CINTA DENGAN TUHAN

Setiap kali sebuah agama hidup itu karena Sufi. Sufi berarti hubungan cinta dengan Tuhan, dengan Yang Pokok, hubungan cinta dengan keseluruhan. Menjadi Sufi berarti bahwa seseorang siap untuk larut ke dalam keseluruhan, orang itu siap untuk mengundang keseluruhan untuk datang ke dalam hatinya. Di dalam Sufi tidak ada formalitas. Sufi tidak dibatasi oleh dogma, doktrin, keyakinan. Kristus adalah seorang sufi, begitu juga Muhammad. Krishna adalah seorang sufi, begitu juga Buddha. Ini adalah hal pertama yang aku ingin engkau mengerti: bahwa Sufi adalah inti terdalam -sebagaimana Zen ada, sebegitu pula Hadis ada. Hanya nama yang berbeda dari hubungan pokok yang sama dengan Tuhan.

Hubungan dengan Tuhan berbahaya. Hal ini berbahaya karena semakin engkau mendekat dengan Tuhan, semakin lebih dan lebih engkau menghilang. Dan ketika engkau benar-benar dekat engkau benar-benar tiada. Hal ini berbahaya seperti bunuh diri ... tapi bunuh diri yang indah. Kematian dalam Tuhan adalah satu-satunya cara untuk benar-benar hidup.Sebelum engkau mati, sebelum engkau mati secara sukarela menjadi cinta, engkau hidup di kehidupan yang biasa-biasa saja; engkau hambar, engkau tidak memiliki arti apapun. Tidak ada puisi timbul di dalam hatimu, tiada tarian, tidak ada perayaan; engkau hanya meraba-raba dalam kegelapan. Engkau hidup di kehidupan minimal, engkau tidak penuh dengan ekstase.

WOL SEBAGI SIMBOL DARI SUFI

Salah satu Sufi Master, Abul Hasam, mengatakan, ‘Sufisme pernah menjadi kenyataan tanpa nama dan sekarang Sufisme adalah nama tanpa kenyataan.’ Selama berabad-abad Sufisme ada tanpa nama. Sufisme hadir sebagai realitas. Itulah mengapa aku katakan Yesus adalah seorang sufi, begitu juga Muhammad. begitu juga Mahavir dan begitu juga Krishna. Siapapun yang telah menyadari Tuhan adalah seorang Sufi. Mengapa aku katakan demikian? Cobalah untuk memahami kata ‘Sufi’ dan hal itu akan menjadi jelas untukmu.

Kata ‘Sufi’ adalah temuan baru, temuan dari Orang Jerman, dari sarjana Jerman. Tidak lebih dari seribu lima puluh tahun yang lalu. Dalam bahasa Arab kata itu disebut tasawwuf. Tapi keduanya berasal dari akar ‘suf’ yang berarti wol.

Mungkin terlihat aneh. Mengapa wol harus menjadi simbol dari Sufisme? Sarjana itu mengatakan bahwa itu adalah karena Kaum sufi selalu memakai jubah wol. Itu benar. Tapi kenapa? Tidak ada yang dapat menjawabnya. Kenapa mereka harus mengenakan jubah wol?

Ada simbolisme yang mendalam di dalamnya. Simbolisme berarti bahwa wol adalah pakaian hewan dan seorang sufi harus menjadi murni seperti hewan. Seorang Sufi harus mencapai kemurnian primal. Dia harus meninggalkan semua jenis peradaban, dia harus meningglkan semua jenis budaya, dia harus meninggalkan semua pengkondisian, dia harus menjadi hewan lagi. Itulah mengapa simbol itu menjadi sangat signifikan.

CAHAYA FAJAR - CAHAYA TANPA SUMBER : CAHAYA BATIN

Deva berarti ilahi, dan aruna berarti pagi dini, fajar ... matahari baru akan terbit tepat sebelum matahari terbit. Ufuk timur menjadi merah tapi matahari belum berada di cakrawala - matahari akan datang; ia sangat dekat, hanya dalam hitungan detik akan muncul tapi belum tiba. Itulah momen paling berharga dalam dua puluh empat jam. Malam sudah tidak ada lagi, sudah berlalu, dan matahari belum terbit.

Antara keduanya ada kualitas cahaya yang berbeda di semesta. Kegelapan tidak ada, dan karena matahari tidak ada disana cahaya tidak berasal dari matahari; Itu adalah cahaya yang sangat menyebar, cahaya yang sangat dingin. Bersama matahari hal-hal akan menjadi panas; Lebih banyak energi, lebih banyak panas akan ada di sana.

Jadi cahaya sejuk ini sangat simbolik dari pengalaman akan cahaya batin. Cepat atau lambat engkau akan mengerti arti namamu. itu adalah cahaya tanpa panas di dalamnya, tidak bisa terbakar. Itu hanya bisa mencerahkan; tidak bisa terbakar. Hal ini hampir seperti cahaya bulan tapi masih dengan sebuah perbedaan: cahaya bulan adalah cahaya yang dipantulkan; cahaya itu tidak asli.

PYTHAGORAS

Pythagoras mewakili ziarah abadi menuju philosophia perennis - filsafat kehidupan abadi. Dia adalah pencari kebenaran yang sangat istimewa. Dia mempertaruhkan semua yang dia punya untuk pencarian. Dia melakukan perjalanan jauh dan pergi ke seluruh dunia, hampir seluruh dunia yang dikenal pada masa itu, untuk mencari Master, sekolah misteri, rahasia tersembunyi. Dari Yunani dia pergi ke Mesir-untuk mencari Atlantis yang hilang dan rahasianya ....

Adalah usaha yang hebat pada masa itu, untuk melakukan perjalanan dari Yunani ke China. Perjalanan itu penuh dengan bahaya. Perjalanan itu berbahaya; tidak mudah seperti sekarang ....

Pada saat Pythagoras kembali, dia sudah sangat tua. Tapi para pencari berkumpul di sekelilingnya; Sebuah sekolah besar lahir. Dan, seperti yang selalu terjadi, masyarakat mulai menganiaya dia dan sekolah serta murid-muridnya. Seluruh hidupnya dia mencari filosofi abadi, dan dia telah menemukannya! Dia mengumpulkan semua pecahan itu ke dalam harmoni yang luar biasa, menjadi satu kesatuan yang besar.

PYTHAGORAS : KOSMOS, SAINS dan AGAMA

Pythagoras juga memperkenalkan kata 'Kosmos'.

'Kosmos' berarti keteraturan, ritme, harmoni. Semesta bukanlah kekacauan(chaos) tapi kosmos. Pythagoras telah banyak memberikan kontribusi pada pemikiran manusia, terhadap evolusi manusia. Visinya tentang kosmos menjadi dasar penelitian ilmiah.

Ilmu pengetahuan bisa eksis hanya jika semesta adalah kosmos. Jika semesta adalah kekacauan, tidak ada kemungkinan sains apa pun. Jika hukum berubah setiap hari, setiap saat - suatu hari air menguap pada seratus derajat, satu hari lagi di lima ratus derajat - jika air berfungsi dengan cara yang aneh dan tidak mengikuti keteraturan, bagaimana bisa ada sains?

Ilmu pengetahuan mensyaratkan bahwa semesta berfungsi secara konsisten, dengan cara yang rasional, bahwa semesta itu tidak gila, bahwa jika kita mencari jauh ke dalam semesta, kita pasti akan menemukan hukum - dan hukum tersebut adalah kunci dari semua misteri.

Sama seperti ilmu pengetahuan, berlaku juga bagi agama - karena agama tidak lain adalah ilmu batin. Ilmu luar disebut sains; Ilmu batin disebut agama - tapi keduanya hanya ada dalam kosmos.

LAO TZU

Aku berbicara tentang Lao Tzu secara berbeda. Aku tidak berhubungan dengannya karena tuk berhubungan jarak pun sangat dibutuhkan. Aku tidak mencintainya, karena bagaimana engkau bisa mencintai dirimu sendiri? Ketika aku berbicara tentang Lao Tzu, aku berbicara seolah-olah aku berbicara dengan diriku sendiri. Dengan dia, keberadaanku benar-benar satu. Ketika aku berbicara tentang Lao Tzu, seolah-olah aku melihat ke cermin - wajahku tercermin. Ketika aku berbicara tentang Lao Tzu, aku benar-benar bersamanya. Bahkan untuk mengatakan "benar-benar bersamanya" tidak benar - aku adalah dia, dia adalah aku.

Sejarawan ragu tentang keberadaannya. Aku tidak bisa meragukan keberadaannya karena bagaimana aku bisa meragukan keberadaanku sendiri? Begitu aku menjadi suatu kemungkinan, dia menjadi kenyataan bagiku. Bahkan jika sejarah membuktikan bahwa dia tidak pernah ada, tidak ada pengaruhnya buatku; Dia pasti ada karena aku ada - akulah buktinya. Pada hari-hari berikut, saat aku berbicara tentang Lao Tzu, bukannya aku berbicara tentang orang lain.

ZEN

Penanya:
Aku tidak bisa mengerti filosofi Zen. Apa yang harus aku lakukan untuk memahaminya?

Jawaban OSHO:
Zen sama sekali bukan filosofi. Untuk memahami Zen seolah-olah itu adalah filsafat adalah memulai dengan cara yang salah sejak awal. Filosofi adalah sesuatu dari pikiran; Zen benar-benar berada di luar jangkauan pikiran. Zen adalah proses berjalan melampaui pikiran, jauh dari pikiran; zen adalah proses transendensi, melampaui pikiran. Engkau tidak dapat memahami zen dengan pikiran, pikiran tidak memiliki kegunaan di dalam zen.

Zen adalah keadaan tanpa pikiran, itu sesuatu yang harus diingat. Zen bukan Vedanta. Vedanta adalah filsafat; engkau bisa memahaminya dengan baik. Zen bahkan bukan Buddhisme; Buddhisme juga merupakan filsafat.

PUSAR - PUSAT KEHIDUPAN

Pertanyaan:
Seorang teman bertanya bagaimana seseorang seharusnya menemukan pusat batin yang dsebutkan oleh Lao Tzu dan mengembangkan rasa lapar untuk itu.

Jawaban OSHO:
Duduklah dengan mata terpejam dan berpikirlah, "Di manakah pusat tubuhku?" Kita hidup melalui tubuh kita, namun itu adalah fakta yang disayangkan bahwa kita tidak memikirkan pusat tubuh kita. Kita benar-benar tidak peduli dengan inti tempat fungsi tubuh. Banyak orang percaya bahwa kepala menjadi pusat semua fungsi tubuh karena di otaklah semua aktivitas tampaknya berlangsung.

Faktanya adalah, bagaimanapun juga, bahwa otak terbentuk belakangan. Saat anak ada dalam kandungan, tidak ada fungsi otak dan kehidupan. Tapi yang terbentuk belakangan, tidak bisa menjadi pusat. Orang yang emosional, seperti kebanyakan wanita, seniman, penyair, merasakan pusat melalui jantung karena apa pun yang diketahui dan dialami orang-orang ini - cinta, keindahan dan sejenisnya - adalah hal-hal yang berdampak langsung pada jantung mereka. Itulah sebabnya, ketika orang berbicara tentang cinta, tangan mereka secara tidak sengaja meraba jantung mereka. Jadi orang yang emosional mengambil jantung menjadi pusat tubuh.