Delusi ialah keyakinan
 salah yang dipercaya oleh seseorang meski berbagai bukti relevan 
berbicara sebaliknya. Orang yang percaya terhadap keyakinan yang salah 
tersebut berarti mengalami delusinasi. Delusinasi tidak ada kaitannya 
dengan adanya jaringan syaraf otak seseorang yang mengalami kerusakan. 
Seorang yang mengalami delusinasi sangat yakin pada kepercayaannya itu 
sampai-sampai hal yang diyakini dan dipercayainya itu tidak dapat 
diganggu-gugat terlebih diubah sekalipun bukti-bukti fisik yang berdasar
 pada sains telah memberikan penjelasan yang bertolak belakang dengan 
keyakinan dan kepercayaannya.
Beberapa contoh delusinasi:
1. Seseorang yang mempercayai bahwa bumi adalah pusat tata surya, padahal kenyataannya matahari adalah pusat tata surya.
2.
 Seseorang yang tidak percaya bahwa bentuk bumi bulat dan menganggap 
bahwa bumi datar sehingga di ujung cakrawala terdapat jurang.
3. Seseorang yang mempercayai bahwa surga terletak di langit/awan dan neraka di bawah bumi.
4. Seseorang yang mempercayai adanya malaikat-malaikat yang melindungi kehidupannya.
5. Seseorang yang mempercayai bahwa dirinya adalah “titisan ilahi” yang diutus ke dunia ini untuk membawa manusia bertobat.
6. Seseorang yang mempercayai bahwa Tuhan telah berbicara kepadanya mengenai kapan tepatnya dunia akan kiamat.
Seseorang
 yang mengalami delusinasi tidak lagi memperhitungkan dan 
mempertimbangkan akal sehat melainkan hanya mendasarkan berbagai 
keyakinannya pada emosinya. Orang yang bersangkutan tidak mau menguji 
dan menguji keyakinannya karena bagi dia keyakinannya sudah mutlak 
benar. Ia tidak melandaskan keyakinan yang dimilikinya pada bukti-bukti 
fisik yang didukung oleh kajian saintifik melainkan pada “perasaan”, 
asumsi, penglihatan, atau bahkan pewahyuan yang dianggapnya telah 
diterima langsung dari yang ilahi. Tidak jarang juga orang mendasarkan 
keyakinan (-keyakinan) yang dimilikinya pada anekdot-anekdot atau 
cerita-cerita lama tanpa mempedulikan bukti-bukti terkini yang didukung 
oleh berbagai penjelasan saintifik masa kini.
Hal yang harus 
ditekankan dan diingat, delusi sama sekali tidak ada kaitannya dengan 
gangguan atau kerusakan jaringan syaraf otak yang dialami seseorang. 
Artinya, delusinasi sangat mungkin dialami oleh orang-orang yang 
tergolong sehat secara fisik dan memiliki pengetahuan serta tingkat 
akademis yang cukup tinggi. Namun, orang yang mengalami delusinasi 
sangat yakin jika keyakinan yang dimilikinya sebagai suatu kebenaran 
yang mutlak sehingga ia mengacuhkan bukti-bukti fisik yang ditunjang 
oleh saintifik walaupun bukti-bukti fisik itu mengajukan sesuatu yang 
berbeda dari keyakinannya.
Seorang
 yang mengalami delusinasi enggan mempertimbangkan berbagai hal yang 
berbeda dari keyakinannya terlebih menguji keyakinannya itu kemudian 
mengubahnya jika salah. Oleh karena itulah orang yang bersangkutan 
disebut (telah) mengalami delusinasi.
(Andy Milly)

Menarik,
ReplyDeletemandiri