Berikut 
adalah bagian kelima dari sebuah makalah panjang yang ditulis seorang 
teman untuk bahan diskusi lintas disiplin dengan tema Tuhan dan masa 
modern. Bagian ini membahas geografi alam semesta
Anda, 
saya, semua manusia (kecuali beberapa astronot) tinggal di planet Bumi. 
Anda sudah cukup dapat membayangkan seberapa besar planet ini. Planet 
ini memiliki sebuah pengawal, Bulan. Pasangan Bumi dan Bulan mengikuti 
sebuah orbit mengelilingi benda yang lebih besar, sejuta kali ukuran 
Bumi, benda itu adalah Matahari. Jarak dari Bumi ke Matahari adalah 
delapan menit perjalanan cahaya. Ini artinya, informasi tentang Matahari
 yang kita lihat sekarang, sesungguhnya informasi yang datang dari 
Matahari, delapan menit lalu. Jarak di alam semesta biasanya diukur 
dengan lamanya waktu yang ditempuh cahaya untuk mencapainya. Mulai 
sekarang, kita pakai waktu cahaya sebagai ukuran jarak.
Baca Part 4
Selama
 bermilenia orang bicara tentang adanya dunia lain selain dunia kita. 
Agama-agama bicara tentang aneka alam semesta: dunia jin, dunia 
malaikat, dunia akhirat, surga, neraka, nirwana, dan sebagainya. Dalam 
perkembangan yang mengherankan, sains juga merujuk ke arah multijagad. 
Tegmark (2007) membagi multijagad ke dalam empat tingkatan. Sebelum 
masuk ke bahasan ini, pertama-tama, mari kita perjelas apa itu sebuah 
alam semesta atau sebuah jagad.
Bukan
 hanya Bumi yang mengelilingi matahari, jauh di ujung sana, 13 kali 
jarak Bumi ke Matahari, ada Neptunus, dan 97 kali jarak Bumi ke 
Matahari, ada Eris, sebuah batu raksasa yang bersemayam dalam Sabuk 
Kuiper, hutan benda sejenisnya. 100 ribu jarak Bumi ke Matahari, ada 
kabut Oort, sebuah awan inti komet yang menyelubungi Tata Surya membentuk bola. Bola ini, dengan segala isinya, adalah Tata Surya kita.
Selanjutnya,
 Tata Surya hanyalah satu dari, 300 juta Tata Surya yang mungkin ada 
dalam satu sistem yang lebih besar, yang kita sebut Galaksi Bima Sakti. 
Tata Surya kita berada di salah satu lengan spiralnya lebih dekat ke 
pinggir. Tentu saja, ini ukuran maksimum. Tidak seorang ilmuanpun mampu 
melihat satu demi satu tata surya di galaksi kita. Tapi setidaknya, 
setiap tata surya, punya bintang di tengahnya, seperti Matahari, dan 
karena ada 300 miliar bintang di Bima Sakti (Wethington, 2008), dan 
anggaplah hanya 0.1% nya saja yang ditutupi selubung seperti Kabut Oort,
 maka ada 300 juta tata surya. Galaksi Bima Sakti merupakan cakram mirip
 lingkaran obat nyamuk ganda dengan diameter sekitar 100 ribu tahun 
cahaya. Bintang-bintang ini mengalami siklus hidup mati dan jumlahnya 
terus berubah-ubah. Ada yang membentuk gerombolan hingga satu juta 
bintang, ada yang hanya berdua saja (binari), dan banyak juga yang 
sendirian seperti matahari kita. Ada yang kecil sekali seukuran Bumi ada
 juga  yang Maharaksasa hingga sejuta kali ukuran Matahari. Menariknya, 
semakin kecilnya bintang, semakin panjang umurnya.
Galaksi
 Bima Sakti dulunya dianggap pulau di tengah kekosongan jagad. Lalu 
ditemukan galaksi lain, Andromeda. Lalu ditemukan galaksi lain lagi, 
ditemukan lagi, dan lagi. Sekarang setidaknya ada, 170 miliar galaksi 
yang telah ditemukan (Gott et al, 2005). Kembali strukturnya berulang, 
ada galaksi yang sendirian, ada yang mengelompok beberapa buah, beberapa
 ratus, beberapa juta, dan bahkan beberapa miliar. Diameter cakrawala 
alam semesta yang memuat 170 miliar galaksi ini sekitar 92 miliar tahun 
cahaya (Bielewicz dan Banday, 2011).
Lihat part 6
Referensi:
Bielewicz, P., Banday, A.J., IRAP. 2011. Constraining the Topology of the Universe using CMB. arXiv:1111.6046
Gott III, J. R.; et al. 2005. “A Map of the Universe”. Astrophysical Journal 624 (2): 463–484.
Tegmark, M. 2007. The Mathematical Universe. arXiv 0704.0646 [gr-qc], Foundations of Physics
Wethington, N. 16 Desember 2008. How May Stars are in the Milky Way? Online. http://www.universetoday.com/22380/how-many-stars-are-in-the-milky-way/
Sumber: FaktaIlmiah.com
No comments:
Post a Comment