Berikut 
adalah bagian keenam dari sebuah makalah panjang yang ditulis seorang 
teman untuk bahan diskusi lintas disiplin dengan tema Tuhan dan masa 
modern. Bagian ini membahas banyak dunia
Baca Part 5
Struktur
 alam semesta ini, yang ada kita di dalamnya, pada dasarnya terdiri dari
 kepadatan tertentu dan materi tertentu. Jika lebih renggang dari 
sekarang, kita akan melihat lebih sedikit galaksi. Jika lebih padat dari
 sekarang, tentu kita melihat lebih banyak galaksi. Begitu pula, jika 
partikel penyusunnya beda, maka zat pengisi alam semesta yang kita lihat
 akan berbeda pula. Kepadatan dan materi beserta parameternya seperti 
tetapan kopling dan massa partikel, disebut sebagai kondisi awal alam 
semesta. Ia ditentukan oleh hukum fisika, yang disebut model standar.
Model
 standar menyebutkan kalau kekosongan dalam fisika berbeda dengan 
kekosongan sejati. Ketika kita bicara kekosongan, kita membayangkan 
ketiadaan apa-apa. Sesuatu yang berdimensi negatif satu dalam 
matematika. Kosong ya kosong, tidak ada apa-apa (true vacuum). 
Kekosongan dalam fisika berbeda. Anggap seluruh alam semesta ini kita 
buang isinya, apa yang tertinggal adalah kekosongan itu sendiri. Tetapi 
kekosongan ini tetap memiliki sesuatu. Ia tipe kekosongan yang disebut 
kekosongan palsu (false vacuum). Alam semesta dengan cara ini 
dapat dibayangkan sebuah mangkuk berisi jus cincau. Kondisi kosong palsu
 tercapai ketika hanya ada mangkuk, tidak ada jus cincau lagi. Kondisi 
kosong sejati tercapai ketika tidak ada mangkuk sama sekali.
Dalam
 kekosongan palsu terdapat gejolak eksistensi yang disebut ilmuan 
sebagai fluktuasi kuantum. Gejolak eksistensi ini ditandai dengan muncul
 lalu lenyapnya materi palsu. Sebuah materi sub atom muncul lalu lenyap,
 dalam selang waktu sepersemiliar detik atau kurang. Gejolak ini 
memunculkan apa yang disebut ilmuan sebagai gaya kuantum. Dan ini bukan 
spekulasi, sudah ada eksperimennya dan sudah ada ilmuan yang mendapat 
nobel karenanya. Gejala ini disebut efek Casimir. Lebih jauh, fluktuasi 
kuantum ditemukan di alam semesta dan disebut fluktuasi purba oleh 
pengamatan observatorium COBE (Smoot et al.1992)
Gejolak
 kuantum inilah yang menjadi asal muasal kondisi awal alam semesta. Alam
 semesta adalah efek Casimir yang mewujud menjadi nyata. Ia eksis, tapi 
gagal lenyap, dan menjadi nyata, mengembang bersama kondisi awalnya yang
 seperti sekarang. Tetapi, sebuah pertanyaan menggelitik, dan ini 
disebut argumen penyetelan halus (fine-tuning universe): kenapa kondisi awal yang kita peroleh seperti ini, bukan lainnya?
Para
 fisikawan bertanya, mengapa massa elektron yang dihasilkan gejolak 
kuantum seperti sekarang, bukan massa yang lain? Setelah diperiksa, dari
 sekian banyak kemungkinan, hanya ada sedikit kemungkinan yang dapat 
memunculkan susunan yang memungkinkan kehidupan kompleks. Gabungkan 
parameter ini dengan parameter lainnya, maka yang kita peroleh adalah 
sebuah kondisi awal yang sangat langka. Tapi gejolak kuantum muncul 
setiap saat dalam kekosongan palsu dan kondisi awal yang mana pun punya 
peluang yang sama untuk muncul. Kenapa harus yang seperti ini? Ada dua 
kubu : kubu Tuhan dan kubu multijagad. Kubu Tuhan bilang, ya ini karena 
Tuhan yang memilihkan kondisi awal seperti ini. Kubu Multijagad bilang, 
itu kebetulan. Kebetulan di alam semesta kita kombinasi yang muncul 
seperti itu, dan ada tak terhingga alam semesta.
Bagaimana
 mungkin ada tak terhingga alam semesta? Hal tersebut hanya mungkin 
benar secara ilmiah jika kita melihat alam semesta lain selain alam 
semesta kita bukan? Hal ini sebenarnya konsekuensi logis dari teori 
inflasi. Mari kita tinjau sebentar tentang teori inflasi.
Telah
 disebutkan kalau diameter alam semesta 92 miliar tahun cahaya. Artinya 
seandainya kita diubah menjadi planet Bumi dan melihat ke kiri, kita 
mampu mengindera jagad raya hingga sejauh 46 miliar tahun cahaya. 
Melihat ke kanan, kita bisa melihat jagad raya sejauh 46 miliar tahun 
cahaya juga. Masuk akal jika usia alam semesta ini adalah 46 miliar 
tahun, karena itulah waktu minimal yang diperlukan materi bergerak dari 
satu ujung ke ujung lain jagad raya. Ingat, menurut teori relativitas, 
kecepatan tertinggi di alam semesta adalah kecepatan cahaya. Tapi, tak 
disangka, alam semesta usianya hanya 12,8 miliar tahun. Bahkan tak 
sampai separuh diameter jagad raya. Ini artinya, alam semesta memuai 
dengan kecepatan melebihi kecepatan cahaya itu sendiri. Bagaimana 
mungkin? Ini yang disebut masalah domain dalam teori Big Bang.
Untuk
 menambal kekurangan ini, ilmuan mengajukan teori inflasi (Bucher dan 
Spergel, 1999). Teori inflasi mengatakan, beberapa saat setelah Big 
Bang, alam semesta mengembang sangat cepat, sedemikian cepat, hingga 
melebihi kecepatan cahaya. Seperti balon yang ditiup. Bagian-bagian dari
 balon ini tidak sempat berhubungan satu sama lain karena kecepatan 
pengembangan melebihi kecepatan yang bisa ditempuh informasi dari 
bagian-bagian tersebut untuk menyeberang ke bagian lain. Seberapa cepat 
inflasi ini? Tampaknya itu bisa diketahui jika kita mengetahui kecepatan
 gerak bagian terjauh dari alam semesta. Tetapi bagian tersebut 
sedemikian jauhnya sehingga informasinya belum sampai ke kita. Lebih 
parah lagi, bagian tersebut semakin menjauh dari kita dengan gerak 
dipercepat. Informasinya tidak akan pernah sampai ke kita.
Tetapi
 ilmuan punya cara lain, yaitu mengukur temperatur alam semesta. Jika 
alam semesta memuai begitu cepatnya pada masa inflasi, semakin cepat ia 
mengembang, maka alam semesta semakin luas kan? Semakin luas artinya 
alam semesta semakin datar. Eksperimen dan pengamatan, dilakukan di 
Antartika dan di luar angkasa, menemukan bahwa, alam semesta kita 
berbentuk benar-benar datar! (Netterfield et al. 1995; Scott et al. 
1996; Lineweaver et al. 1997)
Apa
 artinya alam semesta datar? Artinya alam semesta kita tak terhingga 
luasnya. Tak terhingga dalam artian datar, bukan seperti donut atau bola
 yang terhingga tapi tak terbatas (Baltovic, 1999). Ini sangat sederhana
 bukan? Kita tidak membayangkan kalau pesawat dalam film Star Trek suatu
 saat akan tiba di ujung Alam Semesta. Itu aneh, lebih masuk akal kalau 
pesawat tersebut akan terus saja melaju tanpa pernah tiba di suatu 
ujung. Walaupun alam semesta ini hampir sepenuhnya kosong, tapi jika 
kita mempunyai roket yang terus bergerak lurus, tanpa dipengaruhi 
gravitasi, suatu saat ia akan menabrak sebuah benda, tidak mungkin ia 
menabrak ujung alam semesta.
Dalam 
masa inflasi, karena kecepatan informasi terbatas, maka daerah-daerah 
dalam bagian alam semesta yang memuai memiliki konfigurasinya 
sendiri-sendiri. Fluktuasi kuantum tidak mampu saling menyatu dan 
akibatnya kondisi awal dari tiap wilayah terpisah ini berbeda-beda. Alam
 semesta kita hanya satu bintik dari tak terhingga bintik dalam balon 
yang mengembang ini. Bintik kita, memiliki kondisi awal seperti yang 
kita amati sekarang. Bintik lain, berbeda. Lebih menyeramkannya lagi, 
dalam alam semesta tak terhingga, akan ada bintik-bintik yang 100% sama 
persis dengan alam semesta kita. Dan karena jumlahnya tak terhingga, 
jumlah bintik-bintik ini juga tak terhingga banyaknya. Tegmark (2008) 
bahkan menghitung kalau salinan yang tepat seperti anda dan mengerjakan 
hal yang anda lakukan sekarang, membaca artikel ini, berada pada jarak 
sekitar 1010^(29) meter jauhnya dari anda sekarang.
Inflasi
 menyebabkan fluktuasi kuantum mewujudkan seluruh kombinasi yang mungkin
 dari kondisi awal dan karena kombinasi yang mungkin itu terhingga, maka
 ada tak terhingga jumlah kombinasi yang sama. Ada tak terhingga anda di
 dalam jagad yang muncul dari Big Bang, masing-masing tinggal dalam 
bintiknya sendiri. Para ilmuan menyebut bintik alam semesta lokal ini 
sebagai volume Hubble atau dilambangkan dengan O (huruf kapital o dengan
 model huruf ParkAvenue BT).
Dua 
asumsi pendukung multijagad ini adalah alam semesta tak terbatas dan 
distribusi materi yang seragam. Kita telah menyebutkan bagaimana alam 
semesta tak terbatas dikonfirmasi oleh sains, bagaimana dengan 
distribusi materi yang seragam. Ini mirip dengan argumen yang diajukan 
oleh Reichenbach sebelumnya bahwa komponen penyusun anggota himpunan 
mencirikan himpunan itu sendiri, bagian mencirikan keseluruhan. Tapi 
bagaimana kita yakin? Bisa jadi kasusnya malah seperti bata kecil 
menyusun tembok besar, bukannya tembok adalah bata karena tersusun dari 
bata.
Sayangnya para ilmuan hanya 
menduga hal ini benar berdasarkan pengamatan pada alam semesta kita. 
Dalam volume Hubble, distribusi materi terlihat seragam ke segala arah. 
Ketidak seragaman hanya dideteksi pada sutruktur kurang dari sekitar 1024
 meter (100 juta tahun cahaya). Ukuran ini sangat kecil dibandingkan 
dengan O. Jika kita bandingkan, ketidakseragaman hanya mencakup 
sepersejuta dari bagian volume Hubble. Masuk akal jika ditarik 
kesimpulan kalau seluruh multijagad bersifat seragam karena ukurannya 
lebih besar lagi dari volume Hubble. Dalam skala yang jauh lebih besar 
dari volume Hubble, dapat ada sebuah domain dimana tetapan kopling dan 
massa partikel dalam model standar tidak konsisten dengan kehidupan dan 
karenanya, tidak mengherankan kalau kita hidup di volume Hubble yang 
mendukung kita hidup, jika tidak, kita tidak akan mengajukan pertanyaan 
mengapa alam semesta kita (O. yang kita tempati) memiliki konfigurasi 
yang mendorong kehidupan.
Multijagad
 tipe ini disebut multijagad tingkat 1 oleh Tegmark karena alam 
semesta-alam semesta hanya berbeda dalam kondisi awalnya saja, sementara
 hukum fisika yang mengatur alam semesta ini sama. Ia lebih sederhana 
dari asumsi jagad tunggal yang membutuhkan jawaban atas pertanyaan: 
mengapa distribusi materi dan kerapatan alam semesta seperti sekarang, 
kenapa tidak yang lain? Gerakan ID menyebut sebabnya adalah Tuhan yang 
mereka pandang lebih sederhana. Kesederhanaan ini dimunculkan dari 
asumsi kalau sebuah peristiwa dengan kemungkinan yang kecil tidak muncul
 karena kebetulan (Dembski, 1998:48). Tentu saja asumsi ini tidak logis 
karena kemungkinan apapun, sejauh tidak nol, tetap dapat mewujud secara 
kebetulan. Ambil contoh seperangkat kartu remi dengan 52 kartu, 
kemungkinan sebuah konfigurasi 7 kartu ada di tangan anda adalah 1: 
(52x51x50x49x48x47x46) atau satu dari 674274182400 kemungkinan atau 
secara pecahan, kemungkinannya adalah 0,000000000001, tetapi tetap saja 
ia mewujud di tangan anda kan? Dan dalam alam semesta tak terhingga 
luasnya, kemungkinan ini pasti akan mewujud (Monton, 2004). Itu mengapa 
para ilmuan (setidaknya filsuf sains), memandang gagasan multijagad yang
 memunculkan segala kondisi awal yang mungkin lebih sederhana karena 
kita tidak perlu memilih salah satu dan adanya kita di volume Hubble 
sekarang hanyalah kebetulan belaka. Tapi, Tegmark beranjak lebih jauh 
dengan memberikan deskripsi multijagad tingkat kedua, yang lebih 
sederhana lagi dari tingkat 1.
lihat Part 7
Referensi:
Baltovic, Mark. 1999. The Topology of the Universe. Online. Tersedia di: http://www.maths.lse.ac.uk/Personal/mark/topos.pdf
Bucher, M.A. and D. N. Spergel. 1999. Inflation in a low-density Universe, Scientific American. 1/1999
Dembski, William, 1998, The Design Inference, Cambridge University Press.
Lineweaver, C., Barbosa, D., Blanchard, A., & Bartlett, J. 1997, Constraints on h, b and o from cosmic microwave background observations. Astronomy & Astrophysics, 322, 365
Netterfield, C. B., Jarosik, N., Page, L., Wilkinson, D., & Wollack E. 1995,
The anisotropy in the cosmic microwave background at degree angular scales Astrophysical Journal, 445, L69
The anisotropy in the cosmic microwave background at degree angular scales Astrophysical Journal, 445, L69
Scott,  P. F. et al. (VSA collab.) 1996, Measurements of Structure in the  Cosmic Background Radiation with the Cambridge Cosmic Anisotropy  Telescope. Astrophysical Journal, 461, L1
Smoot G. F. et al. (COBE collab.) 1992, Structure in the COBE differential microwave radiometer first-year maps Astrophysical Journal 396, L1
Tegmark, M. 2008. Many World in Context. Dalam “Many Worlds? Everett, Quantum Theory and Reality”, S. Saunders, J. Barrett, A. Kent & D. Wallace (eds), Oxford Univ. Press
Sumber: FaktaIlmiah.com
No comments:
Post a Comment