Oleh Robert Todd Carrol, 2004
Mungkin kendala terbesar dalam berpikir kritis adalah ketidakpedulian (ignorance):  tidak adanya pengetahuan latar belakang mendasar mengenai subjek yang  dibahas. Ketidakpedulian berbeda dengan kebodohan, yang berhubungan  dengan tidak adanya, atau penerapan yang tidak kompeten pada kecerdasan. Ketidakpedulian berhubungan dengan tidak adanya informasi atau pengetahuan.
Mungkin  tidak ada yang paling mengkendalai berpikir kritis daripada tidak  adanya kosakata yang sesuai. Menggunakan kamus yang baik sering  merupakan cara yang cepat dan efisien untuk mengatasi salah satu kendala  utama berpikir kritis. Lagi pula, bila anda tidak memahami apa yang  dimaksud oleh orang lain, anda tidak dapat menilai dengan baik kalimat  atau argumen orang tersebut.
Tanpa pemahaman yang kuat pada prinsip dasar dan keyakinan  yang diterima dalam bidang tertentu, mustahil menilai kebenaran,  relevansi atau kecukupan bukti yang diajukan untuk mendukung posisi  dalam bidang tersebut. Tanpa latar belakang pengetahuan mengenai subjek,  seseorang tidak dapat mengetahui apakah klaim tersebut cukup jelas atau  apakah material yang relevan telah diajukan. Singkatnya, seseorang  dapat menjadi seorang ahli keterampilan berpikir kritis, namun tanpa  pengetahuan keterampilan tersebut tidak berguna dengan baik.
Seorang  pemikir kritis yang baik tahu kalau kesimpulan, keputusan atau tindakan  mesti berpengetahuan. Ia tahu kalau pemikiran terbaik dilakukan saat  semua data yang sesuai diajukan. Berpikir kritis memerlukan kemampuan  membaca dan meneliti dengan terampil. Ini memerlukan kerja keras, dan  tidak ada penggantinya.
Seorang  pemikir kritis harus tahu bagaimana menggunakan bank data perpustakaan  dan komputer untuk mendapatkan informasi yang diperlukan. Dan karena  seringkali mustahil melakukan penelitian sendiri, seorang pemikir kritis  harus juga terampil dalam menilai klaim dari para pakar dan otoritas  dalam beragam bidang.
Sumber: FaktaIlmiah.com 
No comments:
Post a Comment