Saturday, October 23, 2021

Bisakah Fisika Membuktikan Keberadaan Tuhan?

Bagi sebagian orang, pertanyaan tentang keberadaan Tuhan menjadi sebuah pertanyaan yang tak lekang oleh waktu. Bisakah fisika membuktikan keberadaan Tuhan?

Saya masih percaya Tuhan (saya sekarang seorang ateis) ketika saya mendengar pertanyaan berikut yang diajukan Albert Einstein dalam sebuah seminar, yang membuat saya tercengang oleh keanggunan dan kedalaman pertanyaannya:
 
"Jika ada Tuhan yang menciptakan seluruh alam semesta dan SEMUA hukum fisikanya, apakah Tuhan mengikuti hukum yang ia ciptakan sendiri?
 
Atau bisakah Tuhan melampaui hukumnya sendiri, seperti berkelana lebih cepat dari kecepatan cahaya dan dengan demikian mampu berada di dua tempat yang berbeda pada waktu yang bersamaan?"
 
Dapatkah jawaban tersebut membantu kita membuktikan apakah Tuhan itu ada atau tidak, atau di sinilah titik di mana empirisme ilmiah dan keyakinan agama bersinggungan, dengan TIDAK disertai jawaban yang pasti?
 
David Frost, 67 tahun, Los Angeles.
 
Saya berada dalam karantina wilayah ketika menerima pertanyaan ini dan langsung tertarik.
 
Tidak mengherankan momen kapan pertanyaan ini muncul - kejadian tragis, seperti pandemi, acap kali membuat kita mempertanyakan keberadaan Tuhan: jika Tuhan maha baik, mengapa bencana seperti ini terjadi?
 
Gagasan bahwa Tuhan mungkin "terikat" oleh hukum fisika - yang juga mengatur tentang kimia dan biologi dan dengan demikian halnya batasan-batasan ilmu kedokteran - adalah hal yang menarik untuk ditelusuri.
 
Jika Tuhan tak dapat melanggar hukum fisika, ia bisa dibilang tidak sekuat yang Anda harapkan sebagai makhluk tertinggi.
 
Namun, jika ia bisa melakukannya, mengapa kita belum melihat bukti hukum fisika pernah dilanggar di alam semesta?

Argumen Penutup Ketiadaan Tuhan

Argumen ini akan saya gunakan untuk membuktikan bahwa tuhan tidak ada. Saya akan membunuh tuhan. Pendekatan yang saya gunakan adalah pendekatan logika. Bukan pendekatan iman, bukan pula pendekatan agama.

Argumen ini adalah tantangan dan serangan. Argumen ini tidak ambil posisi netral. Silahkan ditanggapi, dihajar, diserang balik.
 
Argumen ini saya bagi menjadi beberapa runtutan logika. Yang mesti dibaca satu persatu dari atas ke bawah untuk dipahami. Argumen ini tersusun dalam tiga bagian yang saya sebut major argument. Dua bagian awal akan menunjukkan kepada Anda bahwa tuhan tidak mungkin ada. Dan argumen penutup akan menutup celah logika yang tertinggal pada dua argumen sebelumnya. Tiga major arguments ini mesti dibaca berurutan dan dipahami sebagai satu kesatuan menuju kesimpulan penutup: BAHWASANYA MENURUT LOGIKA DAN AKAL SEHAT, TUHAN TIDAK MUNGKIN ADA DAN JELAS TIDAK ADA.
 
Pertama kita akan berangkat dari asumsi kaum teis tradisional bahwa tuhan adalah pencipta berpribadi dan berkehendak. Tuhan yang dalam eksistensinya adalah berinisiatif dan aktif dalam relasi dengan manusia dan semesta alam. Yang akan kita bedah dengan pisau logika menuju major argument pertama.
 
Major Argument #1 To Kill The Personal God
 
TUHAN, JIKA DIA MEMANG ADA, ADALAH TUHAN YANG PASIF DAN INAKTIF.
Argumen ini bertujuan untuk menolak konsep Personal God. Tuhan yang melibatkan diri secara terus menerus dalam kehidupan manusia. Berinisiatif, berpikir dan berkendak. Berfirman dan bermukjizat. Tuhan para kreasionis yang aktif menciptakan, mengadakan, menjaga, dan memelihara alam sekehendaknya. Tuhan agama-agama Semitik, Dewa-Dewi Hindu, Romawi, dan Yunani. Ada dua minor arguments yang disusun untuk mendukung major argument ini.
 

Thursday, October 21, 2021

Kutipan dari 'MASA DEPAN PIKIRAN'

Oleh: Michio Kaku

Houdini percaya bahwa telepati tidak mungkin. Tapi sains membuktikan Houdini salah. Telepati sekarang menjadi subjek penelitian intensif di universitas di seluruh dunia, di mana para ilmuwan telah mampu menggunakan sensor canggih untuk membaca kata-kata, gambar, dan pikiran individu di otak seseorang. Hal ini dapat mengubah cara kita berkomunikasi dengan korban stroke dan kecelakaan yang "terkunci" dalam tubuh mereka, tidak dapat mengartikulasikan pikiran mereka kecuali melalui kedipan. Tapi itu baru permulaan. Telepati mungkin juga secara radikal mengubah cara kita berinteraksi dengan komputer dan dunia luar.

Memang, dalam "Perkiraan 5 dalam 5 berikutnya" baru-baru ini, yang memprediksi lima perkembangan revolusioner dalam lima tahun ke depan, para ilmuwan IBM mengklaim bahwa kita akan dapat berkomunikasi secara mental dengan komputer, mungkin menggantikan mouse dan perintah suara. Ini berarti menggunakan kekuatan pikiran untuk menelepon orang-orang di telepon, membayar tagihan kartu kredit, mengendarai mobil, membuat janji, membuat simfoni dan karya seni yang indah, dll. Kemungkinannya tidak terbatas, dan tampaknya semua orang— dari raksasa komputer, pendidik, perusahaan video game, dan studio musik— menyatu dalam teknologi ini.
 
Telepati sejati, ditemukan dalam fiksi ilmiah dan novel fantasi, tidak mungkin tanpa bantuan dari luar. Seperti yang kita ketahui, otak bersifat elektrik. Secara umum, setiap kali elektron dipercepat, ia mengeluarkan radiasi elektromagnetik. Hal yang sama berlaku untuk elektron yang berosilasi di dalam otak, yang memancarkan gelombang radio. Tapi sinyal ini terlalu redup untuk dideteksi oleh orang lain, dan bahkan jika kita bisa merasakan gelombang radio ini, akan sulit untuk memahaminya. Evolusi tidak memberi kita kemampuan untuk menguraikan kumpulan sinyal radio acak ini, tetapi komputer bisa. Para ilmuwan telah bisa mendapatkan perkiraan kasar dari pikiran seseorang menggunakan EEG scan. Subjek akan mengenakan helm dengan sensor EEG dan berkonsentrasi pada gambar tertentu—misalnya, gambar mobil. Sinyal EEG kemudian direkam untuk setiap gambar dan akhirnya kamus pemikiran yang belum sempurna dibuat, dengan korespondensi satu-ke-satu antara pikiran seseorang dan gambar EEG. Kemudian, ketika seseorang diperlihatkan gambar mobil lain, komputer akan mengenali pola EEG sebagai dari mobil.

Sunday, October 17, 2021

Bagaimana Pandangan Zen terhadap Kematian?

Tertawa. Ya, tertawa adalah sikap Zen terhadap kematian dan terhadap kehidupan juga, karena kehidupan dan kematian tidak terpisahkan. Apapun sikap Anda terhadap kehidupan adalah sikap Anda terhadap kematian, karena kematian datang seperti mekarnya bunga di akhir kehidupan. Kehidupan hadir untuk kematian. Kehidupan hadir melalui kematian. Tanpa kematian tidak akan ada kehidupan sama sekali. Kematian bukanlah akhir tetapi puncak. Kematian bukanlah musuh, ia adalah teman. Ia membuat kehidupan menjadi mungkin.
 
Jadi sikap Zen tentang kematian adalah persis sama seperti sikap Zen terhadap kehidupan-yaitu dengan tertawa, sukacita, perayaan. Dan jika Anda sudah bisa tertawa pada kematian, saat kematian, Anda terbebas dari semua. Maka Anda adalah kebebasan. Jika Anda tidak bisa menertawakan kematian Anda tidak akan bisa tertawa terhadap kehidupan karena kematian akan selalu datang. Setiap tindakan dalam kehidupan, setiap pengalaman dalam kehidupan, membawa kematian lebih dekat. Setiap momen yang Anda jalani, membawa lebih dekat dengan kematian. Jika Anda tidak bisa tertawa dengan kematian, bagaimana Anda bisa tertawa pada kehidupan dan di dalam kehidupan?
 
Tetapi ada perbedaan antara umat Buddha Zen dan agama-agama lain. Agama lain tidak sedalam itu: agama lain juga mengatakan bahwa Anda tidak perlu takut terhadap kematian karena jiwa adalah abadi. Tapi dalam gagasan tentang kekekalan jiwa, pikiran Anda akan mencari keabadian dan tidak ada yang lain. Dengan gagasan tentang keabadian, Anda menolak kematian, Anda mengatakan bahwa kematian tidak ada. Anda berkata, “Jadi, mengapa harus takut"? Tidak ada kematian. Aku akan terus hidup-jika tidak sebagai tubuh ini, saya akan terus hidup sebagai jiwa. Esensi saya akan terus hidup. Jadi mengapa takut akan kematian? Kematian tidak akan menghancurkan saya. Aku akan tetap hidup, saya akan bertahan, saya akan melanjutkan hidup.”Agama-agama lain berkompromi dengan keinginan Anda untuk tetap ada selamanya, mereka memberikan penghiburan". Mereka berkata, “Jangan khawatir. Anda akan berada di beberapa tubuh lainnya, dalam bentuk lain, tetapi Anda terus hidup.” Hal ini tampaknya menjadi melekat.
 
Tapi pendekatan Zen terhadap kematian benar-benar berbeda, sangat mendalam. Agama-agama lain mengatakan untuk tidak mengkhawatirkan tentang kematian, untuk tidak takut, karena jiwa adalah abadi. Zen mengatakan: tidak ada kematian karena tidak ada yang mati. Lihat perbedaan-tidak ada yang mati. Diri tidak ada, sehingga kematian tidak dapat mengambil apa pun dari Anda. Hidup tidak bisa memberikan apa-apa dan kematian tidak dapat mengambil apa pun. Tidak ada tujuan dalam kehidupan dan tidak ada tujuan dalam kematian. Tidak ada kematian. Agama-agama lain mengatakan kamu tidak akan mati jadi jangan khawatir tentang kematian. Zen mengatakan: Anda tidak eksis - pada apakah Anda khawatir? Tidak ada yang nyata dalam kehidupan dan tidak ada yang nyata dalam kematian; Anda adalah murni kekosongan. Tidak ada apa-apa.

Saturday, October 16, 2021

ALAM SEMESTA DALAM DIRI KITA (3)

"Sudut pandang kosmik bersifat spiritual dan memerdekakan".

Ingin tahu apa bahan pembuat kita? Sekali lagi, sudut pandang kosmik menawarkan jawaban lebih besar daripada yang anda mungkin harapkan. Unsur2 kimia di alam semesta ditempa dalam api bintang bermassa besar yang mengakhiri hidup dengan ledakan raksasa, memperkaya galaksi dengan bahan2 kimia pembentuk kehidupan yang kita kenal. Hasilnya? Empat unsur paling lazim dan paling aktif secara kimiawi di alam semesta - hidrogen, oksigen, karbon, dan nitrogen --- adalah empat unsur kehidupan paling lazim di Bumi; karbon adalah dasar biokimia.
 
"Kita bukan sekedar hidup di alam semesta. Alam semesta hidup dalam diri kita".
 
Bahkan kita sendiri boleh jadi tak berasal dari Bumi. Beberapa jalur riset, kalau dipertimbangkan bersama-sama, telah memaksa para peneliti memikirkan kembali siapa sebenarnya kita dan dari mana kita berasal. Kita sudah melihat bahwa ketika suatu asteroid besar menabrak planet, daerah di sekelilingnya bisa melonjak karena energi tabrakan, melemparkan bebatuan ke antariksa. Dari sana, bebatuan itu bisa pergi ke -- dan mendarat di -- permukaan planet lain. Kedua, mikroorganisme bisa tangguh. Makhluk hidup ekstremofil di Bumi bisa bertahan hidup di berbagai suhu, tekanan, dan radiasi yang terjadi dalam perjalanan antariksa. Jika batu yang terlontar karena tabrakan berasal dari planet dengan kehidupan, fauna mikroskopik bisa saja terbawa di celahnya. Ketiga, bukti terbaru memberi kesan bahwa tak lama susudah pembentukan tata surya kita, Mars itu basah, dan berangkali subur, bahkan sebelum Bumi memiliki kondisi seperti itu.
 
Bersama-sama, temuan-temuan itu menunjukkan bahwa bisa saja kehidupan berawal di Mars dan kemudian menjadi benih kehidupan di Bumi, suatu proses yang dikenal sebagai panspermia. Jadi semua penghuni bumi mungkin saja keturunan makhluk Mars.

POHON SILSILAH DAN ASAL USUL KITA (2)

"Kita adalah debu bintang yang menjadi hidup, lalu diberdayakan oleh alam semesta untuk mengerti". -- NDT

Neil d. Tyson menulis, selagi materi katanya yang bisa berakresi di tata surya menjadi makin sedikit, permukaan planet mulai mendingin. Dan dari situ, Planet yang kita sebut BUMI terbentuk di "Zona Goldilocks" di sekitar matahari, tempat lautnya tetap dalam wujud air. Andaikan katanya bumi lebih dekat ke Matahari, lautnya akan menguap, dan andai Bumi lebih jauh, lautnya akan membeku. Yang mana pun yang akan terjadi di antara dua itu, kehidupan sebagaimana kita kenal sekarang tak akan berevolusi.
 
Dalam laut cair yang kaya materi kimia, dia melanjutkan, melalui suatu mekanisme yang belum diketahui, molekul-molekul organik berteransisi menjadi kehidupan yang bisa menggandakan diri. Dalam sup purba itu yang dominan adalah bakteri anaerob sederhana - suatu kehidupan yang marak di lingkungan tanpa oksigen, tapi mengeluarkan oksigen yang reaktif secara kimia sebagai salah satu produk buangan. Nah, makhluk hidup awal bersel tunggal itu tanpa sengaja mengubah atmosfer Bumi yang kaya karbondioksida menjadi kaya oksigen sehingga memungkinkan kemunculan organisme aerob yang lantas mendominasi lautan dan daratan.

PERMULAAN: Alam Semesta Kita (1)

"Satu per setriliun detik sudah berlalu sejak permulaan". --NDT

Tapi apa yang terjadi sebelum itu?
 
Para ahli astrofisika belum tahu: kita belum memiliki, dalam istilah Neil Tyson, dasar sains eksperimental.
 
Bagi orang beragama, dengan keyakinannya, pastilah sesuatu adalah awal dari semuanya: suatu kekuatan yang lebih besar dari segalanya, yang merupakan sumber segala hal. Kausa Prima. Tentu yang dimaksud adalah TUHAN.