Thursday, May 31, 2012

Delusinasi


Delusi ialah keyakinan salah yang dipercaya oleh seseorang meski berbagai bukti relevan berbicara sebaliknya. Orang yang percaya terhadap keyakinan yang salah tersebut berarti mengalami delusinasi. Delusinasi tidak ada kaitannya dengan adanya jaringan syaraf otak seseorang yang mengalami kerusakan. Seorang yang mengalami delusinasi sangat yakin pada kepercayaannya itu sampai-sampai hal yang diyakini dan dipercayainya itu tidak dapat diganggu-gugat terlebih diubah sekalipun bukti-bukti fisik yang berdasar pada sains telah memberikan penjelasan yang bertolak belakang dengan keyakinan dan kepercayaannya.

Lebih dari 20 persen Ilmuan Ateis bersifat Spiritual

Penelitian ini diterbitkan dalam edisi Juni 2011 jurnal ilmiah Sociology of Religion.

Lewat wawancara mendalam pada 275 ilmuan alam dan sosial di universitas-universitas terkenal, para peneliti Rice menemukan kalau 72 dari para ilmuan tersebut mengatakan bahwa mereka memiliki spiritualitas yang konsisten dengan sains, walaupun mereka tidak beragama secara formal.

“Hasil kami menunjukkan kalau para ilmuan memandang agama dan spiritualitas sebagai konstruk yang berbeda secara kualitatif,” kata Elaine Howard Ecklund, asisten profesor sosiologi di Rice dan penulis perdana studi ini. “Para ilmuan ateis spiritual ini mencari makna kebenaran lewat spiritualitas – yang dibangkitkan lewat dan konsisten dengan pekerjaan mereka sebagai ilmuan.”

Sebagai contoh, para ilmuan ini memandang sains dan spiritualitas sebagai “pembuatan makna tanpa keyakinan” dan sebagai penaklukkan makna individual yang tidak akan pernah final. Menurut penelitian ini, mereka melihat spiritualitas kongruen dengan sains dan terpisah dari agama, karena penaklukkan tersebut; dimana spiritualitas terbuka dengan perjalanan ilmiah, sementara agama memerlukan keyakinan mutlak walau dengan “ketiadaan bukti empiris.”

Ketidaktahuan

Ketidaktahuan atau ignorance menghalangi proses berpikir kritis, untuk itu perlu untuk terus belajar secara luas dan mendalam

Oleh Robert Todd Carrol, 2004

Mungkin kendala terbesar dalam berpikir kritis adalah ketidakpedulian (ignorance): tidak adanya pengetahuan latar belakang mendasar mengenai subjek yang dibahas. Ketidakpedulian berbeda dengan kebodohan, yang berhubungan dengan tidak adanya, atau penerapan yang tidak kompeten pada kecerdasan. Ketidakpedulian berhubungan dengan tidak adanya informasi atau pengetahuan.

Mungkin tidak ada yang paling mengkendalai berpikir kritis daripada tidak adanya kosakata yang sesuai. Menggunakan kamus yang baik sering merupakan cara yang cepat dan efisien untuk mengatasi salah satu kendala utama berpikir kritis. Lagi pula, bila anda tidak memahami apa yang dimaksud oleh orang lain, anda tidak dapat menilai dengan baik kalimat atau argumen orang tersebut.

Pandangan Kita Terhadap Dunia

Motivasi dan perilaku seseorang dipengaruhi pandangannya mengenai dunia, seperti moral dan agama.

Oleh Robert Todd Carrol, 2004

Masing-masing kita memiliki sederetan nilai dan keyakinan dasar mengenai dunia ini. Nilai dan keyakinan ini adalah saringan dimana kita mempersepsi dunia dan menafsirkan pengalaman. Nilai seseorang dapat mempengaruhi bukan hanya seberapa pentingnya nilai yang ia berikan pada fakta, namun juga apa yang ia anggap sebagai fakta. Keyakinan moral dan agama adalah bagian dari pandangan seseorang terhadap dunia dan seringkali bertabrakan dengan pandangan dunia orang lain.

Beberapa pandangan memuat pemahaman kalau pandangan lainnya harus dimusnahkan dan mereka harus menjadi pandangan yang dominan. Pandangan demikian tidak menerima kompromi dan memandang mereka yang mengajukan toleransi pada pandangan lain adalah bagian dari sebuah konspirasi untuk meremehkan mereka dengan mendukung berpikir bebas. Kelompok agama ultrakonservatif dicirikan oleh pandangan dunia yang demikian.

Berpikir Kritis


Setiap manusia berpikir karena berpikir sudah merupakan sifat dasar manusia. Namun, sebagian besar pikiran manusia itu berat sebelah, menyimpang, parsial (tidak utuh), tak didukung oleh informasi yang cukup, atau memiliki prasangka-prasangka tertentu. Namun demikian, kualitas kehidupan manusia, dan apa yang manusia hasilkan, buat, atau bangun berdasar pada kualitas pikirannya. Sementara itu di sisi lain, pikiran yang bobrok dapat merugikan, baik uang maupun kualitas hidup manusia. Oleh karena itu, pikiran berkualitas yang dimiliki manusia tidaklah datang dengan sendirinya atau “jatuh dari langit” melainkan harus dikembangkan dan dilatih secara sistematis dan tiada henti.

Secara sangat sederhana dapat dikatakan bahwa berpikir kritis merupakan cara berpikir mengenai subjek, isi, dan masalah apapun, di mana manusia yang berpikir selalu meningkatkan dan memperbarui kualitas berpikirnya. Upaya ini dilakukannya dengan berbagai analisis, penilaian, dan rekonstruksi yang terampil. Berpikir kritis artinya diarahkan, dikendalikan, diawasi oleh diri sendiri sekaligus merupakan koreksi terhadap diri sendiri. Semua hal tersebut dilakukan secara teliti karena dikendalikan oleh berbagai tolok ukur yang berasal dari pemikiran yang berkualitas. Hal ini berkaitan dengan kemampuan komunikasi yang baik dan kemampuan menyelesaikan masalah yang dimiliki manusia, begitu juga komitmen untuk mengatasi egosentrisme dan sosiosentrisme yang menjadi sifat dasar manusia.

Keyakinan


Oleh Robert Todd Carrol, 2004

Beberapa keyakinan dapat menghalangi pemikiran kritis. Bila anda yakin anda akan gagal dalam memecahkan sebuah masalah, anda mungkin tidak mau mencoba. Bila anda tidak mencoba, anda tidak akan memberi kesempatan pada diri anda untuk belajar dan mengembangkan bakat anda, termasuk bakat berpikir kritis. Mengejutkannya, sebagian besar penelitian telah menemukan kalau percaya bahwa kecerdasan adalah sesuatu yang dibawa sejak lahir, dan tetap tidak berubah sepanjang hidup karena gen, menghalangi orang dalam beberapa cara yang dapat mempengaruhi kemampuan mereka berpikir kritis.

“Salah satu hal terbodoh yang dilakukan orang dengan pandangan kalau kecerdasan itu tetap adalah mengorbankan kesempatan belajar yang penting saat kesempatan tersebut mengandung resiko mengungkapkan ketidakpedulian atau membuat kesalahan” (Dweck 2002: 29). Kenapa? Karena orang yang percaya kecerdasan sepenuhnya tetap lebih cenderung takut gagal dari pada mereka yang memandang kecerdasan adalah potensi yang dapat dikembangkan. Mereka takut gagal karena mereka cenderung mengukur harga diri mereka dengan kecerdasan mereka. Mereka menafsirkan kegagalan sebagai tanda kalau mereka kurang cerdas. Mereka kemudian bermain aman. 

Ilmu Pengetahuan dan Skeptisisme



Ilmu pengetahuan merupakan cara berpikir dan bertindak tertentu yang bermanfaat untuk memahami berbagai pengetahuan yang diperoleh manusia, baik yang diterima secara langsung maupun tidak langsung (terjadi di masa lalu maupun masa kini). Hal-hal yang termasuk ke dalam cara berpikir manusia adalah semua hal mengenai ide, hipotesa, teori, dan paradigma. Sedangkan hal-hal yang termasuk ke dalam tindakan manusia adalah pengalaman, analisis statistik, penelitian lapangan, pengumpulan data, penemuan-penemuan, komunikasi dengan sesama, seminar (presentasi), dan tulisan-tulisan. Hal-hal yang termasuk ke dalam cara berpikir manusia itu dinamakan metode mental, sementara berbagai hal yang termasuk ke dalam tindakan manusia disebut metode sikap/kebiasaan.

Jika demikian, apa yang menjadi ciri khas ilmu pengetahuan? Metode apakah yang digunakan oleh, dan dalam ilmu pengetahuan? Apakah metode ilmu pengetahuan itu? Ada begitu banyak tulisan yang membahas mengenai metode ilmu pengetahuan ini. Namun, kata sepakat mengenai hal tersebut sangat sulit dicapai, atau setidaknya, di antara para ahli  memiliki rumusan hal itu yang saling berbeda mengenai hal tersebut. Namun demikian, hal ini tidak berarti mereka tidak mengetahui apa yang dilakukannya. Antara “melakukan” dan “menjelaskan” terdapat perbedaan, walaupun umumnya para ahli menjalankan proses “melakukan” dan “menjelaskan” tersebut.

Jalan Menuju Kebenaran

Setiap orang selalu mencari dan berusaha menemukan kebenaran dalam hidup ini, entah kebenaran dalam agama, kebenaran dalam ilmu pengetahuan, kebenaran dalam menjalin hubungan dengan sesama, maupun kebenaran dalam pekerjaan. Oleh karena itu, setiap orang menempuh cara dan jalannya masing-masing demi tiba pada kebenaran itu. Sebagian besar orang menggunakan pengalaman hidupnya atau perasaannya atau kesaksian dari orang lain (khususnya otoritas tertentu), bahkan juga kombinasi dari ketiga cara tersebut untuk sampai pada kebenaran yang dirindukannya. Cara-cara seperti bisa saja menolong orang untuk menemukan kebenaran, tetapi hanya terbatas pada hubungan dengan sesama ataupun dalam pekerjaan. Namun, cara-cara itu pun tidaklah pasti serta-merta dapat diterapkan seperti jika dialami oleh orang lain. Terlebih, cara-cara seperti itu sama sekali tidak dapat diandalkan jika orang hendak menemukan kebenaran di segala hal dalam kehidupan ini.

Sejarah telah menyaksikan dan mencatat bagaimana sebagian besar orang telah salah mengenai begitu banyak hal. Salah mengenai makhluk halus (hantu, tuyul, gendoruwo, kuntilanak, kalong wewe, pocong, dlsb). Salah mengenai obat-obatan. Salah mengenai kesehatan. Salah mengenai alam. Salah mengenai teori politik. Salah mengenai ekonomi. Salah mengenai psikologi. Salah mengenai lawan jenis. Salah mengenai jagat raya. Bahkan salah mengenai sejarah. Kebanyakan orang telah salah memahami sebagian besar hal yang terjadi di sekitar dirinya termasuk hidupnya sendiri.

Sembilan Sifat Sains

Tulisan ini memberikan pembetulan atas beberapa miskonsepsi orang awam terhadap sains dan posisi sains terhadap agama.

Beberapa orang mencoba menghubung-hubungkan sains dengan agama, atau sains dengan mitos atau yang terbaru, mengatakan kalau sains hanyalah budaya barat. Karena itu, kita harusnya paham apa saja sifat sains sesungguhnya. Berikut saya sertakan sembilan sifat sains yang telah diterima luas di kalangan ilmuan.

1. Sains menuntut bukti

Semua penjelasan ilmiah pada akhirnya harus berdasarkan pada bukti yang sah. Tanpa bukti, penjelasan yang diajukan tidak lebih dari spekulasi saja. Saat anda mengatakan bahwa keimanan anda di dukung bukti yang kuat, maka anda sebenarnya tidak beriman, karena anda memerlukan bukti. Dengan mengatakan hal yang demikian pula, anda telah memposisikan sains sebagai keimanan. Anda mengalami miskonsepsi. Sains menuntut bukti, jadi sains bukan keimanan.

2. Sains memakai landasan berpikir kritis

Kemajuan sains tidak akan terjadi seandainya ilmuan tidak mempertanyakan asumsi lama, memeriksa dan menguji kembali data lama, dan mencari kesalahan teori lama sehingga membawa pada penjelasan yang baru dan lebih baik. Bila anda mengatakan keyakinan anda didukung sains modern, anda menempatkan keyakinan anda pada posisi berbahaya. Keyakinan anda akan mengalami proses pemikiran kritis seperti dipertanyakan, diperiksa dan dicari kesalahannya. Selain itu, hal ini membawa pada posisi bahaya seandainya dukungan sains modern tersebut di kemudian hari terbukti salah akibat proses berpikir kritis sains.

Konflik Tradisionalis dan Modernis : Kemunculan Pihak Ketiga

Apa perbedaan di antara ketiganya dan mana yang lebih dipercaya oleh para ilmuan dan lebih mempercayai sains?

Sungguh mengesankan bahwa saya mengetahui teori evolusi justru dari karangan yang mengkritik habis-habisan teori tersebut. Mungkin sudah sepuluh tahun lebih Harun Yahya dan gerakan anti evolusi menyebarkan pengaruhnya pada dunia pembaca sains awam di Indonesia. Gerakan anti evolusi sebenarnya bisa dilacak hingga tahun 1974 di Kanawha, Virginia Barat, Amerika Serikat. Saat itu terjadi penolakan besar-besaran terhadap pengajaran teori evolusi dalam buku paket Biologi oleh beberapa pihak yang mengatasnamakan agama.

Ann Page dan Donald Clelland tahun 1978 menyajikan sudut pandang sosiologis pada asal usul anti evolusi atau yang secara positif di istilahkan sebagai kreasionisme. Menurut kedua pakar sosiologi ini, konflik yang terjadi seperti di Kanawha merupakan konflik tingkat kelompok, bukannya individual. Konflik ini terjadi akibat perbedaan pandangan dunia dari tiap kelompok.

Wednesday, May 30, 2012

Perkembangan Embrio Manusia : Sains vs Mitologi

Dalam artikel ini faktailmiah.com memeriksa kesesuaian klaim Quran dan Srimad Bhagavatam mengenai tahapan-tahapan embriologi. Mari kita kritisi bersama

Beberapa teman mengajukan klaim kalau ada kesesuaian nyata tanpa cela antara perkembangan embrio manusia yang ditunjukkan teks kuno pada kami. Tentu saja, klaim demikian wajar untuk diperiksa secara kritis akan kebenarannya. Karenanya kami tanpa ragu memeriksa beberapa literatur ilmiah modern mengenai embriologi dan membandingkannya dengan teks kuno yang diajukan ke kami. Dua teks kuno yang akan diperiksa dalam studi banding ini adalah Al Quran dan Srimad Bhagavatam. Perlu ditekankan bahwa yang di kritisi di sini adalah perkembangan embrio manusia, bukan asal usul embrio manusia. Untuk membahas asal usul embrio manusia, anda bisa membaca artikel berikut : Apakah manusia dulunya mani?

Aura

Aura adalah sebuah medan yang diduga dipancarkan oleh tubuh manusia.

Katanya ada orang yang bukan hanya dapat melihat aura, tapi bahkan mampu memakainya untuk mendiagnosa apapun dari penyakit sampai masalah kejiwaan. Di Iran, aura di sebut farr atau keagungan : ia diasosiasikan dengan raja-raja Zoroaster dan nabi-nabi Islam. Teosofis abad ke-19, Charles Leadbeater bahkan telah membuat deskripsi tiap warna dan maknanya bagi kejiwaan seseorang.

Berdasarkan penjelasan itu seorang yang kritis tentunya bertanya, kenapa ada orang yang bisa sementara yang lain tidak? Bagaimana kalau sains menyelidikinya karena alat optik sains lebih objektif daripada mata manusia? Kenapa dokter tidak memakainya untuk mendiagnosa pasien?

Tentang Mata
Pertanyaan pertama bisa dijawab dengan mudah. Karena ada orang yang sehat dan ada yang sakit. Mengejutkannya, orang yang sakitlah yang bisa melihat aura. Sakitnya adalah migren. Anda pernah migrain? Bila pernah, mungkin anda bisa merasa melihat aura. Selain migrain, sakit lain yang bisa membuat penderita melihat aura adalah epilepsi, gangguan sistem penglihatan dan sejenis gangguan otak. Selain itu juga ditemukan  jenis sinestesia yang juga menampilkan aura. Sinestesia dalam arti medis adalah konsleting syaraf indera. Karena syaraf kita pada dasarnya adalah jaringan listrik, ada kemungkinan konslet. Dan saat syaraf mata konslet dengan syaraf kulit, apa yang dirasakan oleh kulit justru terlihat oleh mata.  Narkotika LSD juga dapat membuat seseorang melihat aura.

Mati Suri

Sebagian orang yang berhasil selamat dari krisis yang mengancam nyawanya melaporkan pengalaman yang luar biasa. Mati suri (NDE – Near Death Experience / Pengalaman Mendekati Ajal) terjadi semakin sering karena meningkatnya kemampuan sains untuk menyelamatkan hidup manusia bahkan di saat kritis. Isi dari NDE dan efek pada pasien tampaknya sama di dunia ini, tidak peduli budaya dan masanya. Sifat subjektifnya dan ketiadaan kerangka referensi untuk pengalaman ini membawa pada faktor individual, budaya dan agama menentukan kosakata yang dipakai untuk menjelaskan dan menafsirkan pengalamannya.

Sebagai contoh, jika kamu buddha, kamu kemungkinan akan merasakan pengalaman yang sesuai ajaran buddha. Jika kamu muslim, kemungkinan besar kamu merasakan apa yang kamu yakini sesuai ajaran agamamu. Jika kamu kristen, kemungkinan besar akan sesuai dengan ajaran kristen dsb. Karenanya, ada kemungkinan kalau mati suri seperti apa yang dirasakan seseorang ketika mimpi.

Sains, Agama dan Stephen Hawking

Tuhan telah resmi keluar dari fisika saat Stephen Hawking mendeklarasikannya. Fisikawan besar ini mengikuti jejak Darwin dalam biologi

Baru-baru saja ada berita kalau Stephen Hawking, salah seorang fisikawan besar, mengatakan kalau fisika modern telah mencapai sebuah titik dimana kita tidak perlu lagi adanya Tuhan untuk memahami alam semesta sekitar kita.

Seperti kata Paijo, kalau kita tidak perlu lagi memakai radio panggil untuk komunikasi, bukan berarti radio panggil itu tidak ada. Tapi beberapa orang religius merasa hal itu berarti kalau Tuhan tidak ada. Sedemikian hingga mereka memberikan komentar-komentar  memprotes.

FaktaIlmiah.com juga tergelitik untuk membahasnya. So inilah bahasan kami berdasarkan transkrip hasil debat yang bisa anda akses disini:

Hantu

Beberapa pembaca menyarankan mengenai artikel tentang hantu, mayat hidup, hidup sesudah mati dan keabadian.

Artikel ini adalah rangkuman dari keempat tema tersebut. Memilih hantu sebagai judul mungkin tidak terlalu sesuai, tapi kata hantu adalah kata yang paling banyak ditemukan dibandingkan kelima frase lainnya. Kami juga telah membahas mengenai mati suri untuk anda pelajari.

Kelangsungan Hidup 

Manusia adalah mahluk hidup. Tidak diragukan lagi. Sebagai layaknya mahluk hidup, ada sebuah naluri mahluk hidup yang juga dimiliki manusia. Darwin menyebutnya : Survival. Naluri untuk tetap hidup. Keinginan untuk bertahan hidup. Naluri demikian dimiliki segala jenis hewan, dan karenanya kapanpun alam memberi kesempatan untuk hidup, mereka akan memilihnya ketimbang mati.

Sisi Gelap Kedokteran Modern

Ingat kasus dan statistik yang kami paparkan dalam bahasan mengenai santet?

Di situ ditunjukkan bagaimana orang mengeluh ada sesuatu di dalam tubuhnya dan ternyata adalah alat bedah. Alat bedah tersebut tertinggal saat pembedahan terakhir. Juga telah kami tunjukkan kalau kejadian ini bukanlah peristiwa langka, bahkan di negara semaju Inggris dan Amerika Serikat. Ada apa sebenarnya?

Realitas mungkin mengejutkan kita. Sebuah penelitian besar dari Lembaga Pengobatan Amerika Serikat tahun 2007 memperkirakan bahwa “kurang dari separuh” prosedur yang dilakukan dokter dan keputusannya mengenai pembedahan, resep obat dan pemeriksaan merupakan keputusan yang pasti dan efektif. Lebih dari separuh merupakan kombinasi dari tebakan, teori dan tradisi, dengan pengaruh kuat dari well, kapitalis. Yup, kita sudah akrab dengan faktor yang satu ini. Mengenai betapa mahalnya harga sewa kamar semalam atau harga obat.

Santet

Menurut cerita, dukun mampu mengirimkan benda-benda langsung dari dukun ke korban.

Menurut cerita juga, dukun mampu membuat penderita sakit hanya dengan menyakiti boneka yang mewakilinya. Inilah santet, voodoo versi Indonesia.

Masyarakat awam mengatakan hal ini adalah sesuatu yang tidak dapat dijelaskan secara ilmiah. Tapi benarkah?
 
Penjelasan yang Telah Ada
Teleportasi

Semenjak Teori Kuantum diterima luas dalam fisika, muncul kesadaran kalau teleportasi adalah sesuatu yang mungkin untuk dilakukan. Tahun 1993, Charles Bennet dari IBM dan rekan ilmuannya mulai merintis usaha untuk menunjukkan teleportasi dapat dilakukan. Teori kuantum memungkinkan fisikawan mengambil satu foton (atau atom) dan mengirim sifat-sifatnya ke foton lain dalam seketika, walaupun foton tersebut ada di sisi lain alam semesta kita. Dan mereka berhasil di akhir tahun 1997. Untuk pertama kali, teleportasi berhasil ditunjukkan.
 

Mengapa Manusia Ada?

Kemarin tunangan saya menanyakan hal ini. Kenapa manusia ada? Jawaban saya saat itu adalah karena Seleksi alam memaksa leluhur untuk beradaptasi atau mati.

Individu yang mengalami mutasi yang menguntungkan pada leluhur manusia berhasil selamat dan berkembang biak. Sesederhana itu.

Namun setelah cukup lama berpikir, ternyata keberadaan manusia di Bumi sekarang tidak semata karena evolusi. Bila ditarik garis ke belakang, ke masa lalu, maka ada serentetan peristiwa luar biasa yang menandai kehadiran kita di Bumi. Mari kita telusuri ke masa lalu, apa saja yang menyebabkan mengapa manusia ada.

Tarot

Pada dasarnya Tarot adalah permainan kartu seperti bridge. Ia terdiri dari 78 kartu yang masih dimainkan di Perancis dan Kanada hingga sekarang.

Permainan kartu yang sama dipakai di Eropa kontinental. Kata Tarot berasal dari bahasa Italia, tarocchi, yang berarti trumps atau pengambil trik. Menariknya, di Indonesia dan hampir seluruh negara di Dunia, permainan ini berubah menjadi bisnis, dan lebih hebatnya, bisnis meramal.

Penggunaan Tarot kedalam seni meramal baru ditemukan pada tahun 1700an. Tampaknya ia dibawa ke negara Inggris atau selain Perancis oleh seorang yang kreatif dan memakainya untuk meramal sesuatu.

Ciri penting dari kartu Tarot adalah Major Arcana (rahasia besar) atau bisa dibilang kartu trumpnya, terdiri dari 21 kartu tanpa pasangan, seperti “Death” dan “The Hermit” ditambah kartu ke-22, The Fool, yang sering diberi nilai nol. Ada juga empat pasang, biasanya Pedang, Tongkat, Cangkir dan Segilima, walau nama kelompok kartu ini beraneka ragam sepanjang sejarah dan tempat. Masing-masing kelompok memiliki 14 kartu bernomer di dalamnya.

Peta Pikiran

Evy pertama mengenal Peta Pikiran waktu semester 1 dulu. Ia konsep yang menarik dan warna-warni. Evy telah bertahun-tahun menggunakannya tanpa skeptis, dan sekarang Evy akan meninjaunya dari sudut pandang skeptik. Apakah benar Peta Pikiran berguna seperti yang diklaim Tony Buzan dan kawan-kawan?

Satu hal yang memicu kecurigaan bahwa Mind Map mungkin adalah pseudosains terlihat pada bagian belakang buku “Mind Maps at Work” karya Tony Buzan, yang mengaku sebagai penemunya. Disitu ada iklan mengenai penerbit buku tentang panduan hidup dari Tarot dan Astrologi. Memang faktailmiah.com sendiri punya iklan yang kadang gak nyambung dan bahkan bisa pseudosains. Pernah Evy nemu iklan tentang ramalan bintang dan tangan di faktailmiah, tapi iklan itu sifatnya elektronik, dan Googlebot sepenuhnya mengendalikan iklan apa yang harus muncul atau yang tidak. Di sisi lain, iklan di buku semestinya lebih mampu dikendalikan oleh penulisnya. Mengapa ada iklan astrologi di buku sains, jika memang peta pikiran merupakan  fakta ilmiah?

Anak Indigo

Asal usul istilah anak indigo berasal dari pseudosains, yaitu warna aura. Aura tidak terbukti ada secara ilmiah dan hanya mainan pseudosains. Asal usulnya yang pseudosains sudah cukup membuat curiga kita jangan-jangan istilah ini hanya label untuk sesuatu yang sebenarnya biasa di masyarakat.

Berbagai ragam buku, konferensi dan bahan terkait telah diciptakan diseputar keyakinan mengenai anak indigo dan sifat serta kemampuan mereka. Keyakinan ini mulai dari tahap lanjutan evolusi manusia atau memiliki kemampuan paranormal seperti telepati hingga keyakinan kalau mereka semata lebih empatis dan kreatif daripada teman-temannya.

Ciri-ciri anak indigo

Deskripsi anak indigo mencakup keyakinan kalau mereka lebih empatis, punya rasa ingin tahu yang tinggi, berkeinginan kuat, independen dan sering dinilai teman atau keluarga sebagai anak yang aneh; memiliki naluri definisi dan tujuan diri yang jelas; dan juga memiliki kecenderungan pada masalah spiritual semenjak kanak-kanak.

Anak indigo juga sering disebut memiliki perasaan kuat untuk ditadirkan. Sifat lain mencakup IQ tinggi, kemampuan intuitif inheren, dan resistensi pada otoritas.

Sains dan Akal Sehat

Metode ilmiah tidak jauh berbeda dari cara belajar kita sehari-hari tentang dunia ini. Tanpa benar-benar berpikir mengenal langkah atau standar, akal sehat mengambil proses bukti dan penalaran yang sama seperti yang diikuti ilmuan. Anda ingin minum susu, tapi susunya sepertinya tidak bagus. Ini adalah hipotesis. Jadi anda memeriksa tanggal di kemasan, dan mencium susunya, dan jelas, susunya sudah lama dan basi. Ini bukan hanya bukti yang mendukung hipotesis susu tidak bagus, ia juga menggunakan dua bukti dari sumber independen, tanggal dan bau. Dan buktinya sendiri ditafsirkan dengan bantuan pengetahuan dasar mengenai usia susu dan hubungan antara sensasi (bau) dan situasi (tidak bagus). Semua hal ini menunjukkan aspek dasar metode ilmiah, dan semua ini terjadi sepanjang hari saat kita berhadapan dengan lingkungan kita.

Dalam kehidupan sehari-hari seperti dalam sains, bila tidak ada bukti pendukung atau tidak ada bukti logis-matematis, maka tidak ada pengetahuan. Dan dimana bukti ternyata tidak konsisten, atau bukti dan teori tidak konsisten, hal yang terbaik adalah menunda penilaian. Sebagai contoh, bila susu baunya biasa saja, tapi sudah lewat tanggal kadaluarsa, akal sehat (common-sense) berkata “saya tidak tahu apakah susu ini sudah kadaluarsa atau tidak.” Keputusan lainnya akan menjadi spekulasi tanpa dasar. Inilah standar dimana kita hidup, dimana kita jujur dan bertanggung jawab, dan inilah standar di jantung metode ilmiah.

Perbedaan Teori, Hukum dan Fakta Ilmiah

Semua pengetahuan ilmiah harus berdasarkan pengamatan. Inilah basis metode ilmiah, namun ada beberapa keraguan dalam seberapa dekat hubungan dibutuhkan antara pengamatan dan teori. Metode tidak dapat semata proses menggeneralisasi pengetahuan dari pengamatan, karena sebagian pengetahuan merupakan syarat awal membuat pengamatan ilmiah.

Apa yang dimiliki oleh semua teori? Mereka menjelaskan objek atau peristiwa yang tidak langsung teramati. Itulah konsep inti sebuah teori. Sebuah teori menjelaskan aspek alam yang ada diluar (atau dibalik) apa yang dapat kita amati, aspek yang dapat digunakan untuk menjelaskan apa yang kita amati. Kuman, atom, kalorik, ruang waktu melengkung, dan dawai dasar semuanya, memiliki derajat yang tidak dapat diamati. Itu mengapa mereka disebut teoritis. Namun itu tidak membuat mereka tidak nyata.

Sebuah teori dikatakan benar jika ia menjelaskan hal-hal yang tidak teramati tapi benar-benar ada dan menjelaskannya dengan akurat. Jika tidak, ia salah. Hal ini menunjukkan kesalahan dalam membandingkan teori dengan fakta. Sebuah fakta adalah keadaan aktual di alam, dan sebuah teori, adalah benar jika ia sesuai dengan fakta. Beberapa teori benar (teori atom), yang lain salah (teori kalorik), dan metode ilmiahlah yang mengarahkan kita dalam memutuskan mana yang benar mana yang salah. Mengatakan sesuatu gagasan itu hanya teori bukan fakta, adalah kesalahan kategori, seperti membandingkan apel dan jeruk, bukannya apel dengan apel dan jeruk dengan jeruk. Fakta adalah apa yang dijelaskan teori. Dan teori dapat menjelaskan fakta.

Filsafat Sains : Sumber Segala Kemajuan

Apa rahasia kesuksesan sains dalam memahami dunia kita? Ternyata ada hubungannya dengan mutu penjelasannya, demikian kata David Deutsch.

Selama ribuan generasi, kita berada dalam kegelapan. Leluhur kita menatap langit malam, bertanya-tanya apakah bintang itu, menggunakan mata dan otak yang tidak ada bedanya secara anatomis dengan yang kita miliki sekarang. Dalam setiap bidang lainpun, mereka mencoba mengamati dunia dan memahaminya. Sering mereka menemukan pola sederhana di alam, namun ketika mereka mencoba menemukan realitas apa yang ada di baliknya, mereka gagal hampir sepenuhnya. Di saat zaman Pencerahan, mereka salah percaya kalau kita mendapat pengetahuan ini dari bukti-bukti inderawi kita atau membacanya dari Kitab Alam dengan melakukan pengamatan, doktrin yang disebut empirisme.

Tapi sains membutuhkan lebih dari sekedar empirisme. Penjelasan baru membutuhkan kreativitas. Untuk menafsirkan titik di langit sebagai bola putih panas berukuran jutaan kilometer, kita harus memiliki gagasan terlebih dahulu. Hal itu terjadi lewat tebak-tebakan – namun tebakan biasanya menghasilkan kesalahan, itu mengapa pengamatan mendasar dalam sains, walau tidak seperti yang dipandang oleh empirisme. Manfaat utamanya adalah membedakan antara teori yang telah ditebak sebelumnya lewat penyusunan, penggabungan, pengubahan dan penambahan gagasan yang telah ada.

Filsafat Sains : Pengujian Empiris

Pernyataan mengenai hal-hal yang tidak teramati dapat diuji berdasarkan implikasinya yang teramati. Dengan kata lain, untuk menguji kebenaran pernyataan x, kita bernalar kalau : Jika x benar, maka kita akan mengamati y. Y adalah implikasi dari x, dan berdasarkan pengamatan y maka x secara tidak langsung terbukti. Bila kita mencari y namun tidak menemukannya, maka x secara tidak langsung terbukti salah. Y adalah bukti untuk (atau melawan) x.

Karena kita mencari pola umum dalam logika pengujian empiris tidak langsung, mari kita ambil contoh argumentasi Einstein. Misalkan H adalah hipotesis dalam kasus pengujian empiris. Misalkan p adalah implikasi, yaitu prediksi. Dalam kasus khusus pengujian teori relativitas umum,

Filsafat Sains: Jaringan Pengetahuan

Metode ilmiah harus melibatkan sejumlah besar gagasan. Sebuah teori dinilai oleh hubungannya dengan banyak pengamatan dan banyak teori. Pengetahuan ilmiah harus merupakan jaringan pernyataan yang koheren, baik secara empiris maupun teoritis.

Beberapa pengujian lebih penting dari yang lain, dan beraneka bukti adalah aspek penting pengujian empiris. Ini bukanlah hal mengejutkan. Metode ilmiah harus dinilai.

Pertanyaannya adalah apakah metode ilmiah tidak dapat semata informasi objektif dalam pengamatan dan logika. Harusnya pengamatan dan logika, dan sesuatu yang lain. Apakah sesuatu yang lain ini subjektif, dan karenanya kontribusi pribadi ilmuan? Jawaban singkatnya tidak.

Penilaian kita berikan untuk mempertanyakan pentingnya data dan relevansinya, tidak peduli prasangka atau cita rasa terhadap faktanya. Ia tidak merujuk pada subjektivitas pribadi. Ia merujuk pada otoritas teori ilmiah yang telah ada dan kebutuhan untuk mempertahankan koherensi keseluruhan dalam sistem keyakinan. Bukan pengaruh pribadi yang menentukan penilaian, namun pengaruh teori. Itu mengapa penilaian ilmiah bukan berada di tangan siapapun yang ada di jalan. Ia ada di tangan para pakar, karena kepakaran memberi mereka konteks teoritis untuk membuat keputusan sarat teori.

Filsafat Sains : Model Perubahan Ilmiah Kuhn

Perubahan dalam sebuah karir biasanya berupa perubahan detail. Yang lebih penting dan menantang bagi pemahaman metode ilmiah kita adalah perubahan besar yang terjadi pada arah sains yang lebih panjang. Contohnya perubahan baru namun penting akan langsung mempengaruhi kesehatan anda, bila anda memiliki sebuah magh.

Dulu diketahui kalau magh perut disebabkan oleh asam peptik, yang sering merupakan akibat gaya hidup stress atau makanan pedas. Namun hal ini ternyata salah. Kita tahu sekarang kalau magh disebabkan oleh bakteri, dan dapat diobati dengan antibiotik. Hal ini mengejutkan, karena ilmuan kedokteran sebelumnya tidak menyangka kalau ada bakteri yang mampu bertahan hidup pada lingkungan asam di perut. Perlu pemikiran ulang dan revisi besar-besaran dalam bidang jaringan pengetahuan tersebut untuk mengakomodasi gagasan baru mengenai bakteri yang menyebabkan magh.

Sebuah sains yang dewasa biasanya dipengaruhi pengetahuan latar belakang yang sangat banyak. Hal ini adalah gagasan-gagasan yang kita temukan dalam buku teks, hal-hal yang perlu anda ketahui untuk menjadi ilmuan. Ini adalah dasar-dasar dan diyakini tanpa ketidak sepakatan dan tanpa tantangan atau keraguan. Gagasan-gagasan dasar ini menjadi pemandu bagaimana sains dilakukan. Pengetahuan latar belakang ini berpengaruh dalam menyusun resep eksperimen apa yang pantas dilakukan, bagaimana dilakukan dan bagaimana menilai dan menafsirkan hasilnya. Pengetahuan latar belakang juga menyusun bahasa, istilah teknis, yang digunakan untuk menjelaskan detail teoritis maupun empiris. Dan pengetahuan latar belakang memaksa apa yang disebut Kuhn sebagai metafisika dasar sains, jenis asumsi dan kategori terluas untuk menjelaskan alam. Fisikawan dan astronom Aristotelian misalnya, membagi alam menjadi dua relung independen dengan hukum yang berbeda, langit dan bumi. Revolusi Kopernikus, dibuat eksak oleh mekanika Newton, mengabaikan pemisahan ini dan menerapkan satu set hukum universal baik pada bumi maupun langit. Ini adalah perubahan metafisika yang besar.

Peran Filsafat dalam Sains

Teman-teman ada yang mengkritik mengapa Evy membawakan artikel-artikel filsafat di situs faktailmiah.com. Filsafat bukan sains, ia berbeda, ia nir-ilmiah. Berikut argumentasi Evy menjawab pertanyaan tentang peran filsafat dalam fakta ilmiah.

To the point saja, filsafat bertugas menjaga kemanusiaan dari kepercayaan naif pada fakta ilmiah. Evy sudah berulang kali menekankan kalau fakta ilmiah berbeda dengan fakta matematika atau pengertian fakta bagi orang awam umumnya. Fakta ilmiah adalah kesepakatan umum berdasarkan pengetahuan mengenai apa yang benar dan apa yang salah. Proses pencarian pengetahuan itu sendiri mengubah sebagian fakta ilmiah yang diyakini benar seratus tahun lalu, dan bukan tidak mungkin, fakta yang kita yakini sekarang akan berubah seratus tahun yang akan datang. Sebagian filsuf dan sosiolog bahkan mengklaim kalau fakta ilmiah tidak akan mencapai kebenaran mutlak.

Ya, sains memang dapat menemukan kebenaran mutlak, dan sebagian teori sains memang kebenaran mutlak, seperti diyakini Karl Popper. Hal ini karena teori sains dapat disalahkan. Teori baru yang lebih benar muncul dan memperbaiki. Tetapi, jika ia dapat disalahkan, berarti ia dapat pula dibenarkan. Teori gravitasi Newton misalnya, telah disalahkan Einstein, tetapi ia dibenarkan karena lebih sederhana.

Filsafat Sains : Pemahaman Ilmiah

Sains memiliki arsitektur bernama arsitektur intelektual yang merupakan struktur hubungan antar teori. Ini adalah apa yang dibutuhkan bukan semata untuk mengetahui tentang alam, namun juga untuk memahaminya.

Pemahaman ilmiah dapat dipandang lewat karikatur Pierre Duhem terhadap dua jenis ilmuan. Duhem adalah fisikawan sekaligus filsuf yang terlibat dalam masa-masa besar fisika di awal abad ke-20. Beberapa ilmuan memiliki apa yang ia sebut pikiran kuat dan dalam, berfokus pada satu isu dan mengejarnya hingga ke yang paling dasar. Sebagian lagi mendekati sains dengan pikiran lembut dan dangkal, dikendalikan oleh empirisme dan rasa lapar atas keanekaragaman fakta.

Steven Weinberg, fisikawan pemenang nobel, menawarkan karakterisasi keindahan dalam fisika yang sama hubungannya dengan pemahaman kita. Ia menawarkan nilai epistemik dari “kekakuan teori-teori fisika.” Teori adalah kaku dalam artian ia menyatukan potongan-potongan sedemikian hingga tidak ada detail kecil dapat diubah tanpa merusak secara keseluruhan jaringan yang koheren. Ada jenis kebutuhan dan ketidakterelakkan dalam deskripsi kaku teori pada alam, dalam artian nilai-nilai parameter dan struktur interaksi harus seperti yang dijelaskan teori, untuk mempertahankan konsistensi dan keterkaitan dengan alam. Sama halnya dengan satu not tidak dapat diubah tanpa merusak keindahan musik, tidak ada klaim teoritis dapat dilepaskan tanpa konsekuensi.

Filsafat Sains : Keyakinan dan Tindakan Ilmuan

Apakah keyakinan kita mempengaruhi karya ilmiah kita? Seberapa besar refleksi metafisik, keyakinan agama, atau dogma ilmiah mempengaruhi sains, dibedakan dari pemikiran ilmuan mengenai apa yang harus dilakukan di akhir pekan? Tentunya bagus kalau kita berpikir bahwa tidak ada yang akan mempengaruhi usaha ilmiah kecuali fakta objektif. Realitas sayangnya sering berkata sebaliknya. Para ilmuan adalah bagian dari masyarakat dimana mereka hidup, dan wajar untuk melihat bagaimana pengaruh lingkungan pada kehidupan profesionalnya, dan pengaruhnya pada motivasi mereka dan cara mereka melihat alam. Lingkungan tersebut termasuklah filsafat.

Pengaruh keyakinan manusia pada aktivitas ilmiahnya bersifat tidak langsung. Keyakinan agama Newton dan Boyle sangat mempengaruhi caranya memikirkan tentang manusia dan alam semesta, namun sejauh sains saja yang dibahas, filsafat dan mistisme mereka terkurung dalam pengejaran alkimia mereka. Walaupun mereka melihat sains mereka sebagai alat untuk mengungkapkan karya cipta Tuhan, fisika mereka tetaplah fisika. Yang benar adalah motivasi mereka muncul sebagian atau mungkin dominan dari sumber irasional. Apa yang dapat diistilahkan sebagai motivasi irasional jauh lebih umum daripada yang diduga orang awam, dan terdokumentasi dengan baik kalau pertimbangan filosofis yang membatasi mistisme tidak pernah jauh dari pikiran beberapa tokoh ilmuan awal abad ke-19. Dapatkah kita mengenali keyakinan mereka dari hasil ilmiahnya? Dapatkah anda membedakan pesawat yang dibuat oleh ateis dan dibuat oleh orang beriman? Bagaimana hasil sains berdasarkan pengamatan dipengaruhi oleh pengamatnya? Penurunan keyakinan agama pada abad ini tidak mengaburkan pertanyaan ini, karena dengan mempertimbangkan pengaruh keyakinan pada para ilmuan, kita harus memasukkan bukan hanya keyakinan agama konvensional namun juga, yang lebih penting dalam masa modern ini, keyakinan dalam dogma ilmiah yang ada. Karena walaupun mungkin ada pemisahan antara kehidupan profesional sebagian besar ilmuan dengan agama formal mereka, ada jenis keyakinan lain selain keyakinan pada Tuhan.

Apa Itu Sains?

Sains utamanya berurusan dengan pemahaman bagaimana dunia fisik bekerja. Sains adalah sebuah proses dimana kita mencoba memahami bagaimana dunia fisik bekerja dan bagaimana ia bisa begitu. Dunia fisik mencakup dunia yang dapat kita amati dengan indera kita dengan atau tanpa bantuan teknologi.

Sains tidak dapat membuktikan segalanya. Proses sains, ketika digunakan dengan benar, sesungguhnya berusaha menyanggah gagasan (hipotesis) dengan pengujian atau penantangan hipotesis lewat pengamatan (data) yang dikumpulkan dari eksperimen yang dirancang dengan hati-hati. Bila gagasannya bertahan terhadap pengujian, maka ia menjadi lebih kuat, dan lebih mungkin merupakan penjelasan yang akurat. Sains adalah sebuah proses yang hanya dapat menghasilkan penjelasan yang “mungkin” atau “sangat mungkin” untuk fenomena alam; tidak pernah ada kepastian. Dengan informasi, alat, atau pendekatan baru, penemuan sebelumnya dapat digantikan oleh penemuan baru.

Ilmuwan Memunculkan Cahaya dari Ruang Hampa

Nilai utama dari eksperimen ini adalah, hal ini meningkatkan pemahaman kita tentang konsep fisik dasar, seperti fluktuasi vakum - partikel virtual yang muncul dan menghilang secara konstan dalam vakum.

Para ilmuwan di Chalmers University of Technology telah berhasil menciptakan cahaya dari ruang hampa (vakum) – mengamati efek yang pernah diprediksi lebih dari 40 tahun yang lalu. Hasilnya dipublikasikan dalam jurnal Nature. Dalam sebuah percobaan yang inovatif, para ilmuwan telah berhasil menangkap beberapa foton yang terus-menerus muncul dan menghilang dalam vakum.

Percobaan ini didasarkan pada salah satu yang paling berlawanan dengan intuisi, namun merupakan salah satu prinsip yang paling penting dalam mekanika kuantum: bahwa vakum tidak berarti kehampaan yang kosong. Bahkan, vakum penuh dengan berbagai partikel yang terus berfluktuasi masuk dan keluar dari keberadaan. Mereka muncul, ada untuk sesaat dan kemudian menghilang lagi. Karena keberadaan mereka sangat singkat, mereka biasanya disebut sebagai partikel virtual.

Ilmuwan Chalmers, Christopher Wilson bersama rekan-rekannya telah berhasil membuat foton-foton meninggalkan keadaan virtual mereka dan menjadi foton nyata, yaitu cahaya yang terukur. Pada tahun 1970, fisikawan Moore memprediksi bahwa ini bisa terjadi jika foton virtual dimungkinkan untuk memantulkan sebuah cermin yang bergerak pada kecepatan yang hampir setara dengan kecepatan cahaya. Fenomena, yang dikenal sebagai efek Casimir dinamis ini, kini telah terobservasi untuk pertama kalinya dalam sebuah eksperimen brilian yang dilakukan oleh para ilmuwan Chalmers.

Percobaan Kedua Mengkonfirmasi: Neutrino Tetap Lebih Cepat dari Cahaya

"Hasil positif dari tes ini membuat kita lebih percaya diri pada hasilnya, meskipun kata akhirnya hanya bisa dikatakan oleh pengukuran analog yang dilakukan di tempat lain di dunia."

Sebuah percobaan terbaru hadir untuk menyediakan bukti lebih lanjut bahwa Einstein mungkin telah salah ketika menetapkan bahwa tidak ada yang bisa lebih cepat dari cahaya, teori yang mendasari pemikiran modern tentang bagaimana alam semesta bekerja.

Bukti baru ini, yang menantang dogma fisika yang telah berdiri sejak Albert Einstein mempublikasikan teori relativitas-nya pada tahun 1905, hadir untuk mengkonfirmasi bahwa partikel sub-atom yang disebut neutrino bisa melesat sepersekian detik lebih cepat dari cahaya.

Percobaan baru di laboratorium Gran Sasso ini menggunakan sinar neutrino dari CERN di Swiss yang berjarak 720 km (450 mil) jauhnya, diselenggarakan untuk memeriksa temuan serupa yang pernah dilakukan oleh tim ilmuwan OPERA sebelumnya.

Dalam Dunia Kuantum, Berlian Berkomunikasi Satu Sama Lain

Pengukuran menunjukkan bahwa mereka terikat: Getaran berlian yang kedua bereaksi terhadap apa yang terjadi pada getaran yang pertama.

Para peneliti yang bekerja di Laboratorium Clarendon di Universitas Oxford, Inggris, telah berhasil membuat satu berlian kecil berkomunikasi dengan berlian kecil lainnya dengan memanfaatkan “keterikatan kuantum”, salah satu fitur yang menggugah dalam fisika kuantum.

Keterikatan (entanglement) telah terbukti sebelumnya, namun apa yang membuat percobaan Oxford menjadi unik adalah konsepnya yang ditunjukkan dengan benda padat yang cukup besar pada suhu ruangan.

Keterikatan materi sebelumnya melibatkan partikel submikroskopik, seringkali pada suhu yang dingin.

Percobaan ini menggunakan berlian berskala milimeter, “bukan atom individu, bukan awan gas,” kata Ian Walmsley, profesor fisika eksperimental di Laboratorium Clarendon Oxford, salah satu tim peneliti internasional.

Tuhan dan Sains Modern (Part 11): Penutup

Berikut adalah bagian terakhir dari sebuah makalah panjang yang ditulis seorang teman untuk bahan diskusi lintas disiplin dengan tema Tuhan dan masa modern. Bagian ini merangkum keseluruhan artikel.

Beberapa fisikawan besar seperti Susskind dan Weinberg tertarik dengan masalah multijagad karena gagasan ini tidak membutuhkan Tuhan lagi sebagai penjelasan desain kosmis (Carr, 2007:16). Walau begitu, Robin Collins (2007) menegaskan kalau eksistensi multijagad tidak melarang adanya Tuhan. Menurutnya mengapa tidak sang Pencipta bertindak lewat skema multijagad. Namun pesimistis juga muncul, Neil Manson (2003) menuduh kalau multijagad adalah pertahanan terakhir bagi ateis. Tentu bagi yang netral, kembali, tidak peduli multijagad ada atau tidak, sains tidak akan pernah mampu membuktikan ada tidaknya Tuhan. Dan karenanya, bahkan fisikawan religius pun, tidak mendasarkan keyakinan adanya Tuhan pada wahyu ilmiah (Wilbur, 2001).

Tuhan dan Sains Modern (Part 10): Posisi Tuhan dalam Multijagad

Berikut adalah bagian kesepuluh dari sebuah makalah panjang yang ditulis seorang teman untuk bahan diskusi lintas disiplin dengan tema Tuhan dan masa modern. Bagian ini membahas alam semesta dan tuhan

Multijagad bukannya tanpa kritik dari dalam sains itu sendiri. Schmidhuber (2002) mengkritik kalau kriteria menentukan apakah sebuah jagad matematis dapat eksis atau tidak berdasarkan probabilitasnya, memerlukan pengetahuan atas segala struktur matematis yang mungkin ada. Sayangnya hingga kini kita tidak tahu seberapa banyak struktur matematis yang bisa konsisten ini. Akibatnya, kita hanya dapat mengatakan sebuah struktur matematis pasti ada tetapi tidak dapat memastikan berapa besar kemungkinannya untuk ada.

Kritik lain diberikan oleh Page (2007) yang menyebutkan kemungkinan adanya struktur matematis puncak. Dengan adanya struktur matematis puncak, maka komposisi dasar alam semesta pada akhirnya adalah sebuah jagad raya tunggal, bukannya multijagad. Jagad raya tunggal ini tentunya menyangkut banyak jagad raya (tingkat 1 hingga 3) tetapi makna puncaknya adalah ada sebuah jagad raya terbesar dan merupakan realitas puncak. Jika merujuk pada Gambar 10, maka pada suatu saat, matematika akan memiliki suatu struktur segalanya, sama halnya dengan fisika yang mengejar sebuah teori segalanya.

Tuhan dan Sains Modern (Part 9): Multijagad Tingkat 4: Struktur Matematis

Berikut adalah bagian kesepuluh dari sebuah makalah panjang yang ditulis seorang teman untuk bahan diskusi lintas disiplin dengan tema Tuhan dan masa modern. Bagian ini membahas alam semesta versi matematika

Fakta bahwa kita mampu mencerap ruang dan memahami bentuk-bentuk geometri memunculkan sejarah mengenai bagaimana manusia merasakan bentuk jagad raya. Pada awalnya, manusia memandang kalau Bumi kita datar. Baru kemudian para pemikir Yunani, salah satunya Erastothenes, membuktikan kalau Bumi berbentuk bulat.

Sejak zaman Euklid hingga seabad lalu, ada pemahaman kalau jagad raya kita berbentuk ruang Euklid berdimensi tiga. Penemuan-penemuan fisika klasik dirumuskan dalam ruang dimensi tiga seperti medan listrik dan medan magnet. Gagasan ini berubah drastis ketika Einstein mengajukan teori relativitasnya. Jagad raya kita tidak lagi dipandang ruang berdimensi tiga tetapi ruang berdimensi empat (dengan menjadikan waktu sebagai satu dimensi baru). Struktur matematis yang mewakilinya sekarang adalah manifold pseudo-Riemann berdimensi 3+1 dengan medan tensor. Konsekuensinya fatalistik, alam semesta dalam ruang maupun waktu telah ditentukan. Masa depan telah ada, hanya kita belum merasakannya. Tetapi, gagasan inipun digugurkan dalam waktu singkat dalam perkembangan mekanika kuantum. Perilaku atom yang membingungkan membawa pada konsepsi struktur jagad raya baru yang disebut aljabar medan bernilai-operator. Lagi-lagi, struktur jagad raya semacam ini ditentang oleh perkembangan teori penguapan lubang hitam yang digagas oleh Hawking (Tegmark, 2007). Hingga sekarang, para ilmuan masih mencari-cari bentuk matematis sesungguhnya dari jagad raya kita. Perkembangan ini sejalan pula dengan perkembangan untuk mencari teori segalanya (Theory of Everything).

Tuhan dan Sains Modern (Part 8): Multijagad Tingkat Tiga: Jagad Everett

Berikut adalah bagian kedelapan dari sebuah makalah panjang yang ditulis seorang teman untuk bahan diskusi lintas disiplin dengan tema Tuhan dan masa modern. Bagian ini membahas banyak dunia dalam versi Everett

Tahun 1957, mahasiswa pasca sarjana fisika Hugh Everett III menunjukkan secara matematis apa yang selama tiga puluh tahun membuat pusing para fisikawan kuantum (Everett, 1957). Para fisikawan kuantum saat itu dibingungkan oleh fakta kenapa dunia makro sangat berbeda dengan dunia mikro (atom). Dalam dunia mikro, semua potensialitas ada, semua kemungkinan itu bisa terjadi. Tetapi ketika mewujud, hanya satu dari sekian banyak kemungkinan tersebut yang terlahir ke realitas. Einstein terkenal dengan menyatakan kalau Tuhan tidak bermain dadu. Secara fisika, hal ini disebut keruntuhan fungsi gelombang. Sebuah himpunan segala kemungkinan keadaan atom yang dengan sempurna diwakili oleh sebentuk fungsi gelombang, harus pecah, runtuh hingga hanya satu manifestasi saja.

Apa yang diajukan oleh Everett adalah : sebenarnya tidak terjadi runtuh fungsi gelombang sama sekali (Tegmark, 2007). Segala potensialitas terwujud sekaligus, kita hanya kebetulan berada di satu dunia yang mencerap satu dari sekian banyak potensi tersebut. Apa artinya ini? Artinya ketika sebuah fenomena kuantum mewujud, katakanlah atom tersebut punya enam keadaan yang mungkin, maka saat itu juga keenam keadaan itu hadir. Tapi karena setiap keadaan hanya dapat ada di satu dunia sendiri, maka tercipta enam realitas sekaligus. Ada enam dunia terbentuk seketika dan dunia yang kita alami saat ini adalah salah satunya (de Witt, 2003). Inilah multijagad Everett atau sering pula disebut jumlahan sejarah Feynman (Hawking dan Mlodinow, 2010:146).
Gagasan Everett begitu bertentangan dengan pikiran filsuf paling radikal sekalipun. Bagaimana mungkin setiap saat terbentuk dunia baru? Dalam contoh kita, hanya ada satu atom dengan enam kemungkinan, sementara di alam semesta ada berapa atom? Sebagian besar ilmuan tampaknya tidak setuju dengan gagasan ini namun sejauh ini, yang kritik yang mampu menyerang gagasan Everett umumnya tidak ilmiah (Tegmark, 2008).

Tuhan dan Sains Modern (Part 7): Mutijagad Tingkat Dua: Jagad Fraktal

Berikut adalah bagian ketujuh dari sebuah makalah panjang yang ditulis seorang teman untuk bahan diskusi lintas disiplin dengan tema Tuhan dan masa modern. Bagian ini lansekap teori kosmologi fraktal.

Bayangkan sebuah segitiga. Lalu ada empat segitiga kecil di dalam segitiga besar tersebut. Kemudian, di dalam segitiga kecil tersebut ada empat segitiga yang lebih kecil lagi. Dalam segitiga yang lebih kecil itu ada lagi empat segitiga yang lebih kecil lagi, dan seterusnya tanpa akhir. Kembali ke segitiga besar, ia ternyata hanya sebuah segitiga dari empat segitiga besar dalam segitiga yang lebih besar. Dan pembesaran ini terus berulang semakin besar. Segitiga di dalam segitiga di dalam segitiga, setiap segitiga sama bentuknya hanya beda ukurannya (Lihat Gambar 7). Inilah fraktal, objek geometri dengan bentuk replikasi diri dalam skala berbeda.

Tuhan dan Sains Modern (Part 6): Multijagad Tingkat Satu: Jagad Inflasi


Berikut adalah bagian keenam dari sebuah makalah panjang yang ditulis seorang teman untuk bahan diskusi lintas disiplin dengan tema Tuhan dan masa modern. Bagian ini membahas banyak dunia

Baca Part 5

Struktur alam semesta ini, yang ada kita di dalamnya, pada dasarnya terdiri dari kepadatan tertentu dan materi tertentu. Jika lebih renggang dari sekarang, kita akan melihat lebih sedikit galaksi. Jika lebih padat dari sekarang, tentu kita melihat lebih banyak galaksi. Begitu pula, jika partikel penyusunnya beda, maka zat pengisi alam semesta yang kita lihat akan berbeda pula. Kepadatan dan materi beserta parameternya seperti tetapan kopling dan massa partikel, disebut sebagai kondisi awal alam semesta. Ia ditentukan oleh hukum fisika, yang disebut model standar.

Model standar menyebutkan kalau kekosongan dalam fisika berbeda dengan kekosongan sejati. Ketika kita bicara kekosongan, kita membayangkan ketiadaan apa-apa. Sesuatu yang berdimensi negatif satu dalam matematika. Kosong ya kosong, tidak ada apa-apa (true vacuum). Kekosongan dalam fisika berbeda. Anggap seluruh alam semesta ini kita buang isinya, apa yang tertinggal adalah kekosongan itu sendiri. Tetapi kekosongan ini tetap memiliki sesuatu. Ia tipe kekosongan yang disebut kekosongan palsu (false vacuum). Alam semesta dengan cara ini dapat dibayangkan sebuah mangkuk berisi jus cincau. Kondisi kosong palsu tercapai ketika hanya ada mangkuk, tidak ada jus cincau lagi. Kondisi kosong sejati tercapai ketika tidak ada mangkuk sama sekali.

Tuhan dan Sains Modern (Part 5): Alam Semesta

Berikut adalah bagian kelima dari sebuah makalah panjang yang ditulis seorang teman untuk bahan diskusi lintas disiplin dengan tema Tuhan dan masa modern. Bagian ini membahas geografi alam semesta

Baca Part 4
Selama bermilenia orang bicara tentang adanya dunia lain selain dunia kita. Agama-agama bicara tentang aneka alam semesta: dunia jin, dunia malaikat, dunia akhirat, surga, neraka, nirwana, dan sebagainya. Dalam perkembangan yang mengherankan, sains juga merujuk ke arah multijagad. Tegmark (2007) membagi multijagad ke dalam empat tingkatan. Sebelum masuk ke bahasan ini, pertama-tama, mari kita perjelas apa itu sebuah alam semesta atau sebuah jagad.

Anda, saya, semua manusia (kecuali beberapa astronot) tinggal di planet Bumi. Anda sudah cukup dapat membayangkan seberapa besar planet ini. Planet ini memiliki sebuah pengawal, Bulan. Pasangan Bumi dan Bulan mengikuti sebuah orbit mengelilingi benda yang lebih besar, sejuta kali ukuran Bumi, benda itu adalah Matahari. Jarak dari Bumi ke Matahari adalah delapan menit perjalanan cahaya. Ini artinya, informasi tentang Matahari yang kita lihat sekarang, sesungguhnya informasi yang datang dari Matahari, delapan menit lalu. Jarak di alam semesta biasanya diukur dengan lamanya waktu yang ditempuh cahaya untuk mencapainya. Mulai sekarang, kita pakai waktu cahaya sebagai ukuran jarak.

Tuhan dan Sains Modern (Part 4): Argumen Kosmologis

Berikut adalah bagian keempat dari sebuah makalah panjang yang ditulis seorang teman untuk bahan diskusi lintas disiplin dengan tema Tuhan dan masa modern. Bagian ini membahas perdebatan sains dan teologi tentang Tuhan

Dengan melihat keteraturan di alam ini, para teolog mencoba membangun argumentasi lain mengenai keberadaan Tuhan. Ketimbang menisbahkan Tuhan pada gejala langka yang tak terjelaskan untuk sementara, mereka ikut mengambil asumsi sains, yaitu alam semesta ini secara keseluruhan teratur. Keteraturan alam semesta merupakan argumen yang digunakan sains untuk melawan adanya Tuhan pengisi celah (Tuhan yang menjawab do’a dan menurunan mukjizat). Walau begitu, argumen lawan ini diambil sebagai argumen dasar dengan menarik kesimpulan kalau pasti ada yang mengatur dan menciptakan alam ini, dan sang pengatur dan pencipta itu Tuhan.

Argumen kosmologis memiliki satu komponen menarik yang mirip sains, yaitu prediksi. Ia memprediksi kalau alam semesta ini diciptakan. Walaupun prediksi ini tidak dapat dibuktikan langsung, ia dapat dibuktikan tidak langsung. Jika alam semesta diciptakan, maka ia memiliki awal.

Sementara itu, sains kosmologi masih belum cukup berkembang untuk menjawab pertanyaan apakah alam ini memiliki awal atau tidak. Teori yang cukup kuat adalah teori keadaan tetap, yaitu alam selalu ada selamanya. Teori ini, menariknya, sama dengan konsepsi Jainisme, sebuah agama turunan dari Hindu, yang juga berasumsi demikian. Dan dengan ini, berarti Jainisme juga agama yang unik karena tidak memiliki Tuhan pencipta, walaupun ada Tuhan-Tuhan lain yang pada dasarnya adalah manusia (leluhur) yang mencapai taraf kesempurnaan tertentu.

Tuhan dan Sains Modern (Part 3): Tuhan dalam Sains

Berikut adalah bagian ketiga dari sebuah makalah panjang yang ditulis seorang teman untuk bahan diskusi lintas disiplin dengan tema Tuhan dan masa modern. Bagian ini membahas isu sains dan Tuhan dilihat dari perspektif sejarah.

Dengan dikembangkannya metode ilmiah oleh Descartes dan Bacon dan penemuan-penemuan besar oleh Copernicus dan Newton, sains secara resmi berpisah dari agama. Sebelum mereka, sains tetap sejalan dengan pandangan dunia monoteistik. Sains membangun sendiri pandangan dunia yang ateistik, dalam artian tidak menyertakan Tuhan dalam pengembaraannya memahami alam (Russel, 2004:112). Dari sisi metodis oleh Descartes dan Bacon, hal ini ditujukan untuk beberapa kepentingan ideal sains : (1) keterujian, (2) Memperoleh kebenaran dan menghindari kesalahan, (3) Prediksi, dan (4) kemajuan. Dari segi empiris, Copernicus dan Newton pada dasarnya telah membangun sains dalam dua arah. Copernicus menyanggah monoteisme dengan penemuannya kalau Bumi bukanlah pusat tata surya. Newton membenarkan ateisme dengan  penjelasan yang mekanistik dimana seluruh tatanan dunia tidak lagi memerlukan Tuhan di dalamnya dan alam bekerja lewat seperangkat hukum yang tak pernah ingkar (hukum Newton). Peran keempat tokoh ini menjadi dasar lenyapnya keterikatan sains dengan agama.

Kembali pada metode ilmiah, gagasan Tuhan juga tidak sejalan dengan idealisme sains. Mari kita telusuri satu per satu. Keterujian, apakah Tuhan dapat diuji kebenarannya, ada tidaknya ia? Membawa Tuhan ke ranah empiris berarti harus mendefinisikan Tuhan. Mendefinisi Tuhan berarti membatasiNya. Para filsuf agama mungkin tidak senang. Tapi kesulitan lain muncul: pertanyaannya menjadi Tuhan yang mana? Siapkah agama-agama menjadikan Tuhannya sebagai objek ilmiah? Paksaan untuk memasukkan Tuhan dalam sains mewujud menjadi konsep Tuhan yang baru dan lebih aneh lagi yang dapat dipandang sebagai konsep sains tentang Tuhan (Russel, 2004:2). Apakah konsepsi baru mengenai Tuhan ini mau diterima oleh manusia, terutama yang menggunakan konsepsi lama mengenai Tuhan dalam agama mereka?

Tuhan dan Sains Modern (Part 2): Hakikat Sains

Berikut adalah bagian kedua dari sebuah makalah panjang yang ditulis seorang teman untuk bahan diskusi lintas disiplin dengan tema Tuhan dan masa modern. Bagian ini membahas isu epistemologi dalam sains dan kaitannya dengan Tuhan.

Bagian pertama bisa dibaca disini: Part 1

Menurut Einstein, sains adalah usaha membuat keanekaragaman yang kacau dalam pengalaman inderawi kita menjadi sebuah sistem pemikiran yang seragam secara logis (Einstein, 1954). Definisi ini membatasi sains ke dalam dua batasan: pertama, ia harus bersangkut paut dengan pengalaman inderawi. Kedua, ia harus membentuk sistem pemikiran yang konsisten. Batasan pertama sering disebut empiris dan batasan kedua disebut teoritis. Inilah dua pilar utama sains. Kedua pilar ini kemudian dibangun atas landasan yang tersirat dalam definisi Einstein di atas, yaitu logika.

Logika adalah asas kelurusan berpikir (Sudarminta, 2002: 40). Pengalaman inderawi dan sistem pemikiran yang menyusun sains berinteraksi dengan perangkat kelurusan berpikir ini. Ada tiga cara bagaimana dua unsur sains tersebut berinteraksi yaitu cara deduktif, induktif, dan abduktif. Bernalar deduktif menarik kesimpulan dari sebuah pernyataan atau hukum umum. Bernalar induktif adalah menarik kesimpulan dari beberapa pernyataan atau kejadian khusus yang mirip. Bernalar abduktif adalah menarik kesimpulan dari sebuah dugaan yang kebenarannya masih harus diuji coba. Dengan ketiga bentuk bernalar ini, beserta logika, maka sainspun berkembang.

Tuhan dan Sains Modern (Part 1) : Tuhan dan Alam

Berikut adalah bagian pertama dari sebuah makalah panjang yang ditulis seorang teman untuk bahan diskusi lintas disiplin dengan tema Tuhan dan masa modern. Bagian ini membahas sejarah konsepsi Tuhan dalam hubungannya dengan alam.

Manusia secara naluriah percaya adanya Tuhan sebagai zat maha kuasa yang mengatur alam semesta (Wilson, 1978). Petir misalnya, disebabkan oleh amarah Tuhan tertentu. Terjadinya tsunami dimaknai sebagai tindakan yang dilakukan Tuhan untuk memperingatkan umat tertentu agar tidak berbuat dosa. Bayi yang lahir dengan kondisi cacat dipandang sebagai hukuman Tuhan pada orang tuanya. Asosiasi antara gejala alam dan Tuhan sangat erat dari dahulu.

Asal usul keyakinan pada Tuhan tampaknya dari usaha menjelaskan pengalaman manusia tentang hal-hal baru dan peristiwa-peristiwa yang diluar kebiasaan alam (bencana alam misalnya). Tuhan ada sebagai pengisi celah atas hal-hal tersisih dan abnormal di alam. Jevons (1896:23) menyebutkan kalau Tuhan diawali dengan usaha menjelaskan ketidakteraturan dan kejadian yang bersifat kebetulan.

Kemunculan Tuhan untuk menjelaskan sebab-sebab fenomena fisikal ini memang tidak bersifat sakral. Max Muller (1891) berpendapat kalau tidak ada beda yang besar antara Agni, sang dewa api, dengan konsep eter yang dipakai fisikawan masanya untuk menjelaskan fenomena optika. Sakralitas baru datang ketika ide tentang Tuhan dibawa ke ranah sosial-politik.