Saturday, October 23, 2021

Bisakah Fisika Membuktikan Keberadaan Tuhan?

Bagi sebagian orang, pertanyaan tentang keberadaan Tuhan menjadi sebuah pertanyaan yang tak lekang oleh waktu. Bisakah fisika membuktikan keberadaan Tuhan?

Saya masih percaya Tuhan (saya sekarang seorang ateis) ketika saya mendengar pertanyaan berikut yang diajukan Albert Einstein dalam sebuah seminar, yang membuat saya tercengang oleh keanggunan dan kedalaman pertanyaannya:
 
"Jika ada Tuhan yang menciptakan seluruh alam semesta dan SEMUA hukum fisikanya, apakah Tuhan mengikuti hukum yang ia ciptakan sendiri?
 
Atau bisakah Tuhan melampaui hukumnya sendiri, seperti berkelana lebih cepat dari kecepatan cahaya dan dengan demikian mampu berada di dua tempat yang berbeda pada waktu yang bersamaan?"
 
Dapatkah jawaban tersebut membantu kita membuktikan apakah Tuhan itu ada atau tidak, atau di sinilah titik di mana empirisme ilmiah dan keyakinan agama bersinggungan, dengan TIDAK disertai jawaban yang pasti?
 
David Frost, 67 tahun, Los Angeles.
 
Saya berada dalam karantina wilayah ketika menerima pertanyaan ini dan langsung tertarik.
 
Tidak mengherankan momen kapan pertanyaan ini muncul - kejadian tragis, seperti pandemi, acap kali membuat kita mempertanyakan keberadaan Tuhan: jika Tuhan maha baik, mengapa bencana seperti ini terjadi?
 
Gagasan bahwa Tuhan mungkin "terikat" oleh hukum fisika - yang juga mengatur tentang kimia dan biologi dan dengan demikian halnya batasan-batasan ilmu kedokteran - adalah hal yang menarik untuk ditelusuri.
 
Jika Tuhan tak dapat melanggar hukum fisika, ia bisa dibilang tidak sekuat yang Anda harapkan sebagai makhluk tertinggi.
 
Namun, jika ia bisa melakukannya, mengapa kita belum melihat bukti hukum fisika pernah dilanggar di alam semesta?

Argumen Penutup Ketiadaan Tuhan

Argumen ini akan saya gunakan untuk membuktikan bahwa tuhan tidak ada. Saya akan membunuh tuhan. Pendekatan yang saya gunakan adalah pendekatan logika. Bukan pendekatan iman, bukan pula pendekatan agama.

Argumen ini adalah tantangan dan serangan. Argumen ini tidak ambil posisi netral. Silahkan ditanggapi, dihajar, diserang balik.
 
Argumen ini saya bagi menjadi beberapa runtutan logika. Yang mesti dibaca satu persatu dari atas ke bawah untuk dipahami. Argumen ini tersusun dalam tiga bagian yang saya sebut major argument. Dua bagian awal akan menunjukkan kepada Anda bahwa tuhan tidak mungkin ada. Dan argumen penutup akan menutup celah logika yang tertinggal pada dua argumen sebelumnya. Tiga major arguments ini mesti dibaca berurutan dan dipahami sebagai satu kesatuan menuju kesimpulan penutup: BAHWASANYA MENURUT LOGIKA DAN AKAL SEHAT, TUHAN TIDAK MUNGKIN ADA DAN JELAS TIDAK ADA.
 
Pertama kita akan berangkat dari asumsi kaum teis tradisional bahwa tuhan adalah pencipta berpribadi dan berkehendak. Tuhan yang dalam eksistensinya adalah berinisiatif dan aktif dalam relasi dengan manusia dan semesta alam. Yang akan kita bedah dengan pisau logika menuju major argument pertama.
 
Major Argument #1 To Kill The Personal God
 
TUHAN, JIKA DIA MEMANG ADA, ADALAH TUHAN YANG PASIF DAN INAKTIF.
Argumen ini bertujuan untuk menolak konsep Personal God. Tuhan yang melibatkan diri secara terus menerus dalam kehidupan manusia. Berinisiatif, berpikir dan berkendak. Berfirman dan bermukjizat. Tuhan para kreasionis yang aktif menciptakan, mengadakan, menjaga, dan memelihara alam sekehendaknya. Tuhan agama-agama Semitik, Dewa-Dewi Hindu, Romawi, dan Yunani. Ada dua minor arguments yang disusun untuk mendukung major argument ini.
 

Thursday, October 21, 2021

Kutipan dari 'MASA DEPAN PIKIRAN'

Oleh: Michio Kaku

Telepati Digital dan Vidio Pikiran: Menuju Era Baru Komunikasi Mental

Harry Houdini, pesulap legendaris, pernah menolak kemungkinan telepati sebagai hal yang mustahil. Namun, ilmu pengetahuan kini perlahan membuktikan bahwa keyakinannya keliru. Di berbagai universitas di seluruh dunia, para ilmuwan sedang meneliti kemampuan membaca pikiran manusia menggunakan teknologi sensor canggih. Hasilnya sungguh luar biasa: kini kita dapat mengakses kata-kata, gambar, bahkan pikiran yang muncul dalam benak seseorang. Teknologi ini berpotensi mentransformasi cara kita berinteraksi, terutama bagi mereka yang mengalami kelumpuhan total akibat stroke atau kecelakaan, yang hanya dapat berkomunikasi lewat kedipan mata. Dan itu baru permulaan.

Sunday, October 17, 2021

Bagaimana Pandangan Zen terhadap Kematian?

Tertawa. Ya, tertawa adalah sikap Zen terhadap kematian dan terhadap kehidupan juga, karena kehidupan dan kematian tidak terpisahkan. Apapun sikap Anda terhadap kehidupan adalah sikap Anda terhadap kematian, karena kematian datang seperti mekarnya bunga di akhir kehidupan. Kehidupan hadir untuk kematian. Kehidupan hadir melalui kematian. Tanpa kematian tidak akan ada kehidupan sama sekali. Kematian bukanlah akhir tetapi puncak. Kematian bukanlah musuh, ia adalah teman. Ia membuat kehidupan menjadi mungkin.
 
Jadi sikap Zen tentang kematian adalah persis sama seperti sikap Zen terhadap kehidupan-yaitu dengan tertawa, sukacita, perayaan. Dan jika Anda sudah bisa tertawa pada kematian, saat kematian, Anda terbebas dari semua. Maka Anda adalah kebebasan. Jika Anda tidak bisa menertawakan kematian Anda tidak akan bisa tertawa terhadap kehidupan karena kematian akan selalu datang. Setiap tindakan dalam kehidupan, setiap pengalaman dalam kehidupan, membawa kematian lebih dekat. Setiap momen yang Anda jalani, membawa lebih dekat dengan kematian. Jika Anda tidak bisa tertawa dengan kematian, bagaimana Anda bisa tertawa pada kehidupan dan di dalam kehidupan?
 
Tetapi ada perbedaan antara umat Buddha Zen dan agama-agama lain. Agama lain tidak sedalam itu: agama lain juga mengatakan bahwa Anda tidak perlu takut terhadap kematian karena jiwa adalah abadi. Tapi dalam gagasan tentang kekekalan jiwa, pikiran Anda akan mencari keabadian dan tidak ada yang lain. Dengan gagasan tentang keabadian, Anda menolak kematian, Anda mengatakan bahwa kematian tidak ada. Anda berkata, “Jadi, mengapa harus takut"? Tidak ada kematian. Aku akan terus hidup-jika tidak sebagai tubuh ini, saya akan terus hidup sebagai jiwa. Esensi saya akan terus hidup. Jadi mengapa takut akan kematian? Kematian tidak akan menghancurkan saya. Aku akan tetap hidup, saya akan bertahan, saya akan melanjutkan hidup.”Agama-agama lain berkompromi dengan keinginan Anda untuk tetap ada selamanya, mereka memberikan penghiburan". Mereka berkata, “Jangan khawatir. Anda akan berada di beberapa tubuh lainnya, dalam bentuk lain, tetapi Anda terus hidup.” Hal ini tampaknya menjadi melekat.
 
Tapi pendekatan Zen terhadap kematian benar-benar berbeda, sangat mendalam. Agama-agama lain mengatakan untuk tidak mengkhawatirkan tentang kematian, untuk tidak takut, karena jiwa adalah abadi. Zen mengatakan: tidak ada kematian karena tidak ada yang mati. Lihat perbedaan-tidak ada yang mati. Diri tidak ada, sehingga kematian tidak dapat mengambil apa pun dari Anda. Hidup tidak bisa memberikan apa-apa dan kematian tidak dapat mengambil apa pun. Tidak ada tujuan dalam kehidupan dan tidak ada tujuan dalam kematian. Tidak ada kematian. Agama-agama lain mengatakan kamu tidak akan mati jadi jangan khawatir tentang kematian. Zen mengatakan: Anda tidak eksis - pada apakah Anda khawatir? Tidak ada yang nyata dalam kehidupan dan tidak ada yang nyata dalam kematian; Anda adalah murni kekosongan. Tidak ada apa-apa.

Saturday, October 16, 2021

ALAM SEMESTA DALAM DIRI KITA (3): Sudut Pandang Kosmik dan Pembebasan Pikiran

"Sudut pandang kosmik bersifat spiritual dan memerdekakan."

Apa sesungguhnya bahan pembentuk diri kita? Di balik struktur biologis yang kita kenali sebagai tubuh manusia, jawaban dari sains modern membawa kita menuju pemahaman yang jauh lebih luas dan menakjubkan. Fisika nuklir dan astrofisika telah mengungkap bahwa unsur-unsur kimia yang menyusun tubuh kita—hidrogen, oksigen, karbon, dan nitrogen—merupakan produk dari reaksi fusi termonuklir yang terjadi di dalam inti bintang raksasa. Ketika bintang-bintang bermassa besar mencapai akhir hidupnya dan meledak dalam peristiwa supernova, mereka memuntahkan elemen-elemen berat ke ruang antarbintang, memperkaya galaksi dengan bahan-bahan pembentuk kehidupan.

POHON SILSILAH DAN ASAL USUL KITA (2)

"Kita adalah debu bintang yang menjadi hidup, lalu diberdayakan oleh alam semesta untuk mengerti."Neil deGrasse Tyson

Sekitar 4,6 miliar tahun yang lalu, di pinggiran sebuah supergugus galaksi yang dikenal sebagai Virgo, terbentuklah sebuah sistem bintang dari sisa-sisa ledakan generasi bintang sebelumnya. Salah satu bintang di sistem itu—Matahari—lahir dari kondensasi awan gas dan debu yang kaya unsur berat. Di sekitarnya, materi yang tersisa membentuk cakram protoplanet, dan dari sanalah Bumi terbentuk melalui proses akresi selama jutaan tahun.

Bumi menempati posisi yang sangat istimewa di sekitar Matahari, pada jarak yang secara termal stabil untuk menjaga air tetap dalam bentuk cair. Ini adalah zona yang oleh para ilmuwan disebut "Zona Goldilocks"—tidak terlalu panas hingga laut menguap, dan tidak terlalu dingin hingga membeku. Dalam keseimbangan suhu inilah lautan terbentuk, menciptakan lingkungan yang memungkinkan terjadinya reaksi kimia kompleks.

PERMULAAN: Alam Semesta Kita (1)

“Satu per setriliun detik sudah berlalu sejak permulaan.” – Neil deGrasse Tyson

Namun, pertanyaannya tetap menggantung dalam kehampaan yang luas: apa yang terjadi sebelum itu?

Inilah teka-teki besar kosmologi modern. Para ahli fisika dan astrofisika belum memiliki jawaban pasti, bukan karena kurang cerdas, tetapi karena keterbatasan alat dan kerangka hukum fisika kita saat ini. Dalam istilah Neil deGrasse Tyson, kita belum memiliki “dasar sains eksperimental” untuk menyelidiki pra-Big Bang. Fisika modern—termasuk relativitas umum Einstein dan mekanika kuantum—mulai gagal ketika kita mencoba memahami kondisi singularitas, yakni titik awal yang padat, panas, dan tak terbatas yang diyakini menjadi awal mula ruang dan waktu.

ZEN ADALAH ZEN

ZEN ADALAH ZEN. Tidak ada yang sebanding dengannya. Hal ini unik - unik dalam arti bahwa itu adalah hal yang paling biasa namun juga merupakan fenomena yang paling luar biasa yang telah terjadi pada kesadaran manusia. Zen adalah yang paling biasa karena ia tidak percaya pada pengetahuan, tidak percaya pada pikiran. Hal ini bukan filsafat, bukan juga agama. Ini adalah penerimaan terhadap semua yang ada dengan hati yang penuh, dengan sepenuhnya, tidak menginginkan dunia yang lain, supra-duniawi, supra-mental. Ia tidak memiliki ketertarikan dalam setiap omong kosong esoteris, tidak tertarik pada metafisika sama sekali. Ia tidak menginginkan pantai yang lainnya; pantai ini sudah lebih dari cukup. Penerimaan terhadap pantai ini yang begitu luar biasa dan melalui penerimaan yang sangat luar biasa itu maka ia men-transformasi/mengubah pantai ini - dan pantai ini pun menjadi pantai yang lain itu:

Tubuh ini adalah sang buddha;
Bumi ini adalah teratai surga.

Oleh karena itu ia biasa. Ia tidak ingin engkau untuk menciptakan jenis spiritualitas tertentu, jenis kesucian tertentu. Semua yang diminta hanyalah agar engkau menjalani hidupmu dalam kekinian, spontanitas. Dan kemudian yang biasa itu menjadi suci.

Keajaiban terbesar Zen adalah dalam me-transformasi/mengubah yang biasa menjadi suci. Dan itu sangat luar biasa karena cara hidup yang seperti ini belum pernah didekati sebelumnya, cara hidup INI tidak pernah sedemikian dihormati sebelumnya.

ZEN

Penanya:
Aku tidak bisa mengerti filosofi Zen. Apa yang harus aku lakukan untuk memahaminya?

Jawaban OSHO:
Zen sama sekali bukan filosofi. Untuk memahami Zen seolah-olah itu adalah filsafat adalah memulai dengan cara yang salah sejak awal. Filosofi adalah sesuatu dari pikiran; Zen benar-benar berada di luar jangkauan pikiran. Zen adalah proses berjalan melampaui pikiran, jauh dari pikiran; zen adalah proses transendensi, melampaui pikiran. Engkau tidak dapat memahami zen dengan pikiran, pikiran tidak memiliki kegunaan di dalam zen.

Zen adalah keadaan tanpa pikiran, itu sesuatu yang harus diingat. Zen bukan Vedanta. Vedanta adalah filsafat; engkau bisa memahaminya dengan baik. Zen bahkan bukan Buddhisme; Buddhisme juga merupakan filsafat.

Zen adalah pembungaan yang sangat langka - adalah salah satu hal aneh yang telah terjadi dalam sejarah kesadaran - zen adalah pertemuan pengalaman Buddha dan pengalaman Lao Tzu. Buddha, bagaimanapun juga, adalah bagian dari warisan India: dia berbicara bahasa filsafat; Dia sangat jelas, engkau bisa memahaminya. Sebenarnya, dia menghindari semua pertanyaan metafisik; Dia sangat sederhana, jelas, logis. Tapi pengalamannya bukan dari pikiran. Dia mencoba menghancurkan filosofimu dengan memberimu filsafat negatif. Sama seperti engkau bisa mengeluarkan duri dari kakimu dengan duri lain, Upaya Buddha adalah mengeluarkan filosofi dari pikiranmu dengan filsafat lain. Begitu duri pertama dibawa keluar, kedua duri itu bisa dibuang dan engkau akan berada di luar jangkauan pikiran.

Monday, July 26, 2021

Apakah Jiwa Itu Ada? Brian Cox: Fisika Modern Membantah Konsep Jiwa Manusia

Pertanyaan mengenai kehidupan setelah kematian masih menjadi misteri besar bagi umat manusia. Banyak orang yang mengklaim memiliki pengalaman spiritual saat berada di ambang kematian, seperti melihat cahaya terang atau bertemu dengan kerabat yang telah tiada. Pengalaman-pengalaman ini, yang dikenal sebagai near-death experiences (NDE), sering dialami oleh pasien yang mengalami henti jantung atau dinyatakan mati secara klinis selama beberapa saat. 

Sunday, July 25, 2021

Kehidupan Setelah Kematian: Michio Kaku dan Gagasan Keabadian Digital

Pertanyaan tentang kehidupan setelah kematian telah menggema sepanjang sejarah manusia. Dari doa-doa kuno hingga tafsir ilmiah modern, manusia terus bertanya: Apakah kita benar-benar lenyap setelah mati? Ataukah ada bentuk kelangsungan eksistensi di luar tubuh fisik? Kini, di tengah lonjakan teknologi dan eksplorasi kesadaran, fisikawan teoretis Michio Kaku menawarkan sebuah kemungkinan baru—kehidupan setelah kematian, bukan di surga metafisik, melainkan di ruang digital. 

Friday, July 23, 2021

FISIKA PERADABAN LUAR BUMI: Seberapa maju mereka?

Oleh: Michio Kaku  

Almarhum Carl Sagan pernah menanyakan pertanyaan ini, “Apa artinya sebuah peradaban berumur satu juta tahun? Kami telah memiliki teleskop radio dan pesawat luar angkasa selama beberapa dekade; peradaban teknis kita berusia beberapa ratus tahun… sebuah peradaban maju berusia jutaan tahun jauh melampaui kita seperti halnya kita melampaui bayi semak atau kera.”

Meskipun setiap dugaan tentang peradaban maju seperti itu hanyalah spekulasi belaka, orang masih dapat menggunakan hukum fisika untuk menempatkan batas atas dan bawah pada peradaban ini. Khususnya, sekarang hukum teori medan kuantum, relativitas umum, termodinamika, dll. cukup mapan, fisika dapat memaksakan batas fisik yang luas yang membatasi parameter peradaban ini.

Pertanyaan ini bukan lagi soal spekulasi kosong. Segera, umat manusia mungkin menghadapi kejutan eksistensial karena daftar selusin planet ekstrasurya seukuran Jupiter saat ini membengkak menjadi ratusan planet seukuran bumi, kembaran yang hampir identik dari tanah air selestial kita. Ini mungkin mengantar era baru dalam hubungan kita dengan alam semesta: kita tidak akan pernah melihat langit malam dengan cara yang sama lagi, menyadari bahwa para ilmuwan pada akhirnya dapat menyusun ensiklopedia yang mengidentifikasi koordinat yang tepat dari mungkin ratusan planet mirip bumi. .

Hari ini, setiap beberapa minggu membawa berita tentang penemuan planet ekstrasurya baru seukuran Jupiter, yang terbaru berjarak sekitar 15 tahun cahaya yang mengorbit di sekitar bintang Gliese 876. Yang paling spektakuler dari temuan ini difoto oleh Teleskop Luar Angkasa Hubble, yang menangkap foto-foto menakjubkan dari sebuah planet yang berjarak 450 tahun cahaya yang ditembakkan ke luar angkasa oleh sistem bintang ganda.

KEBENARAN TERSEMBUNYI: Melampaui Realitas Akal Sehat

Oleh: Deepak Chopra, MD, Menas C. Kafatos, Ph.D., dan Subhash Kak, Ph.D

Kita semua hidup di dunia akal sehat, mempercayai panca indera kita seolah-olah mereka mengirimkan semua realitas kepada kita. Namun revolusi kuantum, telah lama merusak pandangan dunia seperti itu. Kami berpendapat bahwa realitas “nyata” terdiri dari alam semesta yang sadar. Ini adalah realitas yang kita semua ikut sertakan, meskipun ilmu pengetahuan baru-baru ini mulai menganggap serius kesadaran sebagai bidang penyelidikan yang sah. Perubahan-perubahan yang dipicu oleh munculnya ilmu kesadaran baru saja mulai direnungkan secara serius.

Tugas terakhir kita adalah membangun jembatan dari alam semesta sadar ke kehidupan sehari-hari, karena jika tidak, orang akan terus hidup seolah-olah realitas akal sehat masih dapat diandalkan dan benar dan lengkap. Akan sangat membantu jika jembatan seperti itu sudah ada, dan kami yakin itu ada. Satu-satunya kesulitan adalah bahwa itu tidak terlihat.

Ini dapat ditunjukkan melalui pengamatan sederhana: Panca indera tidak dapat merasakan dunia kuantum, namun persepsi kita bergantung pada aktivitas kuantum di otak; tidak ada domain lain di mana materi dan pikiran secara kredibel bertemu. Dunia kuantum tersembunyi dari kita seperti cara kerja otak disembunyikan. Jika Anda memikirkan kata “gajah” dan melihat gambar binatang itu di mata batin Anda, Anda tidak menyadari jutaan neuron yang bekerja di otak Anda untuk memproduksinya. Namun penembakan neuron itu — belum lagi operasi seluler tak terlihat yang membuat setiap bagian tubuh Anda tetap hidup — adalah dasar dari kemampuan otak.

MENJELAJAH ALAM SEMESTA: Antara Misteri Ruang-Waktu dan Teknologi antar Bintang

Meski kita hidup di dalamnya, alam semesta tetap menjadi misteri terbesar yang belum tuntas dipahami umat manusia. Dua entitas fundamental—ruang dan waktu—masih menyimpan rahasia terdalamnya, bahkan bagi para ilmuwan paling brilian. Keduanya diyakini sebagai kunci utama untuk membuka tabir realitas kosmik yang sesungguhnya.

Albert Einstein, pencetus Teori Relativitas, pernah menulis dalam sebuah surat pribadi pada tahun 1944:

“Apa yang kulihat di alam ini adalah sebuah struktur yang maha besar, namun yang dapat kita pahami baru sebagian kecil saja. Begitu pun sudah cukup membuat pusing.”

Thursday, July 22, 2021

HYPERSPACE – SEBUAH PENGEMBARAAN ILMIAH: Melihat Dimensi yang Lebih Tinggi

Oleh: Michio Kaku

Apakah ada dimensi yang lebih tinggi? Apakah ada dunia tak terlihat di luar jangkauan kita, di luar hukum fisika normal? Meskipun dimensi yang lebih tinggi secara historis menjadi ranah eksklusif penipu, mistikus, dan penulis fiksi ilmiah, banyak fisikawan teoretis yang serius sekarang percaya bahwa dimensi yang lebih tinggi tidak hanya ada, tetapi juga dapat menjelaskan beberapa rahasia alam terdalam. Meskipun kami menekankan bahwa saat ini tidak ada bukti eksperimental untuk dimensi yang lebih tinggi, pada prinsipnya mereka dapat memecahkan masalah utama dalam fisika: penyatuan akhir semua pengetahuan fisik pada tingkat dasar.

Ketertarikan saya pada dimensi yang lebih tinggi dimulai sejak masa kanak-kanak. Salah satu kenangan masa kecil saya yang paling bahagia adalah berjongkok di samping kolam di Japanese Tea Garden yang terkenal di San Francisco, terpesona oleh ikan mas berwarna cerah yang berenang perlahan di bawah bunga lili air. Di saat-saat hening ini, saya akan mengajukan pertanyaan konyol yang mungkin ditanyakan oleh anak tunggal: bagaimana ikan mas di kolam itu memandang dunia di sekitar mereka? Menghabiskan seluruh hidup mereka di dasar kolam, ikan mas akan percaya bahwa "alam semesta" mereka terdiri dari air dan bunga lili; mereka hanya akan samar-samar menyadari bahwa dunia asing bisa eksis tepat di atas permukaan. Duniaku berada di luar pemahaman mereka. Saya tertarik bahwa saya bisa duduk hanya beberapa inci dari ikan mas, namun kami dipisahkan oleh jurang yang sangat besar. Saya menyimpulkan bahwa jika ada "ilmuwan" di antara ikan mas, mereka akan mengejek ikan mana pun yang mengusulkan bahwa dunia paralel bisa ada tepat di atas bunga lili. Dunia tak terlihat di luar kolam tidak masuk akal secara ilmiah. Suatu kali saya membayangkan apa yang akan terjadi jika saya mengulurkan tangan dan tiba-tiba mengambil salah satu "ilmuwan" ikan mas dari kolam. Saya bertanya-tanya, bagaimana ini akan terlihat pada ikan mas? “Ilmuwan” ikan mas yang terkejut akan menceritakan kisah yang benar-benar menakjubkan, entah bagaimana diangkat keluar dari alam semesta (kolam) dan dilemparkan ke dunia bawah yang misterius, dimensi lain dengan lampu menyilaukan dan benda berbentuk aneh yang belum pernah dilihat ikan mas sebelumnya. Yang paling aneh dari semuanya adalah makhluk besar yang bertanggung jawab atas kemarahan ini, yang sama sekali tidak menyerupai ikan. Yang mengejutkan, ia tidak memiliki sirip apa pun, tetapi tetap bisa bergerak tanpa sirip.Jelas, hukum fisika yang sudah dikenal tidak lagi diterapkan di dunia bawah ini!

Wednesday, July 21, 2021

Alam Semesta Paralel: Harapan Terakhir untuk Menghindari Kematian Kosmos?

Pengetahuan kita tentang alam semesta masih jauh dari lengkap. Setiap kali sains kosmologi membuat satu kemajuan, ia justru memunculkan puluhan pertanyaan baru. Di tengah kompleksitas ini, beberapa fisikawan teoretis mencoba menjawab pertanyaan paling eksistensial dari semuanya: Apakah alam semesta kita akan berakhir? Dan jika ya, apakah ada jalan keluar?

Salah satu jawaban paling menarik datang dari Dr. Michio Kaku—futuris, fisikawan teoritis, dan penulis buku The Future of Humanity (2018). Dalam salah satu sesi wawancara di kanal YouTube Big Think, Kaku memperkenalkan skenario akhir alam semesta yang disebut Big Freeze, berbeda dengan model alternatif seperti Big Crunch atau Big Rip.

Monday, July 19, 2021

LIFE AFTER DEATH: The Burden of Proof

Deepak Chopra

Memoar: Kehidupan di Balik Sana

Menulis buku tentang kehidupan setelah kematian membawa saya kembali pada kisah-kisah masa kecil di India. Perumpamaan yang saya dengar—di rumah, kuil, dan sekolah—telah melekat seumur hidup saya. Maka saya pun merangkai buku ini di sekeliling kisah-kisah seperti itu, salah satunya tentang Savitri, seorang wanita pemberani yang berhadapan langsung dengan Yama, dewa kematian, untuk menyelamatkan suaminya. Pertarungan antara cinta dan kematian itu terasa sangat nyata bagi saya. Dunia mereka mengalir masuk ke dalam dunia saya sendiri.

Tuesday, June 22, 2021

Iman Versus Fakta: Mengapa Sains dan Agama Tidak Kompatibel

Oleh: Jerry A. Coyne

KATA PENGANTAR
—Neil deGrasse Tyson

Pada Februari 2013, saya terlibat dalam diskusi publik dengan seorang teolog Lutheran mengenai pertanyaan mendasar: apakah sains dan agama kompatibel? Acara tersebut berlangsung di Gereja Jemaat Circular yang bersejarah di Charleston, Carolina Selatan. Setelah masing-masing menyampaikan argumen secara ringkas, kami diminta menyimpulkan posisi kami dalam satu kalimat. Saya tidak ingat persis pernyataan saya, namun saya mengingat dengan jelas jawaban rekan debat saya: “Kita harus selalu ingat bahwa iman adalah sebuah karunia.”

Wednesday, June 16, 2021

Teori-M: Induk dari Semua Teori Superstring

Oleh: Michio Kaku

Dalam setiap dekade, dunia fisika teoretis kerap diguncang oleh terobosan dalam teori string yang menggemparkan komunitas ilmiah. Kali ini, percakapan di berbagai forum daring kembali memanas seiring dengan derasnya arus makalah yang dikirimkan ke papan buletin digital Laboratorium Nasional Los Alamos—pusat pertukaran resmi bagi publikasi seputar teori superstring.

Salah satu tokoh penting dalam bidang ini, John Schwarz dari Caltech, telah berkeliling dunia menyuarakan apa yang ia sebut sebagai “revolusi superstring kedua.” Sementara itu, Edward Witten dari Institute for Advanced Study di Princeton menyampaikan kuliah monumental selama tiga jam, yang membangkitkan antusiasme luar biasa di kalangan ilmuwan. Bahkan disiplin ilmu lain, seperti matematika, turut merasakan dampaknya. Phillip Griffiths, direktur institut tersebut dan seorang matematikawan terkemuka, mengatakan, “Antusiasme yang saya saksikan, serta implikasinya terhadap bidang matematika saya, sungguh luar biasa. Saya merasa beruntung dapat menyaksikan momen ini secara langsung.”

Apakah Materi Gelap/Dark Matter itu Ada?

Oleh: Ramin Skibba

Materi gelap adalah hal yang paling tidak pernah ditemukan fisikawan di mana-mana: inilah waktunya untuk mempertimbangkan penjelasan alternative. Pada tahun 1969, astronom Amerika Vera Rubin bingung dengan pengamatannya terhadap Galaksi Andromeda yang luas, tetangga terbesar Bima Sakti. Saat dia memetakan lengan spiral bintang yang berputar melalui spektrum yang diukur dengan hati-hati di Kitt Peak National Observatory dan Lowell Observatory, keduanya di Arizona, dia melihat sesuatu yang aneh: bintang-bintang di pinggiran galaksi tampak mengorbit terlalu cepat. Begitu cepat sehingga seharusnya melepaskan diri  dari galaxy Andromeda dan terbang ke surga. Namun bintang yang berputar tetap berada di tempatnya.

Penelitian Rubin, yang ia kembangkan ke lusinan galaksi spiral lainnya, menyebabkan dilema yang dramatis: apakah ada lebih banyak materi di luar sana, yang gelap dan tersembunyi dari pandangan tetapi mengikat galaksi bersama-sama dengan tarikan gravitasinya, atau gravitasi entah bagaimana bekerja sangat berbeda dari skala besar galaksi yang diperkirakan para ilmuwan sebelumnya.

Penemuannya yang berpengaruh ini tidak pernah membuat Rubin mendapatkan Hadiah Nobel, tetapi para ilmuwan mulai mencari tanda-tanda materi gelap di mana-mana, di sekitar bintang dan awan gas, dan di antara struktur terbesar di galaksi di alam semesta. Pada 1970-an, astrofisikawan Simon White di Universitas Cambridge berpendapat bahwa dia bisa menjelaskan konglomerasi galaksi dengan model di mana sebagian besar materi Semesta gelap, jauh melebihi jumlah atom di semua bintang di langit. Dalam dekade berikutnya, White dan yang lainnya membangun penelitian itu dengan mensimulasikan dinamika partikel materi gelap hipotetis di komputer yang tidak terlalu ramah pengguna saat itu.

Namun terlepas dari kemajuan tersebut, selama setengah abad terakhir, tidak ada yang pernah secara langsung mendeteksi satu partikel materi gelap. Berulang kali, materi gelap telah menolak untuk ditemukan, seperti bayangan sekilas di dalam hutan. Setiap kali fisikawan mencari partikel materi gelap dengan eksperimen yang kuat dan sensitif di dalam tambang yang ditinggalkan dan di Antartika, dan setiap kali mereka mencoba memproduksinya dalam akselerator partikel, mereka kembali dengan tangan kosong. Untuk sementara, fisikawan berharap menemukan jenis materi teoretis yang disebut partikel masif yang berinteraksi lemah (WIMPs), tetapi pencariannya berulang kali ini belum menghasilkan apa-apa.

Realitas Sesungguhnya Terstruktur Di dalam Kesadaran

Oleh: Deepak Chopra

Salah satu penyintas paling mengejutkan dalam masyarakat kita, yang telah lama dianggap sekarat atau mati, adalah filsafat…“Cinta akan kebenaran”, seperti yang digambarkan oleh istilah Yunani, dikalahkan oleh sains dan kecintaannya pada fakta. New York Times secara tidak terduga memuat artikel opini berjudul “Jika Kita Bukan Sekedar Hewan, Siapa Kita?” oleh filsuf veteran Inggris Roger Scruton.

Karya ini dimulai dengan mengacu pada tradisi memberikan jiwa kepada manusia, percikan supernatural yang membedakan kita dari hewan, dan secara realistis Scruton mencatat bahwa “Kemajuan terbaru dalam genetika, ilmu saraf, dan psikologi evolusioner telah membunuh semua ide itu.” Meskipun kepercayaan populer tentang jiwa sangat hidup, budaya sekuler resmi kita dan sumber utama pengetahuannya, yaitu sains, sama sekali menolaknya.

Lalu bagaimana? Scruton menggunakan taktik split-the-difference, dengan alasan bahwa meskipun kita adalah hewan yang tidak dapat disangkal yang berevolusi dari nenek moyang primitif, kita bukan hanya hewan. Kita adalah makhluk istimewa, dimulai dengan rasa moralitas kita. Filsafat modern, oleh karena itu, terus mengajukan pertanyaan yang sama tentang kekhususan manusia sebagaimana filsafat kuno, mencari rahasia sejati menjadi manusia. Scruton pertama-tama melihat moralitas sebagai kebenaran tentang menjadi manusia, yang kebanyakan orang akan bersimpati.

Sunday, June 13, 2021

TUHAN YANG BISA NYATA: Spiritualitas, Sains, dan Masa Depan Planet Kita

Oleh: Nancy Ellen Abrams

Sains tidak pernah menawarkan kepastian mutlak tentang kebenaran. Selalu ada ruang bagi penemuan baru yang dapat membatalkan teori sebelumnya. Namun, yang dapat dilakukan sains dengan cukup andal adalah menunjukkan apa yang tidak benar. Galileo, misalnya, tidak dapat secara langsung membuktikan bahwa Bumi mengelilingi Matahari, tetapi ia memberikan bukti observasional bahwa benda-benda langit tidak sempurna sebagaimana klaim tradisional. Ketika bukti ilmiah secara tegas menolak suatu kemungkinan, perdebatan menjadi tidak produktif. Saat itulah kita dituntut untuk menerima, menyesuaikan diri, dan melangkah maju. Inilah prinsip kemajuan dalam sains.

Monday, May 17, 2021

FISIKA MASA DEPAN: Bagaimana Sains Akan Membentuk Takdir Manusia dan Kehidupan Sehari-hari Kita Menjelang Tahun 2100

Oleh: Michio Kaku 

Meramalkan 100 Tahun ke Depan

Dua pengalaman masa kecil membentuk jalan hidup saya dan menyalakan dua gairah besar yang terus membimbing saya hingga hari ini.

Yang pertama terjadi saat saya berusia delapan tahun. Di sekolah, para guru heboh membicarakan kabar wafatnya seorang ilmuwan besar. Malam itu, surat kabar menampilkan gambar ruang kerjanya, lengkap dengan manuskrip yang belum rampung. Judul beritanya menyebutkan bahwa sang ilmuwan terhebat di zamannya tidak sempat menyelesaikan karya terbesarnya. Saya bertanya-tanya: karya macam apa yang begitu kompleks hingga bahkan ia tak mampu menuntaskannya? Rasa penasaran itu mengalahkan daya tarik kisah detektif atau petualangan apa pun. Saya harus tahu isi dari naskah itu.

Friday, May 14, 2021

Bagaimana Menghindari Bencana Iklim


 Oleh: Bill Gates

Ada dua angka penting yang perlu Anda ketahui tentang perubahan iklim: sekitar 52 miliar dan nol.

52 miliar ton adalah jumlah gas rumah kaca—dihitung dalam ton setara karbon dioksida (CO₂e)—yang dunia tambahkan ke atmosfer setiap tahun, berdasarkan estimasi terbaru dari Global Carbon Project tahun 2023. Meski ada fluktuasi tahunan, tren jangka panjangnya tetap naik. Itulah posisi kita saat ini.

Nol adalah tujuan akhir kita. Untuk menghentikan pemanasan global dan menghindari dampak terburuk perubahan iklim—yang semakin terlihat dari kebakaran ekstrem, cuaca super, naiknya permukaan laut, dan krisis pangan global—umat manusia harus berhenti menambahkan gas rumah kaca ke atmosfer. Tidak mengurangi. Tidak hanya memperlambat. Kita harus mencapai nol.

Wednesday, May 5, 2021

Gambar besar Tentang Asal Usul Kehidupan, Makna, dan Alam Semesta Itu Sendiri

Oleh: Sean Carroll

Gambar Besar, Sifat Dasar Realitas

Dalam kartun Road Runner, Wile E. Coyote sering digambarkan berlari melewati tepi jurang dan, alih-alih langsung jatuh seperti yang diprediksi oleh hukum gravitasi, ia justru melayang-layang di udara hingga akhirnya menyadari bahwa tidak ada lagi tanah di bawah kakinya—barulah ia jatuh. Dalam banyak hal, kita semua adalah Wile E. Coyote. Sepanjang sejarah, manusia telah merenungkan tempatnya di alam semesta dan mencari tahu mengapa kita ada di sini. Berbagai jawaban telah diajukan, seringkali saling bertentangan, namun untuk waktu yang lama kita berbagi keyakinan bahwa kehidupan memiliki makna yang melekat—bahwa ada alasan di balik keberadaan kita, tujuan yang menanti untuk ditemukan. Keyakinan ini menjadi fondasi dari cara kita memahami dan menjalani kehidupan.

Tuesday, May 4, 2021

VISI: Bagaimana Sains Akan Merevolusi Abad ke-21

Oleh: Michio Kaku

Koreografer Materi, Kehidupan, dan Kecerdasan

“Tiga tema besar dalam sains abad ke-20 adalah atom, komputer, dan gen.”
— Harold Varmus, Direktur NIH

“Meramalkan itu sulit, apalagi tentang masa depan.”
— Yogi Berra

Tiga abad yang lalu, Isaac Newton menulis bahwa ia merasa seperti anak kecil yang bermain di tepi pantai, terpesona oleh kerikil dan cangkang indah, sementara lautan kebenaran membentang luas di hadapannya. Pada masa itu, alam semesta dipenuhi misteri, mitos, dan takhayul. Sains, sebagaimana yang kita kenal hari ini, belum lahir.

Monday, April 26, 2021

Ketika Manusia Melampaui Biologi: Singularitas Sudah Dekat

oleh Ray Kurzweil

PROLOG:
Kekuatan Gagasan

Tak ada sensasi yang lebih mendalam bagi seorang manusia selain momen ketika ia menyadari bahwa buah pikirannya sedang menuju keberhasilan.
Nikola Tesla, 1896

Sejak usia lima tahun, saya telah yakin bahwa saya akan menjadi seorang penemu. Bagi saya, penemuan adalah kekuatan yang bisa mengubah dunia. Saat anak-anak lain masih bertanya-tanya tentang masa depan mereka, saya sudah memiliki keyakinan bahwa saya akan menciptakan sesuatu yang berarti. Kapal roket ke bulan yang saya bangun saat itu gagal total—itu bahkan terjadi hampir satu dekade sebelum tantangan terkenal dari Presiden Kennedy—tapi pada usia delapan, saya mulai membuat penemuan yang lebih realistis: seperti teater robotik yang bisa memindahkan karakter dan latar panggung secara otomatis, dan sebuah permainan bisbol virtual.

THE SINGULARITY IS NEAR: When Humans Transcend Biology

Singularity Is Near menyajikan tahap berikutnya dari pandangan Ray Kurzweil yang menarik tentang masa depan - penggabungan manusia + mesin. Dia menyebut periode ini sebagai singularitas, ketika laju perubahan teknologi begitu cepat, dan dampaknya begitu dalam, sehingga kehidupan manusia berubah.

Kurzweil menjelaskan bahwa kita sudah berada dalam tahap awal transisi ini. Dan dalam beberapa dekade, kehidupan yang kita kenal akan sangat berbeda. Buku ini telah terjual 255.000 eksemplar, dan dicetak dalam 17 bahasa - menyoroti minat arus utama + internasional yang berkembang di masa depan umat manusia.
 
Kurzweil menulis:
“Singularitas akan menjadi penggabungan tubuh + pikiran kita dengan teknologi kita. Dunia akan tetap menjadi manusia, tetapi melampaui akar biologi kita. Tidak akan ada perbedaan antara manusia dan mesin - atau antara realitas fisik dan virtual. Jika Anda bertanya-tanya apa yang akan tetap menjadi manusia, itulah kualitasnya - spesies kita secara inheren berusaha memperluas jangkauan fisik dan mentalnya melampaui batasan saat ini."

Saturday, April 24, 2021

Daya Tarik Keabadian: Awal, Akhir, dan Sesudahnya

Dalam Kepenuhan Waktu

Pada akhirnya, dalam kepenuhan waktu, segala yang hidup akan mati. Selama lebih dari tiga miliar tahun, kehidupan — dari bentuk paling sederhana hingga yang paling kompleks — telah tumbuh dan berevolusi di bawah bayang-bayang sabit kematian. Dari laut yang purba hingga daratan luas, dari langit yang dijelajahi oleh sayap-sayap pertama, keberagaman biologis berkembang, namun tak pernah lepas dari keniscayaan akhir. Buku besar kelahiran dan kematian, dengan entri yang tak terhitung banyaknya — lebih banyak dari bintang di galaksi — secara perlahan namun pasti menuju keseimbangan yang dingin dan tak memihak. Hidup adalah misteri, tapi kematian adalah kesimpulan pasti.

Friday, April 23, 2021

Ulasan Life 3.0 oleh Max Tegmark - kami mengabaikan kiamat AI

Oleh: Yuval Noah Harari

Kecerdasan buatan mungkin akan menjadi agen perubahan terpenting di abad ke-21. Itu akan mengubah ekonomi kita, budaya kita, politik kita dan bahkan tubuh dan pikiran kita sendiri dengan cara yang hampir tidak dapat dibayangkan oleh kebanyakan orang. Jika Anda mendengar skenario tentang dunia pada tahun 2050 dan kedengarannya seperti fiksi ilmiah, mungkin itu salah; Tetapi jika Anda mendengar skenario tentang dunia pada tahun 2050 dan tidak terdengar seperti fiksi ilmiah, itu pasti salah.
 
Teknologi tidak pernah deterministik: ia dapat digunakan untuk menciptakan jenis masyarakat yang sangat berbeda. Pada abad ke-20, kereta api, listrik, dan radio digunakan untuk membentuk kediktatoran Nazi dan komunis, tetapi juga untuk mendorong demokrasi liberal dan pasar bebas. Di abad ke-21, AI akan membuka spektrum kemungkinan yang lebih luas. Memutuskan mana yang akan disadari mungkin menjadi pilihan paling penting yang harus dibuat umat manusia dalam beberapa dekade mendatang.
 
AI harus menjadi salah satu item terpenting dalam agenda politik kita - AI hampir tidak terdaftar di radar politik kita
 
Pilihan ini bukanlah masalah teknik atau sains. Ini masalah politik. Oleh karena itu, ini bukanlah sesuatu yang dapat kita serahkan ke Silicon Valley - itu harus menjadi salah satu item terpenting dalam agenda politik kita. Sayangnya, AI sejauh ini hampir tidak terdaftar di radar politik kami. Ini belum menjadi subjek utama dalam kampanye pemilihan mana pun, dan sebagian besar partai, politisi, dan pemilih tampaknya tidak memiliki pendapat tentang hal itu. Ini sebagian besar karena kebanyakan orang hanya memiliki pemahaman yang sangat redup dan terbatas tentang pembelajaran mesin, jaringan saraf, dan kecerdasan buatan. (Ide yang paling umum tentang AI berasal dari film SF seperti The Terminator dan The Matrix.) Tanpa pemahaman lapangan yang lebih baik, kita tidak dapat memahami dilema yang kita hadapi: ketika sains menjadi politik, ketidaktahuan ilmiah menjadi resep bencana politik.
 

Life 3.0 Tiga Tahap Kehidupan

Oleh: Max Tegmark
 
Pertanyaan tentang bagaimana mendefinisikan kehidupan sangat kontroversial. Definisi yang bersaing berlimpah, beberapa di antaranya mencakup persyaratan yang sangat spesifik seperti terdiri dari sel, yang mungkin mendiskualifikasi mesin cerdas masa depan dan peradaban luar angkasa. Karena kita tidak ingin membatasi pemikiran kita tentang masa depan kehidupan pada spesies yang telah kita temui sejauh ini, mari kita definisikan kehidupan secara sangat luas, hanya sebagai proses yang dapat mempertahankan kompleksitasnya dan mereplikasi. Apa yang direplikasi bukanlah materi (terbuat dari atom) tetapi informasi (terbuat dari bit) yang menentukan bagaimana atom disusun. Ketika bakteri membuat salinan DNA-nya, tidak ada atom baru yang dibuat, tetapi sekumpulan atom baru disusun dalam pola yang sama seperti aslinya, dengan demikian menyalin informasi. Dengan kata lain,kita dapat menganggap kehidupan sebagai sistem pemrosesan informasi yang mereplikasi diri yang informasinya (perangkat lunak) menentukan perilakunya dan cetak biru untuk perangkat kerasnya.

Monday, April 19, 2021

Yang Tak Diketahui: Tujuh Perjalanan Menuju Tapal Batas Ilmu Pengetahuan

Oleh: Marcus du Sautoy

“Setiap manusia pada dasarnya ingin tahu.”
— Aristoteles, Metafisika

Setiap pekan, berita utama mengabarkan terobosan baru: teknologi yang mengubah cara hidup kita, kemajuan medis yang memperpanjang usia, hingga pemahaman baru tentang alam semesta. Ilmu pengetahuan telah membuka tabir atas pertanyaan-pertanyaan mendasar yang selama ribuan tahun membingungkan umat manusia: Dari mana kita berasal? Apa tujuan kosmos? Apa yang membentuk realitas fisik? Bagaimana kesadaran muncul dari jaringan sel?

Jared Diamond: Bagaimana COVID-19 dapat mengubah dunia — menjadi lebih baik

Diterjemahkan oleh Muhammad Iqbal Suma dari artikel dengan judul Asli “How Might Covid-19 Change the World” yang diterbitkan oleh Market Watch pada tanggal 12 Januari 2021

Saat ini, COVID-19 menghancurkan dunia. Dia sedang dalam proses menginfeksi banyak (mungkin bahkan sebagian besar) dari kita, membunuh beberapa, menutup hubungan sosial normal kita, menghentikan sebagian besar perjalanan internasional, dan merusak ekonomi dan perdagangan kita. Akan seperti apa dunia beberapa tahun dari sekarang, setelah krisis akut ini memudar?

Ada anggapan luas bahwa vaksin akan segera dikembangkan untuk melindungi kita dari COVID-19. Sayangnya, prospek tersebut masih sangat tidak pasti. Penyakit begitu bervariasi dalam hal potensinya untuk dicegah dengan vaksin.

Beberapa vaksin – untuk melawan cacar dan demam kuning, misalnya – memberikan perlindungan selama beberapa dekade atau seumur hidup; untuk melawan flu, bagaimanapun, mereka melakukannya kurang dari satu tahun. Dan masih belum ada vaksin untuk melawan malaria dan AIDS, meskipun upaya besar telah dilakukan untuk pengembangannya. Flu sering bermutasi, atau berbagai strainnya berubah proporsinya, sehingga vaksin baru harus dikembangkan setiap tahun. Dan sementara vaksin polio dan cacar melindungi semua orang, vaksin flu dan kolera hanya melindungi sekitar setengah dari mereka yang menerimanya. Oleh karena itu, kemanjuran vaksin COVID-19 yang diharapkan tidak mungkin untuk diprediksi.

Tetapi mari kita asumsikan bahwa vaksin COVID-19 yang efektif segera tersedia. Bagaimana hal itu akan mengubah dunia? Ilmuwan di banyak negara—Cina, Amerika Serikat, Rusia, Inggris, dan lainnya— berlomba untuk mengembangkannya. Ini menunjukkan skenario terburuk, skenario kasus terbaik, dan segala sesuatu di antaranya.

Pengantar: Menuju Teori Segalanya

Oleh: Michio Kaku

Bayangkan sebuah teori akhir—sebuah kerangka tunggal yang mampu menyatukan seluruh kekuatan alam semesta, dari tarian partikel subatom terkecil hingga gerak kosmik galaksi yang mengembang. Tujuannya adalah merumuskan sebuah persamaan elegan yang mencakup seluruh fisika, sekaligus menjelaskan seluruh realitas fisik dalam satu formula.

Beberapa fisikawan paling cemerlang di dunia telah mengabdikan diri pada pencarian ini. Bahkan Stephen Hawking pernah menyampaikan kuliah berjudul penuh harap, "Is the End in Sight for Theoretical Physics?"—menggambarkan betapa penting dan mendalamnya pencarian ini.

Jika teori semacam itu berhasil ditemukan, ia akan menjadi mahkota tertinggi dalam sejarah sains—“cawan suci” fisika. Dengan satu rumus, secara prinsip, kita akan mampu menurunkan seluruh hukum fisika lainnya: dari detik pertama Big Bang hingga nasib akhir alam semesta. Ini akan menjadi klimaks dari dua milenium pencarian ilmiah sejak manusia pertama kali bertanya: “Apakah hakikat dari segala sesuatu?”

Sebuah visi yang sungguh menakjubkan.

Tuesday, April 6, 2021

Teori Kemunculan Islam dan Kristen

Diterjemahkan dari Artikel karya Francois de Blois berjudul “Islam in its Arabian Context” dalam buku “The Qur’an in Context”

 Oleh: Rohmatul Izad

Pada dua sampai tiga dekade terakhir telah muncul madzhab baru dalam kajian Islam di Barat, banyak pengikut dari madzhab ini menyebut diri mereka sebagai ‘revisionis’. Dorongan utama dari aliran ini adalah untuk menentang validitas dari catatan muslim tradisional tentang lokasi dan waktu asal muasal Islam dengan melakukan kajian pada wilayah utara Arab (seperti Babilonia dan padang gurun Syiria), dan  pada kurun waktu yang lebih modern (mungkin akhir abad ke-8 atau abad ke-9). Dalam beberapa tahun terakhir pula, terdapat  kecenderungan  yang sangat kuat dari para revisionis ini  untuk menentang validitas tekstual Al-Qur’an dan merekonstruksikan ke sebuah versi yang seharusnya lebih tua dari kitab suci umat Muslim.

Sejak awal, para tokoh ‘revisionis’ ini menyatakan bahwa mereka menaruh perhatian pada kemapanan tradisi ‘historis kritis’ pada studi kitab suci Kristen yang muncul sejak sekitar awal abad kesembilan belas. Namun, menurut saya, ada perbedaan mendasar antara konteks sejarah pada studi Perjanjian Baru di satu sisi, dan pada studi Al-Qur’an di sisi yang lain.

Apakah Sains itu Agama?

Diterjemahkan dari teks pidato Richard Dawkins ketika menerima penghargaan "Humanist of The Year" pada tahun 1966

Oleh: Ade Sabda Galah

Adalah lumrah untuk menjadi apokaliptis mengenai ancaman terhadap kemanusiaan yang diakibatkan oleh virus AIDS, musibah “lembu gila” dan banyak lainnya, namun saya kira soalnya adalah bahwa keimanan adalah salah satu kejahatan terbesar di dunia yang sebanding dengan penyakit cacar namun lebih sulit untuk dibasmi.

Keimanan, sebagai keyakinan tanpa bukti, adalah sisi buruk agama yang prinsipiil. Dan siapa, setelah melihat Irlandia Utara dan Timur Tengah, dapat yakin bahwa virus keimanan tidak berbahaya? Salah satu kisah yang diceritakan kepada pemuda Muslim pelaku bom bunuh diri adalah bahwa kesyahidan adalah jalan pintas menuju surga – dan tidak hanya surga melainkan juga 72 bidadari cantik yang masih perawan dan menunggu mereka di dalamnya. Bagi saya tampaknya bahwa harapan terbaik kita mungkin adalah menyediakan semacam “kontrol senjata spiritual”: mengirim ke dalamnya para teolog terlatih untuk menurunkan angka keperawanan.

Mengingat bahaya iman tersebut – dan mengingat pencapaian pemikiran dan pengamatan dalam aktivitas yang disebut sains – saya menganggap ironis bahwa, kapan pun saya memberikan kuliah secara publik, selalu saja ada seseorang yang maju ke depan dan berkata, “Tentu, sains Anda tak ubahnya sebuah agama sebagaimana agama kami. Secara fundamental, sains pada akhirnya hanya akan menjadi keyakinan, kan?”

Saturday, February 6, 2021

Dimensi Tak Terlihat Yang Mungkin Mengatur Keberadaan Kita

Dari: https://www.beliefnet.com/

Teori superstring berpendapat bahwa setidaknya ada 10 dan mungkin 26 dimensi tak terlihat yang berdesakan di setiap partikel tubuh Anda, yang terlipat menjadi dimensi yang lebih kecil tak terbayangkan, dan dari struktur seperti itu, realitas kita tersusun. Dimensi yang tidak terlihat ini tidak memiliki massa, tetapi dengan perputaran sangat cepat, mereka memberikan kualitas massa pada benda yang lebih besar seperti proton dan elektron. Jadi, alam semesta pada akhirnya terbuat dari putaran energy yang terkunci dalam dimensi miniatur aneh yang sepenuhnya nyata, namun tidak dapat dideteksi oleh instrumen apa pun, bahkan akselerator partikel terbesar dan terkuat atau ” penumbuk atom/atom smasher”.

Sebelum lebih lanjut tentang teori superstring, pertama-tama mari kita buat paralel antara teori itu dan teologi. Teori Relativitas Umum Einstein dianggap aneh ketika diajukan, tetapi memiliki elemen yang dapat diuji. Teori tersebut meramalkan bahwa ada lubang hitam, bahwa beberapa cahaya dari bintang yang jauh akan sampai di Bumi “melengkung”, dan bahwa alam semesta mungkin mengembang. Ketika keberadaan lubang hitam, cahaya yang melengkung, dan ekspansi kosmik dikonfirmasi, teori relativitas menjadi landasan pengamatan. Mekanika kuantum, pada gilirannya, meramalkan bahwa partikel subatom akan menunjukkan sifat berlawanan, seperti kemampuan untuk menahan energi hanya dalam jumlah yang berlainan – katakanlah, dalam unit atau satu atau dua, tetapi tidak pernah satu setengah. Ketika pemecah atom menemukan sifat-sifat itu dengan tepat, teori kuantum menjadi efek yang diamati.