Tuesday, December 11, 2012

Mengapa Kita Cenderung “Menghakimi”?

Oleh : Jeff Maziarek

Kecenderungan manusia untuk “menghakimi” (yaitu, melabeli, mengkritik, menghukum, dan sebagainya) memainkan peran penting dalam mendorong pemisahan diantara kita. Untuk alasan apa pun, pikiran kita agaknya memiliki apa yang tampaknya menjadi kecenderungan alami untuk memberikan penilaian pada orang, tempat, situasi, dan lain-lain.

Meskipun tidak ada seorang pun yang ingin dianggap menghakimi, sepertinya deskripsi ini membawa konotasi yang sangat negatif, faktanya adalah bahwa semua orang pernah menghakimi. Pada dasarnya adalah mustahil untuk sepenuhnya menghindari melakukan penilaian, karena kenyataannya hampir setiap pikiran kita memiliki beberapa penilaian yang terkait dengannya.

2012 Menurut Legenda Indian Maya

mayanOleh William Hart

Artikel ini saya tulis berdasarkan penelitian tentang kalender suku maya, keakuratannya, dan hal-hal yang berhubungan dengan gejala alam yang terjadi akhir-akhir ini.

Dalam artikel yang dimuat di awal 2004, saya menekankan bahwa kita saat ini berada di putaran matahari terakhir. Periode putaran terakhir ini berlangsung selama 8 tahun, mulai 2004-2012, dan kuberi nama “The Portal”.

Artikelku dilandasi oleh penelitian terhadap kalender suku Maya, yang sudah saya lakukan selama 27 tahun. Dalam system kalender Maya, saya mengamati siklus bintik matahari, transit planet venus dan kaitannya dengan bencana alam yang terjadi.

Rangkaian akhir penelitian tersebut belum saya temukan sampai di tahun 2002. Di tahun itu, saya sadar, tahun 2012 yang katanya merupakan tahun terakhir dalam kalender suku Indian Maya, juga merupakan titik puncak pergerakan matahari dan transit kedua Planet Venus. Penelitian intensif saya terhadap bintik matahari menunjukkan bahwa pergerakan bintik tersebut selama 11 tahun memiliki dampak besar bagi umat manusia. Percaya atau tidak, tapi hal-hal yang terjadi, seperti: perang, bencana alam, sampai pergerakan bursa saham, bergerak sesuai dengan arah bintik matahari!

Monday, December 10, 2012

Mencari Jejak La Galigo

La Galigo adalah sebuah karya sastra yang terbentang sepanjang zaman. Epos yang panjangnya melebihi Mahabharata ini berisi kisah di abad lalu, yang sempat menjadi kepercayaan di antara masyarakat Bugis di Sulawesi Selatan. Sayangnya, gerakan pemurnian ajaran agama, prasangka dan pula modernisasi telah bersekutu menggempur “kesaktian” warisan budaya ini. Akibatnya, karya sastra ini kini hanya dikenal di kalangan akademisi. Padahal, La Galigo memiliki kekuatan yang mengejutkan. Sebuah hajat besar bulan Maret lalu digelar di Kabupaten Barru untuk menghidupkan kembali roh Sureq Galigo. Ikuti laporan wartawan TEMPO Yusi A. Pareanom langsung dari Bumi Celebes untuk menjejaki keajaiban Sawerigading.

Mencari Agama Merengkuh Sains

Hampir 100 tahun yang silam, tepatnya 30 Juni 1905, Albert Einstein menyerahkan draft paper, bukan sebuah buku tebal, yang ia kerjakan di waktu senggang. Kepada penerbitnya, Einstein bercanda semoga draft itu layak diumumkan, jika pun memang ada ruang yang sisa. Paper berkepala Zur Elektrodynamik Bewegter Körper (Tentang Elekrodinamika Benda-benda Bergerak) itu muncul di jurnal Annalen der Physik 17:891, 1905. Isinya terutama adalah reaksi terhadap eksperimen Michelson-Morley yang menguji keberadaan “luminiferous ether” sebagai medium penjalaran cahaya, sekaligus perluasan ide transformasi Lorentz dan teori gelombang elektromagnetik Maxwell. Di sana disimpulkan bahwa ether tak perlu ada, dan bahwa kecepatan cahaya selalu sama, tak peduli sumber cahaya atau si pengamat bergerak saling menjauh atau mendekat. Ringkasnya, paper itu berisi pemikiran yang meleceh akal sehat:  pandangan tentang ruang waktu nisbi yang mendobrak persepsi ruang-waktu mutlak Newtonian yang sudah berkuasa lebih dari 3 abad.

Stephen Hawking : Legenda Fisika Penerus Newton dan Einstein

Metrogaya - SUATU ketika, seorang mahasiswa Universitas Cambridge dengan penuh percaya diri menyanggah teori yang dikemukakan Fred Hoyle, seorang fisikawan ternama saat itu pada acara ceramah ilmiah di Royal Society yang sangat prestisius itu. Fred Hoyle yang sering menyampaikan gagasan-gagasannya, mengenai alam semesta di hadap-an publik sebelum diterbitkan dan dibuktikan, merasa gusar karena seluruh hadirin menertawakannya. Ironisnya, mahasiswa tersebut pernah ditolaknya untuk melakukan riset dibawah bimbingannya. Dialah Stephen Hawking, mahafisikawan jenius yang fisiknya lumpuh, namun mampu menjelajahi pikiran alam semesta dari level kuantum sampai asal mula alam semesta.

Beyond a Cave Man

Life is a universe main process which will self-discover and self-declare itself in a game grandstand  what we call it dimensions of space-time and mass-energy and probably it was happened only in One-Earth. Perhaps you will say I am wrong because life could be discovered anywhere in light years distance of million of stars and galaxies. But what is it meant a light year journey for us  and what is it meant 10,000 years civilization  journey, why we hate this improbability phenomena and why we don't understand beyond of 13.7 bya distance ? If universe playing baryon tunes then life playing DNA tunes, we may count total production of baryon and DNA then  we may compare it the huge numbers till now we observe it

Our friends of a 'half-human' of Homo Habilis, Homo Erectus  have gone leaving us,  poorly we've classify them as a 'half-human' or ape-man and we still have good debates and discussions for that arguments, "a half human".  But luckily we still have closed friends of chimpanzee and orangutans, even though  we still classify them as animal yeahh real animal, they have no fragments of a half-human after million years evolution. Yes, actually we're also lucky that life evolution does not create 'a half-human' after long journey of  the primate evolution time-table. So we're here all humans in very very complicated and colorful humanity questions.

Boleh Tidak kita Mencoba Mendefinisikan Jagad Semesta (Universe) ?

Mungkinkah kita mampu mendefinisikan sebuah kata yang bernama Jagad Semesta? Suatu totalitas perjalanan jagad semesta lebih jauh dari 13,700,000,000 tahun-cahaya. Atau mampukah kita mengartikan sebuah kata arti  HIDUP di jagad semesta? Suatu arti perjalanan hidup sejauh  4,500,000,000 tahun sejak zaman eon Hadean di Bumi. Barangkali akhirnya manusia dapat menemukan jawabannya yang ternyata sederhana sama sederhananya seperti kita menghitung tahun demi tahun batas usia kita hidup di bumi ini, kita tumbuh menjadi tua dan kembali menjadi tiada kembali Tetapi kita telah mempunyai suatu perjalanan jiwa yang khas untuk setiap makhluk hidup, khususnya sang manusia. Perjalanan kehidupan manusia adalah perjalanan pernuh warna-warni dari perjalanan kesadaran semesta, dan adalah fitrah manusia selalu akan mencari arti kehidupan di Satu-Bumi ini, barangkali juga manusia akhirnya menemukan 1(satu) makna siklus jagad semesta.

Manusia dan Kosmos

Observasi 1 : Maha Kebisuan Semesta  

Cerita manusia sejak dari zaman batu tatkala mulai belajar membuat api sampai dengan zaman milenium kesadaran digital saat ini, adalah kejadian paling fenomenal di jagad alam semesta sejauh 13.7 milyar tahun cahaya ini. Karena kesadaran manusia itu adalah seperti vektor-vektor kesadaran semesta jagad raya yang menyinari kegelapan dari 'segala kebisuan semesta'.

Ruang-waktu dan massa-energi akan menjadi vektor-vektor jika kita mulai mencari asal-muasalnya dari mana, kenapa harus ada ruang-waktu, kenapa harus kita rasakan massa-energi, kemudian kenapa kita harus menyadarinya mulai dari peristiwa Ledakan Besar. Katakanlah kesadaran kita merupakan salah satu vektor di alam semesta ini. Sama halnya dengan evolusi baryon (proton+netron) yang menghasilkan milyaran bintang-bintang yang menyinari dengan 'cahaya lilinnya' kepada maha kegelapan semesta ini ( 70% energi gelap menguasai semesta), maka kesadaran semesta adalah vektor-vektor 'zat sadar bersinar' yang akhirnya akan mencari dan  menemukan kembali Sang Pencipta-nya.

Makna 10.000 Tahun Peradaban Manusia

Oleh: Mohamad SM

Kenapa diskusi tentang masa depan  manusia dan kosmos akan selalu berujung kepada perdebatan yang tiada habis-habisnya. Barangkali itulah sebenarnya sifat alam semesta yang tidak akan pernah selesai, alias abadi selamanya. Kita akan terus bertanya siapakah diri kita sebenarnya fisik atau metafisik dan bagaimana cara membuktikannya. Kita ingin bukti !! Segera!!!


Itulah sifat-sifat manusia yang cenderung terburu-buru seolah-olah tidak sabar menanti masa depan sebenarnya. Padahal usia peradaban yang 10,000 tahun ini tetap menyisakan pertanyaan tentang imortalitas diantara batas-batas mortalitas yang kita hadapi sehari-hari.

Barangkali lebih menarik jika sajikan dalam bentuk diskusi imajiner dengan Aristoteles  sang pencipta silogisme berfikir dan Tsai_Lun sang pencipta kertas tempat menuangkan dimensi dimensi logika berfikir kita sebagai pengamat kosmos saat ini dan kita masih tetap sendiri di alam semesta sejauh 13.7 milyar tahun cahaya.

7 Fenomena Ajaib yang Terjadi dalam Pikiran Manusia


1. Deja Vu

Deja vu adalah pengalaman tertentu akan sesuatu yang sedang berlangsung di mana anda sudah mengalaminya atau melihat situasi baru itu sebelumnya - anda merasa seolah-olah peristiwa telah terjadi atau sedang mengulanginya. Pengalaman itu biasanya disertai oleh perasaan yang kuat seperti sudah mengenal dan suatu perasaan berupa kengerian, asing, atau aneh. Pengalaman “yang sebelumnya” ini biasanya berhubungan dengan mimpi, tetapi kadangkadang ada suatu perasaan pasti bahwa itu sudah terjadi di masa lalu.

Sunday, November 25, 2012

Teka-teki Kosmik

Oleh: Lawrence M. Krauss dan Michael S. Turner

(Sumber: Special Edition Scientific American – The Frontiers of Physics, 2006, hal. 67-73)


"Inkarnasi baru konstanta kosmologis Einstein mungkin menunjukkan jalan melampaui relativitas umum".

Alam semesta lengang mungkin menjadi nasib akhir kita jika perluasan kosmik terus mencepat—sebuah fonemena yang dipercaya disebabkan oleh konstanta kosmologis. Bola oranye merepresentasikan alam semesta teramati, yang tumbuh dengan kecepatan cahaya; bola biru merepresentasikan petak ruang yang mengembang. Seraya perluasan mencepat, semakin sedikit gugus galaksi yang dapat diamati.

Pada 1917, Albert Einstein menghadapi persoalan membingungkan saat dia mencoba merekonsiliasikan teori gravitasi barunya, teori relativitas umum, dengan pemahaman terbatas di masa itu tentang alam semesta. Seperti kebanyakan rekan sezamannya, Einstein yakin bahwa alam semesta pasti statis—tidak mengembang ataupun menyusut—tapi kondisi yang diharapkan ini tidak cocok dengan persamaan gravitasinya. Dalam keputus-asaan, Einstein menambahkan suku kosmologis khusus pada persamaannya untuk mengimbangi gravitasi dan memperkenankan solusi statis.

Thursday, November 22, 2012

Kuantum Ruang Semesta Tidak Menghambat Kecepatan Cahaya

(KeSimpulan) Sebuah petunjuk bahwa fluktuasi kuantum (quantum) dalam struktur alam semesta memperlambat kecepatan cahaya belum dibuktikan dalam pengamatan oleh NASA's Fermi teleskop. Bertentangan hasil pengukuran pada tahun 2005. Teori realativitas khusus Einstein menyatakan bahwa semua radiasi elektromagnetik bergerak melalui ruang hampa dengan kecepatan cahaya.

Kecepatan ini diperkirakan akan konstan, terlepas dari energi radiasi. Namun pada 2005, sinar gamma oleh MAGIC teleskop di La Palma, Kepulauan Canary menunjukkan kecepatan cahaya mungkin tidak konstan semuanya. Teleskop mengukur cahaya yang dilepaskan oleh galaksi berjarak 500 juta tahun cahaya, menemukan bahwa foton energi yang lebih tinggi tiba empat menit di belakang energi yang lebih rendah.

Penemuan mengisyaratkan bahwa kecepatan cahaya dapat berubah tergantung pada energi. Efek ini bisa menjadi akibat dari beberapa teori gravitasi kuantum yang mencoba untuk menyatukan teori gravitasi Einstein dengan hukum mekanika kuantum. Model ini mendalilkan bahwa ruang dan waktu yang tidak mulus. Sebaliknya ruang dan waktu secara inheren kasar, berfluktuasi cepat di jarak sekitar 10-35 meter, panjang gelombang disebut skala Planck.

Sunday, November 18, 2012

Ilmu Pengetahuan dan Agama

Oleh: Ayatullah Murtadha Muthahhari

Hubungan antara Ilmu Pengetahuan dan Agama

Telah kita kaji hubungan antara sisi manusiawi manusia dan sisi hewaninya. Dengan kata lain, hubungan antara kehidupan budaya serta spiritual manusia dan kehidupan materialnya. Kini sudah jelas bahwa sisi manusiawi manusia itu eksistensinya independen dan bukanlah sekadar cermin kehidupan hewaninya. Juga sudah jelas bahwa ilmu pengetahuan dan agama merupakan dua bagian pokok dari sisi manusiawi manusia. Kini marilah kita telaah keterkaitan yang terjadi atau yang dapat terjadi antara dua segi dari sisi manusiawi manusia itu.

Di dunia Kristiani, sayangnya, bagian-bagian tertentu dari Perjanjian Lama mengajukan gagasan, bahwa terjadi kontradiksi antara ilmu pengetahuan dan agama. Dasar dari gagasan ini—yang sangat merugikan ilmu pengetahuan dan agama—adalah Kitab Kejadian, Perjanjian Lama.

Dalam meriwayatkan “Kisah Adam dan Pohon Terlarang”. Kitab Kejadian, Bab II, ayat 16-17 mengatakan:

Kearifan dan Keadilan Ilahi

Oleh: Ayatullah Murtadha Muthahhari

Dalam hubungannya dengan konsepsi Ilahiah tentang dunia, dalam ilmu ketuhanan dibahas beberapa masalah tentang hubungan antara Allah dan dunia, seperti apakah dunia ini, sementara atau abadi, dari manakah asal segala sesuatu yang ada ini. Juga dibahas masalah-masalah lain seperti itu. Namun, kalau melihat keseimbangan segenap eksistensi, maka dapat dikatakan di sini bahwa masalah-masalah kearifan dan keadilan ilahi saling berkaitan erat. Kalau merujuk kepada masalah keadilan Ilahi, maka dapat dikatakan bahwa sistem dunia yang ada ini merupakan sistem yang paling arif dan adil. Dasar sistem ini bukan saja pengetahuan, kesadaran dan kehendak. Sistem ini juga merupakan sistem yang paling baik dan sehat. Tak mungkin ada sistem lain yang lebih baik daripada sistem ini. Dunia yang ada ini merupakan yang paling sempurna.

Di sini muncul pertanyaan terkait. Kita tahu bahwa dunia ini memiliki banyak fenomena seperti tidak sempurna, buruk, atau tak berguna. Kearifan Ilahiah menuntut agar yang dominan adalah kesempurnaan dan bukannya ketidaksempurnaan, kebajikan dan keindahan bukannya keburukan, kebergunaan bukannya kesia-siaan. Ketidaksempurnaan gen dan bentuk tubuh manusia dan binatang yang cacat, bencana alam dan kemalangan, serta pemandangan yang menjijikkan, semuanya itu tampaknya tidak sesuai dengan kearifan Ilahiah. Suatu sistem dapat disebut adil kalau di dalam sistem itu tak ada kesedihan, penderitaan dan diskriminasi yang tak semestinya terjadi. Juga jika tak ada bencana dan kemalangan. Dalam sistem yang adil, tak ada tempat bagi kehancuran, karena tidaklah adil kalau makhluk dihalangi dari mencapai kondisi yang sempuma setelah makhluk itu ada. Kalau sistem dunia ini memang adil, kenapa ada diskriminasi dan kesulitan seperti ini? Kenapa yang ini putih dan yang itu hitam, yang ini buruk dan yang itu cantik; yang ini sehat dan yang itu sakit? Kenapa yang ini diciptakan sebagai manusia dan yang itu diciptakan sebagai domba, kalajengking atau cacing tanah? Kenapa yang ini diciptakan sebagai setan dan yang itu sebagai malaikat? Kenapa semuanya tidak diciptakan sama, atau tidak seperti adanya sekarang? Misal, kenapa orang yang berkulit putih, rupawan atau sehat tidak diciptakan berkulit hitam, buruk muka atau sakit-sakitan? Pertanyaan-pertanyaan seperti ini, mengenai dunia ini, tampaknya menimbulkan teka-teki. Konsepsi tauhid yang memandang dunia sebagai karya Allah Maha Arif lagi Maha Adil harus menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut.

Pandangan Dunia

Oleh: Ayatullah Murtadha Muthahhari

Salah satu pembahasan yang amat signifikan berkenaan dengan “Pandangan Alam Semesta” (ar-Ru’yah al-Kauniah) adalah kebenaran dan kebatilan di alam semesta, dan kebenaran dan kebatilan dalam masyarakat dan sejarah.

Namun, pembicaraan kita sekarang ini akan lebih terfokus pada topik yang kedua. Kendati nantinya, topik pertama yang berkaitan dengan kebenaran dan kebatilan di alam semesta akan dibahas pula secara singkat.

Kebenaran dan Kebatilan di Alam Semesta

Apakah sistem yang berlaku di jagat alam ini merupakan sistem yang hak (benar)? Sistem yang tepat? Sistem yang seharusnya? Apakah segala sesuatu yang ada di alam semesta ini telah berada pada orbimya masing-masing? Ataukah tidak demikian adanya; sistem ini bersifat batil (tidak benar)? Mungkinkah sistem yang ada di alam ini bersifat batil? Apakah terdapat sesuatu yang semestinya tidak tercipta? Apakah keberadaan sistem ini hanya sia-sia belaka dan tidak memiliki tujuan? Dalam menghadapi rentetan pertanyaan ini, juga berbagai pertanyaan lain yang mirip dengannya, para ulama dan cendekiawan terbagi ke dalam beberapa golongan; sebagian mendukung pandangan pertama, sebagian lainnya mendukung yang kedua, dan sekelompok lainnya memiliki pandangan alternatif yang berbeda dengan keduanya. Para filosof, yang sebagian besar menganut paham Materialisme, memiliki persangkaan yang buruk terhadap keberadaan alam semesta (termasuk terhadap keberadaan manusia). Mereka beranggapan, seluruh yang ada di jagat alam merupakan sesuatu yang tidak semestinya ada, tidak layak tercipta, buta, tuli, dan keberadaannya hampa akan tujuan.

Konsepsi tentang Alam Semesta

Oleh: Ayatullah Murtadha Muthahhari

Setiap doktrin dan filsafat kehidupan tentu didasarkan pada kepercayaan, evaluasi tentang kehidupan, dan interpretasi serta analisis tentang alam semesta. Cara berpikir sebuah mazhab tentang kehidupan dan alam semesta dianggap sebagai dasar dari segenap pemikiran mazhab itu. Dasar ini disebut konsepsi mazhab itu tentang alam semesta.

Semua agama, sistem sosial, mazhab pemikiran, dan filsafat sosial didasarkan pada konsepsi tertentu tentang alam semesta. Semua sasaran yang dibeberkan sebuah mazhab, cara dan metode untuk mencapai sasaran itu, merupakan akibat wajar dari konsepsi mazhab tersebut tentang alam semesta.

Menurut para filosof, ada dua macam kearifan: kearifan praktis dan kearifan teoretis. Yang dimaksud dengan kearifan teoretis adalah mengetahui apa yang ada seperti adanya. Sedangkan kearifan praktis adalah mengetahui bagaimana semestinya kita hidup. “Semestinya” ini merupakan hasil logis dari “bagaimana itu”, khususnya “bagaimana itu” yang menjadi pokok bahasan filsafat metafisis.

Mengeksplorasi Alam Semesta Kita dan Alam Semesta Lain

Oleh: Martin Rees

(Sumber: Scientific American, Special Edition – The Once and Future Cosmos, 31 Desember 2002, hal. 82-87)

"Di abad ini kosmolog akan membongkar misteri kelahiran alam semesta kita—dan barangkali juga membuktikan eksistensi alam-alam semesta lain".

Struktur skala besar alam semesta bisa 
disimulasikan dengan menjalankan model
-model kosmologis pada superkomputer. 
Dalam simulasi di atas, yang dihasilkan oleh 
Virgo Consortium, setiap partikel 
merepresentasikan galaksi

Eksplorasi kosmik merupakan pencapaian abad 20 yang menonjol. Baru pada 1920-an kita sadar bahwa Bima Sakti kita, dengan 100 miliar bintangnya, hanyalah salah satu di antara jutaan galaksi. Pengetahuan empiris kita tentang alam semesta sejak saat itu bertambah sedikit demi sedikit. Kita sekarang bisa meletakkan keseluruhan tata surya kita dalam konteks evolusi yang besar, menelusuri atom penyusunnya hingga jenak-jenak awal big bang. Seandainya kita menemukan makhluk berakal asing, satu hal yang mungkin sama-sama dimiliki oleh kita dan mereka—barangkali satu-satunya hal—adalah kepentingan bersama terhadap kosmos, yang darinya kita semua muncul.

Pandangan Ilmuwan

Apa yang dilakukan oleh Ilmuwan ?

Sains adalah aktivitas pemecahan masalah yang dilakukan oleh manusia yang dimotivasi oleh rasa ingin tahu tentang dunia sekitar mereka dan keinginan untuk memahami alam tersebut; serta keinginan untuk memanipulasi alam dalam rangka memuaskan keinginan atau kebutuhannya. Misalnya dalam bidang pertanian diinginkan hasil panen yang melimpah dan berkualitas baik, sehingga berkembanglah ilmu untuk melakukan seleksi dan persilangan untuk didapatkan bibit yang baik, metoda pengolahan tanah yang optimal, perawatan tanaman supaya tidak diganggu hama dan penyakit, sampai kepada pengolahan pasca panen.

Apakah Sains Itu?

Meledaknya Pesawat Ulangalik ChalenggerDalam cuaca yang dingin dan langit tak berawan, pada tanggal 28 Januari 1986, dari Tanjung Canaveral, Florida, Amerika Serikat, diluncurkan sebuah pesawat ulang-alik[1]. Diantara tujuh awak pesawat tersebut, salah satu yang ikut mengangkasa adalah Christa McAuliffe, seorang guru sekolah dasar dari daerah New England yang terpilih untuk menjadi “Guru di Ruang Angkasa”, suatu program khusus dari NASA untuk mendorong daya tarik siswa sekolah tentang sains dan teknologi. Challenger space shuttle menghidupkan dua roket pendorong untuk mulai mengangkasa, meninggalkan asap gelap di tempat peluncuran, bergerak ke arah timur di atas Samudera Atlantik dengan suara yang menggelegar. Suatu peluncuran yang sempat tertunda empat kali karena rendahnya suhu musim dingin.

Namun, tujuh puluh dua detik kemudian dua roket pendorong terlihat bergerak ke arah yang berbeda. Pada detik ke tujuh puluh tiga tangki bahan bakar yang ternyata bocor melepaskan hidrogen cair ke udara, yang dengan seketika meledakkan seluruh bagian pesawat ulang alik. Awan ledakan dan asap kebakaran terbentuk di angkasa. Beberapa detik kemudian berbagai serpihan Challenger berhamburan, dan semua awak pesawat dinyatakan meninggal dunia seketika. Peristiwa yang disiarkan langsung oleh televisi ini dan juga disiarkan berulang kali, menjadikan hal ini salah satu bencana teknologi yang disaksikan oleh banyak orang dalam sejarah manusia.

Mistisisme dan Fisika Baru

Michel Talbot seakan mengajak kita bertamasya ke wilayah mistik kuno, lebih tepatnya kearifan kuno, dan fisika baru, kemudian mempersilahkan kepada kita untuk menjumput persamaan-persamaan yang ada diantara wilayah tersebut. Apakah ada “sesuatu” yang memang bisa dijumput dari dua wilayah yang sekilas bertolak belakang itu? Kalau “ada” dimana letak titik pertemuan tersebut?

Membicarakan mistis tentunya tidak lepas dari hal-hal yang di luar nalar manusia. Mistis lebih cepat merebak di kalangan masyarakat dibandingkan dengan dunia ilmiah. Hal ini tidak lepas, kemunculan mistis memang lebih dahulu dibandingkan dengan cara berpikir ilmiah. Bahkan, keberadaan mistis sampai hari ini pun masih tetap eksis, dan digandurngi masyarakat dalam hal tertentu.

David Bohm: Introduksi Singkat Kepada Karya Krishnamurti

oleh David Bohm

Saya mengenal karya Krishnamurti pertama kali pada tahun 1959, ketika saya membaca bukunya, The First and Last Freedom. Yang terutama membangkitkan minat saya adalah pencerahannya yang mendalam tentang masalah 'si pengamat' dan 'yang diamati'. Masalah ini telah lama berada di titik pusat karya saya sendiri, sebagai ilmuwan fisika teoretis, yang terutama berminat kepada makna dari teori kuantum. Di dalam teori kuantum, untuk pertama kali dalam perkembangan ilmu fisika, pengertian bahwa 'si pengamat' dan 'yang diamati' tidak dapat dipisahkan dianggap perlu untuk memahami hukum-hukum fundamental dari materi pada umumnya. Oleh karena itulah, dan juga oleh karena buku itu mengandung pencerahan-pencerahan lain yang mendalam, saya merasa perlu untuk bertemu dengan Krishnamurti secara langsung dan secara pribadi secepat mungkin. 

Thursday, November 15, 2012

Teori Dawai dan Pembuktiannya

Sejarah perkembangan ilmu fisika menunjukkan suatu hal yang menarik. Salah satu hal yang menonjol adalah adanya upaya penyatuan/unifikasi berbagai hukum alam menjadi satu ide tunggal yang bisa menjelaskan dua hal atau lebih yang sebelumnya dianggap tidak berhubungan.

Isaac Newton dapat dicatat sebagai pencetus yang sukses dalam usaha unifikasi ini, dimana teori gravitasi yang dia sodorkan dapat menjelaskan bahwa gaya yang menyebabkan apel jatuh ke bumi adalah sama dengan yang menyebabkan bulan mengelilingi bumi. Penggabungan gaya yang bekerja di langit (selestial) dan di bumi (terestial) menjadi satu yang disebutnya gaya gravitasi, membuktikan hal yang fantastik tentang gaya yang bekerja di alam ini.

Tiga ratus tahun kemudian, James Maxwell, seorang fisikawan Skotlandia, juga sukses dalam menggabungkan dua fenomena yang sebelumnya dianggap berbeda: listrik dan magnet. Persamaan elektro-magnet dari Maxwell menunjukkan bahwa dua fenomena alam yang berbeda ternyata itu sesungguhnya berasal dari satu prinsip yang sama.

'Tuhan Baru' (habis)

Mind over Matter:

Prinsip yang tertinggi dan paling primer alam semesta adalah ‘sebab’ yang pada esensinya niscaya, yang rantai sebab-sebab berakhir padanya. Seperti yang dipertanyakan secara retorika aleh Baqir Shadr dalam “Falsafatuna”—magnum opus-nya, yaitu “Apakah sebab efisien alam itu adalah sebab material itu sendiri atau bukan?” Di belakang meja dan kayu, ada tukang kayu, ada hal-hal lain yang menyebabkan adanya meja. Sebab-sebab ini akan membawa pada hal yang tidak bisa ditelaah secara matter.

'Tuhan Baru' (Bag 4)

A Matter of a New Philosophy

Dalam sebuah novel spiritual “The Celestine Prophecy” milik James Redfield – yang merupakan novel beraroma New Age, dikatakan bahwa wawasan ketiga adalah masalah energi. Wawasan ketiga ini menggambarkan pemahaman baru atas dunia fisik. Dikatakan bahwa manusia akan belajar menyerap apa yang dulu merupakan energi yang tak terlihat. Banyak ilmuwan menganggap hal semacam ini sebagai hocus pocus, akan tetapi ilmuwan fisika baru tidak menganggapnya demikian.

Seluruh karya hidup Einstein adalah untuk menunjukkan bahwa apa yang kita persepsikan sebagai benda keras kebanyakan merupakan ruang kosong dengan suatu pola energi yang melintasinya. Jika saat ini fisika menuntun kita ke sebuah pandangan dunia yang secara esensia bersifat mistik. Ini berarti bahwa ia telah kembali ke permulaannya pada sekitar dua ribu lima ratus silam. Istilah ‘fisika’ berasal dari kata Yunani ini yang berarti usaha untuk melihat alam yang esensial dari segala hal. Ini merupakan tujuan sentral para sufi dan filosofi ajaran milesia yang memiliki pengertian mistik yang kuat. Orang Milesia dijuluki ‘hylozoist’ atau ‘orang-orang yang berpikir bahwa materi adalah hidup’ oleh orang-orang Yunani sesudahnya, karena mereka menganggap bahwa tak ada perbedaan antara yang hidup dan yang mati, antara ruh dan materi. (Fritjof Capra, “Tao of Physics” (Jalasutra, 2001); halaman 6-7).

'Tuhan Baru' (bag 3)

A Matter of a New Physics

Teori kuantum juga mengumumkan adanya keterkaitan esensial dari alam semesta. Ia juga memperlihatkan bahwa kita tidak dapat mendekomposisikan dunia ke dalam unit-unit terkecil yang ada secara bebas. Bila menembus ke dalam materi, maka akan ditemukan bahwa ia terbuat dari partikel-partikel, tetapi semua ini bukanlah merupakan balok-balok bangunan dasar. Teori kuantum memaksa kita untuk melihat alam semesta bukan sebagai suatu kumpulan objek-objek fisik, melainkan lebih sebagai jaringan rumit dari relasi antar berbagai bagian dari suatu keseluruhan yang menyatu.

Riset terbaru dalam fisika yang bertujuan menggabungkan dua teori dasar, teori kuantum dan teori relativitas, menjadi sebuah teori lengkap tentang partikel-partikel subatom. Dan ini semua adalah perkembangan dari sains. Sains mempunyai dua makna. Jika kita menganggap bahwa apa yang kita saksikan dalam fenomena sains itu adalah “sebuah kenyataan sempurna,” maka kita akan melihat sains sebagai ‘hanya’ kebenaran inderawi saja. Sains pernah mengukuhkan bahwa kebenaran mutlak didasarkan pada panca-inderwi saja. Pandangan ini disebut “saintisme”. Karena itu, pertanyaannya adalah, “Apakah ada suatu hakikat yang berada di luar sains?” Saintisme akan menjawab tak ada. Kebenaran dan realitas hanyalah realitas material yang bisa dideskripsikan melalui hukum-hukum sains semata, menurut saintisme.

‘Tuhan Baru’ (Bag 2)

A Matter of Physics

Daftar kualitas fisis tersebut masih bersifat terbuka bagi penambahan, namun yang sudah dapat dipastikan adalah bahwa semuanya itu terdiri atas berbagai ciri yang merupakan objek ilmu fisika. (Keith Campell, 1967). Secara singkat, sifat-sifat fisis tersebut dapat diungkapkan sebagai: sifat publik, sifat dapat dikontrol, non mental, alami, atau tercerap indera.

Pernyataan-pertanyaan seperti “apa yang terhitung sebagai suatu entitas fisis?” dan “apa yang terhitung sebagai milik dari kebanyakan entitas fisis tersebut?” tidaklah dikemukakan jawabannya yang pasti. Konsekuensi dari kenyataan tersebut, jawaban-jawaban terhadap pertanyaan: “apakah suatu benda material tersebut?” dan “apakah yang dimaksudkan oleh materialisme dengan ‘materi’ tersebut?” juga tidak mendapatkan jawaban-jawaban yang pasti pula. Yang jelas, dapatlah dikemukakan bahwa kesadaran, ketertujuan, aspirasi, dan kecakapan mencerap atu mengindera tidaklah tergolong kualitas materi tersebut.

'Tuhan Baru' (bag 1)

Matter and Matter

Ternyata hampir tidak ada seorangpun yang tidak bertuhan, atau paling tidak, setiap orang secara sadar atau tidak, mengakui adanya ujung rangkaian kausal dalam dunia kosmik. Ujung rangkaian itu disebut dengan ‘materi’.

Sedemikian ‘absolut’-nya pengertian di balik kata ini bagi sebagian orang, sehingga dalam komunikasi Barat, terutama Inggris, ‘bukan materi’ (it’s doesn’t matter) yang juga berarti ‘bukan sesuatu yang penting’ dan ‘bukan benda’ (it’s nothing) yang juga diartikan ‘bukan apa-apa’ diartikan ‘tidak ada’. Padahal thing (sesuatu, syay’) mengandung pengertian ontologis yang identik dengan eksistensi.

Setidaknya, sejauh yang penulis pernah dengar, ada tiga pengertian berbeda yang terkandung dalam kemasan kata ‘matter’, yaitu dalam ontologi, epistemologi (logika) dan kosmologi (fisika).

Materia dalam ontologi tidak berbentuk benda, karena ia sebenarnya tidak akan ada tanpa forma. Sedangkan materi dalam kosmologi, terutama dalam filsafat Barat adalah raga, yang merupakan gabungan dari forma (yang memberikan aktualitas) dan potensia atau materia (yang hanya menerima aktualitas). Oleh sebab itu kita menyebutnya ‘materia’ dalam ontologi dan ‘materi’ dalam kosmologi.

Wednesday, November 14, 2012

Jantung Memiliki Kesadarannya Sendiri


Jantung atau heart memiliki kesadarannya sendiri 

Mengapa orang-orang suci sering digambarkan dengan jantung yang bersinar oleh gambar-gambar kuno.  Inilah penjelasan ilmiah mengapa demikian dan mengapa orang-orang suci memiliki pengaruh yang sangat kuat secara positif terhadap lingkungannya.

Tulisan ini juga memberi bukti adanya pengetahuan kuno yang hilang. Dan dapat dikatakan juga membuktikan  adanya peradaban yang dimasa lalu memahami hal ini jauh lebih banyak dari yang dipahami sains modern dan juga diperoleh lewat cara berpengetahuan yang tidak dipahami peradaban saat ini.

Medan Elektromagnetik Jantung/Heart

Banyak yang percaya bahwa kesadaran berasal dari otak saja. Penelitian ilmiah terbaru menunjukkan bahwa kesadaran sebenarnya muncul dari otak dan tubuh bertindak bersama-sama. Serangkaian bukti yang terus berkembang menunjukkan bahwa jantung memainkan peran sangat signifikan dalam proses ini.

Realitas Serba Berubah

Berikut disajikan suatu artikel tentang Karl Pribram, seorang ilmuwan syaraf dari Universitas Stanford yang terkenal dengan teori otak holografisnya, ditulis oleh Marylin Ferguson, penulis buku "The Aquarian Conspiracy" dari tahun 1960-an, yang menjadi buku klasik dari gerakan New Age 

Jika Anda ingin tahu, di mana revolusi riset otak yang akan datang berlangsung, pelajarilah apa yang pada saat ini diminati oleh Karl Pribram. Sepanjang karirnya, ilmuwan syaraf berusia 58 tahun dari Universitas Stanford ini selalu berada di dekat–kalau bukan penganjur utama—dari hampir semua pergolakan pemikiran tentang bagaimana otak bekerja.

Pada dewasa ini ia mengajukan suatu model yang mencakup segala-galanya dan mengejutkan, yang menimbulkan kegemparan di kalangan mereka yang tertarik dengan misteri kesadaran manusia. “Model holografis”-nya memadukan riset otak dengan fisika teoretik; model itu menjelaskan persepsi sehari hari, dan sekaligus membebaskan pengalaman-pengalaman paranormal dan transendental dari sifat supernaturalnya dengan menjelaskannya sebagai bagian dari alam.

Thursday, November 8, 2012

Bagaimana Membangun Mesin Waktu

Oleh: Paul Davies

(Sumber: Scientific American Reports – Special Edition on Astrophysics, 2007, hal. 28-33)


Generator/mesin pengeret wormhole yang diimajinasikan oleh seniman futuris Peter Bollinger. Lukisan ini menggambarkan akselerator partikel raksasa berbasis angkasa yang sanggup menciptakan, memperbesar, dan memindahkan wormhole untuk dipergunakan sebagai mesin waktu.


"Tidak akan mudah, tapi mungkin dilakukan".

Perjalanan waktu telah menjadi tema sains fiksi populer sejak H. G. Wells menulis novel terkenalnya, The Time Machine, pada tahun 1895. Tapi bisakah itu betul-betul dilakukan? Mungkinkah membangun sebuah mesin yang dapat mengangkut manusia ke masa lalu atau masa depan?

Selama berdekade-dekade, perjalanan waktu berada di luar perbatasan sains terhormat. Namun pada tahun-tahun belakangan, topik ini telah menjadi semacam industri rumahan di kalangan fisikawan teoritis. Motivasinya sebagian adalah rekreasi—perjalanan waktu sangat menyenangkan untuk dipikirkan. Tapi riset ini mempunyai sisi serius pula. Memahami hubungan antara sebab dan akibat adalah bagian kunci dalam upaya menyusun unified theory (teori final) fisika. Jika perjalanan waktu yang tidak terlarang adalah mungkin, sekalipun secara prinsip, sifat unified theory bisa terpengaruh drastis.

Apakah Ruang Terhingga?

Oleh: Jean-Pierre Luminet, Glenn D. Starkman, dan Jeffrey R. Weeks

Ilustrasi oleh: Bryan Christie Design
(Sumber: Scientific American, Special Edition – The Once and Future Cosmos, 31 Desember 2002, hal. 58-65)

Kearifan konvensional menyatakan alam semesta berluas tak terhingga. Tapi boleh jadi ia terhingga, hanya saja memberi ilusi ketakterhinggaan.

 

“Kotak Ketakterhinggaan” menyebabkan kosmos terhingga terlihat tak berujung pangkal. Kotak ini memuat tiga bola saja, tapi cermin yang memagari dinding-dindingnya menghasilkan citra berjumlah tak terhingga. Tentu saja, di alam semesta riil tak ada perbatasan yang dapat memantulkan cahaya. Tapi, keanekaragaman citra dapat timbul sewaktu sinar cahaya membelit alam semesta berulang-ulang. Dari pola citra berulang, kita bisa menyimpulkan ukuran dan bentuk sejati alam semesta.

Saat menatap langit di malam yang cerah, kita merasa bisa melihat seterusnya tanpa ujung. Seolah bintang-bintang dan galaksi-galaksi itu tak berujung; bahkan kegelapan di antara mereka dipenuhi dengan cahaya jika kita menatap melalui teleskop yang cukup sensitif. Faktanya, tentu saja, volume ruang yang dapat kita amati dibatasi oleh umur alam semesta dan kecepatan cahaya. Tapi dengan waktu yang cukup, tak bisakah kita mengintai lebih jauh lagi, terus dan terus menemukan galaksi dan fenomena baru?

“Dunia Paralel”

Oleh: Michio Kaku

Untuk mendownload versi lengkapnya silahkan di Terjemahan “Parallel Worlds”. Berikut adalah sebagian terjemahannya:

PENGANTAR

Kosmologi adalah studi mengenai alam semesta secara keseluruhan, meliputi kelahirannya dan barangkali nasib akhirnya. Tidak heran, kosmologi telah mengalami banyak transformasi dalam evolusi lambatnya yang menyakitkan, evolusi yang seringkali dikalahkan oleh dogma relijius dan takhayul.

Revolusi pertama dalam kosmologi diantarkan oleh pengenalan teleskop pada tahun 1600-an. Dengan bantuan teleskop, Galileo Galilei, yang memperluas karya astronom besar Nicolaus Copernicus dan Johannes Kepler, mampu membuka kemegahan langit untuk pertama kalinya bagi penyelidikan saintifik yang mendalam. Kemajuan tahap pertama kosmologi ini memuncak dalam karya Isaac Newton, yang pada akhirnya menetapkan hukum fundamental yang menentukan gerakan benda-benda angkasa. Sebagai pengganti sihir dan mistik, hukum benda angkasa kini dilihat sebagai subjek yang dapat dihitung dan dikembang-biakkan.

Wednesday, November 7, 2012

Mengungkap Misteri Terbentuknya Alam Semesta / Jagat Raya


Sebuah bola yang jatuh gedung bertingkat 20 ke tanah disebabkan oleh gaya gravitasi yang dibawa partikel graviton. Sementara itu, pesawat televisi bisa menerima siaran langsung dari studio yang berjarak ribuan mil disebabkan oleh gelombang elektromagnetik yang dibawa partikel foton.

Selain dua contoh gaya atau interaksi fundamental alami itu, dikenal pula dua gaya lain, yakni gaya (interaksi) kuat dan gaya lemah. Dengan memanfaatkan sekelompok partikel subatom yang disebut gluon, gaya kuat mengikat proton-proton dan neutron-neutron dalam inti atom. Adapun gaya lemah bertanggung jawab atas peluruhan zat radioaktif dan memegang kendali dalam penggabungan inti atom (fusi) yang memberi tenaga pada bintang dan Matahari agar tetap bercahaya. Pembawa gaya lemah tak lain partikel W dan Z. Itulah empat gaya alam fundamental yang secara alami ada di sekitar, meski sering tak kita sadari.

Alam Semesta Kita Pernah Menerobos Alam Semesta Lain

Mengenal Apa Itu Gaya Gravitasi

Disadari atau tidak, seringkali kita tidak memahami pengalaman kita hidup di dunia ini. Tentang ‘sesuatu’ yang menyebabkan kita tetap lekat di permukaan bumi. Apakah sesuatu itu? Mengapa sesuatu itu ada? Bagaimana cara ia bekerja?

Suatu pertanyaan sederhana seringkali memerlukan pemikiran yang mendalam untuk memperoleh jawabannya. Dan mungkin, sedikit sekali yang berupaya sungguh-sungguh, karena hal itu tampaknya sesuatu yang “biasa” dalam kehidupan sehari-hari. Kecuali anak-anak yang polos dan lugu serta ingin tahu yang seringkali mengusik kita dengan pertanyaan-pertanyaan mereka yang spontan tentang segala sesuatu yang mereka lihat dan rasakan. Yang terkadang terkesan lucu namun menyenangkan. Diantaranya mengapa benda jatuh selalu ke “bawah”?

Zero Point Energy (ZPE): Energi dari ketiadaan?

Selama beberapa dekade terakhir ini para ilmuwan memimpikan sumber energi baru yang murah, aman, bebas polusi dan melimpah. Mungkinkah energi ini dapat terwujud justru dari ruang hampa?. Pada sekitar abad ke-17 orang berpendapat untuk membuat sebuah ruang hampa adalah cukup dengan menghisap keluar semua materi yang mengisi ruang tersebut yang dalam hal ini adalah molekul-molekul udara. Kemudian pada abad ke-19 orang menyadari dalam ruang hampa yang dibuat dengan cara demikian, akan masih tersisa radiasi thermal, yaitu radiasi disebabkan oleh perbedaan temperatur.

Untuk menghilangkan radiasi thermal, cukup dengan mendinginkan ruang tersebut pada temperatur nol absolut. Secara teori, pada temperatur ini tidak ada radiasi thermal dan semua partikel akan diam serta ruangan pun akan kosong dari partikel yang berseliweran. Namun hasil penelitian mutakhir menunjukkan hal yang baru. Pada kondisi hampa seperti diatas masih terdapat radiasi yang tetap ada walau temperatur telah diturunkan hingga nol absolut. Radiasi ini disebut dengan "zero point radiation", dinamakan demikian karena sesuai dengan sifatnya yang tetap muncul pada temperatur nol absolut, dan energi pembangkitnya disebut dengan "zero point energy" (ZPE).

Apa Itu Kecepatan Cahaya (Light Speed)?

Sejauh ini ilmuwan belum menemukan sesuatu yang kecepatannya bisa melebihi kecepatan cahaya. Tapi apa itu kecepatan cahaya ?. Kecepatan cahaya merupakan sebuah konstanta yang disimbolkan dengan huruf c, singkatan dari celeritas (yang dirujuk dari dari bahasa Latin) yang berarti "kecepatan". Kecepatan cahaya dalam sebuah ruang hampa udara didefinisikan saat ini pada 299.792.458 meter per detik (m/s) atau 1.079.252.848,8 kilometer per jam (km/h) atau 186.282.4 mil per detik (mil/s) atau 670.616.629,38 mil per jam (mil/h), yang ditetapkan pada tahun 1975 dengan toleransi kesalahan sebesar 4×10−9.

Penjelasan Tentang Teori Fisika Kuantum

Teori kuantumWheeler sebenarnya sudah muncul sejak pasca Perang Dunia II, digagas oleh fisikawan John A. Wheeler. Kalo kita bicara tentang teori kuantum, harus kita pahami bahwa alam semesta (maksudnya alam partikel) bersifat fluktuatif, tidak ada yang pasti, karena dikontrol oleh asas ketidakpastian Heisenberg sehingga hanya probabilitas posisi dan momentumnya saja yang kita ketahui.

Inilah yang dibenci Einstein dari teori kuantum, meski ia dikenal sebagai salah satu perintisnya yang utama (dengan Satyendrenath Bose di India, terpisah separuh bola Bumi dengan Einstein di Princeton, mereka saling surat menyurat dalam rangka menyusun sebuah statistik kuantum, kini dikenal sebagai statistik Bose-Einstein, untuk mengatur perilaku partikel2 berspin bulat yang berperanan membawa gaya2 fundamental di alam semesta/boson, dan mereka baru bertemu muka setelah tulisannya siap diterbitkan). Sampai2 muncul kata2nya yang terkenal : " Tuhan tidak melempar dadu ".

Misteri Dark Energy (Energi Gelap) di Alam Semesta

Belum lagi orang bisa memecahkan misteri tentang materi gelap (dark matter) alam semesta, sekarang ditemukan fenomena yang lebih muskil lagi, yaitu dark energy (energi gelap). Alam semesta akan terus berkembang selamanya. Demikian disimpulkan ilmuwan NASA dalam sebuah studi terbaru tentang salah satu teka-teki astronomi terbesar, 'dark energy' atau 'energi gelap'.

Apa itu dark matter? Apa itu dark energy? Harap tidak keliru diartikan sebagai kuasa kegelapan tempat berkuasanya drakula, hantu, dan lain-lain. Dark energy yang dibahas di sini adalah masalah ilmu pengetahuan alam.

Para astronom bisa mengamati benda-benda langit, seperti bintang dan galaksi, karena benda-benda itu memancarkan cahaya. Benda-benda langit yang menghasilkan cahaya itu dikategorikan sebagai materi terang. Ada benda-benda langit lain yang tidak memancarkan cahaya, seperti lubang hitam (black hole), bintang katai gelap, dan awan gas antarbintang.

Fakta dan Penjelasan Ilmiah Tentang Crop Circle

Fenomena crop circle bisa dijelaskan secara Fisika. Pola yang muncul bisa jadi dihasilkan dari gelombang mikro dari Bumi, laser, dan GPS. Demikian dijelaskan oleh Richard Taylor, peneliti dari University of Oregon, AS, yang sekaligus mengungkap bahwa jejak pola simetris di areal pertanian tersebut tidak ada kaitannya dengan makhluk luar angkasa.

Crop circle diperkirakan muncul lebih dari 10.000 kali di sepanjang abad 20. Setiap kemunculannya selalu dikaitkan dengan keberadaan makhluk luar angkasa, bahkan hal-hal yang berhubungan dengan supranatural.

Waktu Mungkin Akan Berhenti 5 Milyar Tahun Depan

Sebelumnya, teori mengatakan bahwa waktu itu tak terbatas, akan tetapi teori baru mengatakan sebaliknya.

Sejauh yang bisa dikatakan para astrofisikawan, alam semesta mengembang dengan kecepatan tinggi dan cenderung akan tetap demikian untuk jangka waktu yang tak terbatas. Akan tetapi sekarang beberapa fisikawan mengatakan bahwa teori ini yang disebut "pengembangan abadi" dan implikasinya bahwa waktu tak ada akhirnya, merupakan suatu masalah bagi para ilmuwan untuk mengkalkulasi probabilitas setiap kejadian. Dalam makalah baru, mereka mengkalkulasi bahwa waktu cenderung akan berhenti dalam 5 milyar tahun mendatang yang disebabkan oleh sejenis malapetaka yang tak ada satupun hidup pada waktu itu untuk menyaksian kejadian tersebut.

Fisika Sains Modern Membuktikan adanya Tuhan

TUHAN itu adanya bersifat awal dan akhir, artinya Tuhan tidak memiliki usia sebagaimana manusia yang memiliki batasan waktu tertentu untuk hidup. Dalam kitab suci juga disebutkan bahwa Tuhan itu Cahaya Maha Cahaya. Apa ini artinya? Marilah kita telaah dengan kacamata sains modern.

Ada satu dzat di dunia ini, yang sudah ada semenjak alam semesta lahir, tapi tidak pernah merayakan hari kelahirannya alias tak berumur. Itulah foton, atau partikel cahaya. Tapi, bagaimana mungkin? Mari kita telaah dengan teori relativitas khusus Einstein. Begitu mendengar teori relativitas khusus, ingatan kita spontan menuju konstanta kecepatan cahaya, kecepatan tercepat yang ada di jagad raya ini. Relativitas khusus mengatakan, ruang dan waktu, oleh Newtonian dianggap terpisah dan bernilai absolut, menyesuaikan diri mereka demi menjaga konstanitas kecepatan cahaya yang bernilai 3×108 meter/detik tersebut. Dengan kata lain, dimensi waktu akan melambat atau mencepat, dan dimensi ruang akan memanjang atau memendek, sehingga kecepatan foton selalu bernilai sama. Konsep ini disimpulkan dengan satu kalimat, “Benda bergerak akan merasakan waktu melambat dan ruang memendek,”

Tuesday, November 6, 2012

Kecerdasan Spiritual Danah Zohar Sebuah telaah kritis tentang SQ

Buku Danah Zohar telah terbit lagi. Buku itu berjudul sangat bombastis SQ, Spiritual Intelligence, the Ultimate Intelligence (Bloomsbury, London 2000). Buku ini adalah bagian dari triloginya tentang holisme kuantum yang aplikatif untuk kehidupan sehari-hari. Pada buku pertama, the Quantum Self (Bloomsbury , London 1990), Zohar telah mendobrak elitisme fisika kuantum yang oleh Fritjof Capra dilebur dengan elitisme mistik Timur menjadi elitisme eksklusif mistisime zaman baru. Dengan bukunya itu, Zohar justru meletakkan proses kuantum di tengah kehidupan kita sehari-hari dengan menyatakan bahwa proses berpikir kita yang biasa dalam kehidupan sehari-hari, bukan hanya pengalaman mistik yang esoteris, pada dasarnya adalah sebuah proses kuantum.

Pada bukunya yang kedua, the Quantum Society (Flamingo, London 1994), dia menyatakan bahwa masyarakat dunia harus ditata kembali menjadi sebuah masyarakat kuantum, yaitu sejumlah komunitas-komunitas kecil tatap muka yang berinteraksi secara dialogis serupa dengan model dialog internal yang terjadi dalam otak manusia. Dalam buku kedua ini dia mengatakan bahwa landasan fisika bagi kesadaran manusia adalah proses kondensasi Bose Einstein kuantum sel-sel saraf yang menimbulkan koherensi gelombang listrik-magnet di otak

MENCARI KESATUAN REALITAS Pengantar untuk terjemahan the Philosophy of Mulla Sadra

Orang seagama, filsafatnya bisa saja berbeda. Begitu sebaliknya, orang yang berbeda agama, bisa saja filsafatnya sama. Namun kesamaan filosofis itu, biasanya, hanyalah pada garis besar saja. Pada uraian rinci biasanya terdapat perbedaan yang menyolok. Perbedaan itu terletak pada tambahan terhadap pandangan pokok yang berbeda. Itulah kita jumpai pada eksistensialime Islam di abad pertengahan dan eksistensialisme Barat di awal abad-20. Kedua bentuk eksistensialisme itu sama-sama mengatakan bahwa eksistensi mendahului esensi. Atau, dengan perkataan lain, wujud lebih pokok daripada hakekat. Walaupun begitu yang dipersoalkan berbeda. Eksistensialisme Prancis abad 20 mempersoalkan eksistensi dan esensi manusia, sedangkan eksistensialisme Iran abad pertengahan mempersoalkan eksistensi dan esensi realitas secara umum terutama Tuhan.

Eksistensialisme sendiri telah digantikan secarta berturut-turut oleh strukturalisme dan pasca-strukturalisme. Pasca-strukturalisme sebagai varian dari filsafat posmodern yang pluralistik, relativistik dan anarkhis itu telah membuang semua bentuk esensialisme dari metafisika, bukan sekedar merendahkannya seperti yang dilakukan oleh eksistensialisme modern. Post-modernisme telah telah membuang semua esensi sehingga yang tinggal adalah eksistensi-eksistensi yang banyak tang tak lain dari benda-benda material di luar dan dalam tubuh kita. Tentu saja pandangan materialisme pasca-modernis itu sangat kontroversial, karena benda-benda itu tanpa esensinya, yaitu gerak dan interaksi antar sesamanya seperti yang dipahami oleh sains, tak mungkin melahirkan kehidupan, manusia dan bahkan pemikir-pemikir posmodernis itu sendiri.

Monday, November 5, 2012

Visi Quantum Tentang Tuhan

Mekanika kuantum di kalangan fisikawan dikenal sebagai salah satu cabang dari fisika modern. Cabang lainnya adalah mekanika relativistik. Gabungan kedua teori tersebut melahirkan teori medan kuantum yang sangat berhasil untuk menerangkan fenomena fisika benda-benda sangat kecil seperti misalnya atom dan bagian-bagiannya yang lebih kecil lagi.

Akhir-akhir ini fisika modern itu dikenal di kalangan umum dengan julukan fisika baru. Ini dipicu oleh buku THE TAO OF PHYSICS (1976) karangan fisikawan Fritjof Capra. Dalam buku ini, Capra menunjukkan kesejajaran antara deskripsi para mistikus Timur tentang realitas dengan deskripsi fisikawan Barat modern tentang realitas kuantum.

Tentu saja hal ini menggemparkan dunia intelektual Barat. Soalnya, menurut kebanyakan ilmuwan, agama, apalagi mistisisme, adalah sesuatu yang subyektif dan, karenanya, sama sekali di luar obyektifitas sains. Karena itu, mencampur adukkan konsep-konsep dari kedua bidang pengetahuan itu adalah suatu yang ganjil kalau tidak dapat dikatakan tabu. Fritjof Capra melanggar tabu itu dan memperoleh keuntungan material dengan larisnya buku tersebut.

Sejarah Fisika Kuantum

Fenomena yang mendasari Lahirnya Fisika Kuantum

Dasar dimulainya periode fisika kuantum adalah ketika fisika klasik tidak bisa menjelaskan gejala-gejala fisika yang bersifat mikroskofis dan bergerak dengan kecepatan yang mendekati kecepatan cahaya. Oleh karena itu, diperlukan cara pandang yang berbeda dengan sebelumnya dalam menjelaskan gejala fisika tersebut.

Sejarah fisika kuantum dimulai ketika Michael Faraday menemukan sinar katoda. Kemudian pada tahun 1859-1860, Gustav Kirchoff memberikan pernyataan tentang radiasi benda hitam. Pada tahun 1887 Ludwig Boltzman menyatakan bahwa bentuk energi pada sistem fisika berbentuk diskrit.

Pada tahun 1900 fisikawan Jerman, Max Planck memperkenalkan ide bahwa energi itu terkuantisasi. Ide ini muncul berkenaan dengan situasi pada saat tersebut yaitu ketika para ilmuan tidak bisa menjelaskan fenomena radiasi spectrum cahaya yang dipancarkan oleh suatu benda mampat pada temperatur tertentu yang dikenal dengan radiasi benda hitam. Teori fisika klasik pada saat itu tidak bisa menjelaskan kenapa cahaya selain cahaya tampak, cahaya-cahaya lain yang tidak tampak pun dipancarkan. Hal tersebut menunjukan bahwa untuk meradiasikan gelombang elektromagnetik ternyata benda tidak perlu terlalu panas, bahkan pada suhu kamar pun benda tetap bisa memancarkan gelombang elektromagnetik.

Umur Alam Semesta (The Age of the Universe)

Oleh: Prof. P. Silaban, Ph.D.

 Eksposisi ini menggunakan bahasa non-teknis untuk menjelaskan secara singkat landasan pemikiran yang mengawali pengembangan teori kuantum, teori relativitas khusus dan teori relativitas umum yang pada akhirnya dikaitkan kepada penentuan umur alam semesta.

Teori kuantum yang dikembangkan oleh Erwin Schrödinger dan Werner Heisenberg, dan teori relativitas khusus yang dibangun oleh Albert Einstein pada permulaan abad keduapuluh dapat dipandang sebagai dua teori fisika yang sangat revolusioner karena telah memperkenalkan perubahan yang sangat drastis kedalam konsepsi kita mengenai alam semesta beserta semua fenomena atau peristiwa yang terjadi di dalamnya. Pemakaian ke dua teori ini telah terbukti sangat ampuh untuk menjelaskan berbagai masalah fisika fundamental yang belum terpecahkan sampai akhir abad kesembilanbelas.

Teori kuantum dikembangkan setelah mengamati bahwa benda mikroskopik seperti atom dan molekul, mempunyai perilaku yang sangat berbeda dari perilaku benda makroskopik yang kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kenyataannya, perilaku sebuah benda mikroskopik selalu didasarkan pada prinsip ketakpastian (Heissenberg uncertainty principle) dan pada tafsiran kemungkinan (probability interpretation) yang sama sekali tidak berlaku untuk sebuah benda makroskopik.

Kekuatan Pikiran & Fisika Quantum

Anda barangkali terkejut tentang hubungan kekuatan pikiran dan fisika quantum. Tulisan ini bukan semata tentang kekuatan pikiran Anda, tetapi tentang kesemuanya: Anda, saya, kucing dan bahkan seluruh alam semesta. Segalanya yang bisa Anda lihat, sentuh, cium, dengar dan cicipi bisa dijelaskan melalui fisika quantum.

Apakah fisika quantum?

Fisika Quantum ialah ilmu yang mempelajari blok bangunan alam semesta; ilmu yang menjelaskan bagaimana keseluruhan di dunia ini hadir sebagai kenyataan. Hal ini menyangkut benda-benda sangat kecil yang membentuk dunia secara keseluruhan.

Segalanya yang Anda lihat bukanlah benda padat seperti yang terlihat. Kembali pada pelajaran sekolah, kita diajarkan bahwa setiap benda padat terdiri dari molekul-molekul dan molekul-molekul itu terdiri dari atom-atom. Jadi berarti lengan anda atau kursi yang anda duduki sekarang adalah terdiri dari atom-atom yang sangat kecil yang tidak bisa terlihat dengan mata telanjang. Atom-atom yang tadinya dikatakan sebagai benda terkecil yang ada ternyata terdiri lagi dari partikel sub atom, yang tidak memiliki kepadatan sama sekali.

Monday, October 29, 2012

Teori Darwin Terputus, Manusia Tidak Primitif

Sangat mungkin manusia sudah hidup di Bumi selama juataan tahun, penemuan fosil dan fragmen lainnya menjelaskan bahwa evolusi manusia bukan dari spesis perimitif seperti yang dijelaskan dalam teori Darwin.
Sampai saat ini, masih banyak peneliti yang mendukung teori Darwin yang ‘mungkin’ hanya bertujuan untuk menggapai popularitas dibalik penemuan kerangka manusia kera ataupun spesis primitif. Tapi bisakah kita mengkategorikan manusia yang menggunakan peralatan batu dan api sebagai manusia kera primitif?

Salamology: SAGET “Simple Algorithm of the Grand Evolution Theory”

Oleh: Maryanto
 

Gambar 1: Besar dan arah kecepatan lempeng (V) di suatu tempat di muka bumi relatif terhadap Lempeng Arabia. Skala V di ujung kiri atas gambar (garis= 5 cm/th).  V pinggir Pangea sekitar 7 cm/th. Pangea mencakup 6 dari 7 lempeng besar, satu lempeng lain (Lempeng Pasifik) adalah Panthalassa. Lempeng Pangea seakan awan mirip siklun, dengan Mekah sebagai pusat siklun. Besar kecepatan akan semakin besar bila semakin jauh dari Mekah. Bila jaraknya sama, maka V relatif sama. Arahnya amat teratur, hampir semua searah jarum jam mengelilingi Mekah. Kalau titik relatifnya tidak tengah siklun, misal di pinggir siklun, maka arah dan besar kecepatannya tidaklah akan seteratur itu. Awan siklun pipih lingkaran seakan cakram juga menggambarkan Tatasurya, galaksi semisal Bimasakti, juga alam raya.

Sunday, October 28, 2012

Rahasia Papan Catur

Catur merupakan permainan asah otak yang paling digemari di dunia. Konon permainan pikiran ini telah dikembangkan ribuan tahun yang lalu oleh para Brahmana dari India, meskipun ada pendapat bahwa sebenarnya orang Cinalah yang pertama kali menemukan prinsip dasarnya sebagai suatu permainan dengan matriks bilangan. Tidak kurang kaisar Parsi zaman dahulu pun menjadikan permainan catur diatas papan dengan kotak 8x8=64 tersebut menjadi permainan yang penuh keagungan karena secara tidak sadar manusia diajak untuk mengatur cara menyusun kaidah-kaidah logis, strategi dan juga taktik.

Ketika permainan catu rmemasuki wilayah Arabia Badui, biji catur berbentuk Gajah kemudian diperkenalkan sebagai symbol Dewa Pengetahuan yaitu Ganesha.

Suatu hari seorang Yatim Piatu membuktikan rahasia ketidak sahihan aritmatika-geometri papan catur 8x8=64 karena berhasil membuktikan bahwa 8x8 tidak sama dengan 64.