Sebuah buku menarik
berjudul “The Fabric of the Cosmos”. Sebuah komentar mengatakan “Another
Hawking, only better” untuk sang penulis. Dialah Brian Greene dari
Columbia University yang juga penulis “The Elegant Universe” yang
menjadi best seller. Tidak hanya buku, sebuah tiga episode film berjudul
sama, “The Elegant Universe” diproduski oleh PBS dan bisa di tonton
online di internet. Bagi yang lebih menyukai menonton film ketimbang
membaca buku, Film ini sangat bagus dan lebih mudah dimengerti. Rasa
takjub saya kepada alam semesta bertambah dan membuat saya berpikir
panjang.
Fisika Klasik
Perjalanan kita dimulai
dari sebuah kecelakaan di masa lampau yang menimpa kepala seorang
pemikir terkenal. Sebuah apel jatuh dari pohonnya dan memberi ide kepada
Isac Newton. Ide apel yang jatuh ini merupakan awal popularitas gaya
atau forsa (force) gravitasi yang diperkenalkan Newton. Forsa
gravitasi-lah yang menyebabkan apel jatuh. Forsa ini pula lah yang
menyebabkan planet melintas pada orbitnya mengelilingi matahari. Karya
Isac Newton mengenai forsa gravitasi dalam bukunya yang tekenal
“Principia of Mathematica” masih digunakan orang hingga sekarang untuk
meluncurkan roket mengelilingi bulan dan mengirimkan rover ke planet
Mars.
Newton berhasil merubah pandangan orang. Gaya tarik-menarik yang tak terlihat itu bisa dihitung dan menjadi nyata dalam aplikasinya. Gravitasi adalah sebuah forsa fundamental di alam ini. Walaupun demikian Newton belum bisa menjawab apakah gravitasi tersebut.
Newton berhasil merubah pandangan orang. Gaya tarik-menarik yang tak terlihat itu bisa dihitung dan menjadi nyata dalam aplikasinya. Gravitasi adalah sebuah forsa fundamental di alam ini. Walaupun demikian Newton belum bisa menjawab apakah gravitasi tersebut.
Fisika Relativitas Umum
Dari sebuah kantor
paten di Jerman, ilmuwan muda, Albert Einstein menyelidiki cahaya. Ia
menemukan bahwa cahaya merambat dengan kecepatan sangat tinggi dan tidak
ada satu obyek pun yang mampu bergerak melebihi kecepatan cahaya.
Kecepatan cahaya adalah konstan dan sama di mana saja di alam semesta
ini. Einstein memperkenalkan kepada dunia sebuah konsep dan cara
berpikir baru mengenai ruang-waktu.
Dalam menyelidiki ini,
Einstein menemukan bahwa sebuah benda massif di alam semesta seperti
bintang atau matahari kita, melengkungkan ruang. Anda bisa membayangkan
sebuah bola bowling di atas permukaan trampoline. Karet trampoline
melendut atau melengkung ke bawah karena massa bola bowling. Kemudian
bila sebuah bola yang lebih kecil dan lebih ringan massanya, misal bola
tennis, digelindingkan di samping bola bola bowling menyeberangi
permukaan trampoline, maka lintasan bola tennis akan membelok
dikarenakan permukaan karet trampoline yang melengkung. Einstein
menemukan apa yang disebut forsa gravitasi.
Lintasan planet yang
mengelilingi matahari sebenarnya adalah lintasan planet yang bergerak
lurus namun terlengkungkan oleh ruang yang melengkung dikarenakan massa
matahari di dekatnya.
Lalu apa yang terjadi
bila tiba-tiba matahari lenyap? Menurut Newton, planet-planet akan
kehilangan forsa gravitasi dari matahari dan seketika itu pula
melanjutkan gerak lurusnya menjauh dari matahari. Ilustrasi yang benar
namun tidak seluruhnya tepat. Einstein menambahkan bahwa cahaya
memerlukan waktu 8 menit untuk mencapai bumi. Jika tiba-tiba matahari
lenyap, maka kelengkungan ruang yang disebabkan massa matahari akan
kembali ke kondisi ruang yang rata. Dengan kata lain anda bisa
membayangkan permukaan trampoline yang menjadi rata kembali ketika bola
bowling diangkat, atau permukaan air yang beriak kemudian tenang
kembali. Sebuah riak gelombang terjadi dari pusat lokasi matahari.
Gelombang forsa gravitasi ini merambat dengan kecepatan yang sama dengan
kecepatan cahaya. Sehingga Einstein mengemukakan bahwa planet bumi
tidak akan langsung meninggalkan orbitnya sebelum 8 menit, yaitu waktu
yang dibutuhkan oleh forsa gravitasi untuk mencapai bumi dari matahari.
Einstein menerbitkan
teori Relativitas Umum. Forsa gravitasi berhasil dijelaskan. Hingga
kini, Relativitas umum merupakan teori yang mampu dengan baik
menjelaskan pergerakan benda-benda massif di alam semesta seperti
planet, matahari, dan galaksi. Teori relativitas menjelaskan alam
semesta dalam ukuran besar. Einstein meyakini bahwa alam semesta
berperilaku teratur seperti yang diamati dikarenakan mematuhui
hukum-hukum fisika. “Tuhan tidak bermain dadu”, ucapnya.
Einstein membuka
wawasan tentang bagimana orang seharusnya melihat ruang dan waktu. Ruang
dan waktu bagaikan sebuah fabric atau lembaran kain yang membentang.
Ruang-waktu dapat mengkerut, meregang, terpilin dan terdistorsi oleh
medan gravitasi dari benda massif.
Fisika Quantum
Mulai dari sini tulisan
saya akan lebih rumit untuk diikuti, saya pun menemukan kesulitan dalam
menuliskannya. Kehadiran Einstein yang cemerlang dan teorinya yang
memukau membangkitkan semangat seluruh fisikawan teoretis diseluruh
dunia. Gagasan-gagasan baru diajukan dalam waktu yang hampir bersamaan.
Pada kesempatan ini saya hanya akan menyinggung yang penting-penting
saja.
Listrik (electricity)
adalah sebuah forsa. Magnet juga febuah forsa. Orang menemukan bahwa
listrik dan magnet adalah relevan, keduanya saling berpengaruh. James
Clerk Maxwell berhasil menggabungkan kedua forsa tersebut menjadi sebuah
forsa fundamental alam lainnya selain forsa gravitasi, yaitu forsa
Electromagnetic (EM). Forsa EM dihasilkan oleh alam setiap saat, bahkan
setiap partikel membawa muatan listrik yang mempengaruhi secara
signifikan interaksi antar pertikel.
Maxwell mengirimkan
sebuah paper kepada Einstein untuk dipublikasikan. Maxwell meyakini
bahwa selain forsa gravitasi yang merambat pada dan melengkungkan ruang,
forsa EM juga demikian, dan forsa EM memerlukan ruang untuk merambat.
Tapi dimana? Untuk menjawab ini maka Maxwell mengusulkan sebuah dimensi
ruang tambahan agar Forsa EM tersebut dapat merambat. Einstein menerima
ide Maxwell ini. Diterimanya sebuah dimensi ruang tambahan adalah sebuah
momentum awal manusia dalam mengkoreksi cara pandang terhadap alam.
Lalu, dimana letak dimensi tambahan ini? Mengapa kita tidak melihatnya?
Ilmuan lain, Kaluza dan
Klein mengusulkan bahwa dimensi extra itu sangat kecil. Bayangkan saja
bila anda melihat sebuah kawat listrik dari jauh. Anda melihat kawat
tersebut sangat kecil bagaikan sebuah tali yang memiliki panjang saja
tanpa lebar. Namun bila kita melihat dari jarak yang sangat dekat,
misalkan dari pandangan seekor semut, maka seekor semut itu dapat
bergerak maju, mundur serta berputar ke kanan dan ke kiri di badan kawat
listrik tersebut. Inilah dimensi extra yang tak tampak tesebut.
Kaluza-Klein mengusulkan bahwa dimensi extra berukuran sangat kecil di
setiap titik lokasi pada ruang. Karena terlalu kecil maka ia tak
terlihat.
Einstein terinspirasi
oleh forsa EM ini dan meyakini bahwa untuk mengerti alam ini secara
fundamental maka forsa Gravitasi harus bisa disatukan dengan forsa EM.
Sebuah penggabungan atau unification. Sejak saat itu seluruh hidupnya
dihabiskan untuk menemukan sebuah rumusan tunggal yang mampu menjelaskan
forsa gravitasi dan EM.
Sementara itu Neils
Bohr memperkenalkan model atomnya yang diterima dengan baik, yaitu bahwa
atom terdiri dari inti, inti terbentuk dari proton yang bermuatan
positif dan neutron yang bermuatan netral, di sekitar inti mengorbit
electron yang bermuatan negatif.
Di sinilah orang mulai
berpikir pada semesta yang sangat kecil. Untuk mengerti perilaku alam
semesta secara keseluruhan, maka orang harus mengerti interaksi antar
partikel. Penelitian ini menghantarkan orang pada alam sub-atomic.
Disinilah lahirnya fisika quantum.
Jika Teori Relativitas menjelaskan alam semesta dalam ukuran besar, maka fisika quantum menjelaskan alam semesta dalam ukuran sangat kecil.
Jika Teori Relativitas menjelaskan alam semesta dalam ukuran besar, maka fisika quantum menjelaskan alam semesta dalam ukuran sangat kecil.
Namun terjadi sebuah
kontradiksi. Pada ukuran alam yang sangat kecil ini, gravitasi bagaikan
tidak punya gigi. Maksudnya, forsa gravitasi tidak memiliki peran sama
sekali dalam reaksi antar partikel. Malahan, fisikawan berhasil
menemukan forsa fundamental lainnya, yaitu forsa nuklir Kuat (Strong
Nuclear Force) yang merekatkan inti atom pada tempatnya, dan forsa
nuklir lemah (Weak Nuclear Force) yang menyebabkan peluruhan atom atau
radiasi.
Sejauh ini telah
ditemukan seluruh forsa fundamental alam. Mereka adalah forsa gravitasi,
forsa electromagnetic, forsa nuklir kuat dan forsa nuklir lemah.
Ditinjau dari kekuatan energi-nya, maka forsa nuklir kuat adalah yang
terkuat. Ini telah dibuktikan dengan dibuatnya bom atom. Peledakan bom
atom adalah sebuah pelepasan energi forsa nuklir kuat yang disebabkan
oleh pemisahan partikel pada inti atom. Pemecahan inti atom ini membuat
luruhnya (radiasi) atom yang energi-nya (energi forsa nuklir lemah)
masih dapat dideteksi hingga sekarang.
Forsa gravitasi adalah
yang terlemah di antara ketiganya. Bila dibandingkan dengan forsa EM
saja, maka forsa EM trilyunan kali lebih kuat. Forsa Gravitasi hanya
dapat dirasakan pada benda-benda ber-massa sangat besar seperti planet
dan bintang. Pada alam quantum, forsa gravitasi tidak memiliki pengaruh,
karena kekuatan forsa ini terlalu kecil untuk diperhitungkan.
Sebuah dilema dan masalah serius bagi fisikawan. Unification mengalami kendala.
Pada kesempatan lain,
Roger Penrose dan Stephen Hawking mendalami sebuah fenomena alam, yaitu
keruntuhan bintang. Sebuah bintang dapat runtuh bila setiap partikel
yang membentuknya kehilangan energi. Electron yang kehabisan energi akan
jatuh ke inti atom. Ukuran atom mengkerut sangat signifikan sehingga
ukuran bintang itu pun mengkerut ke ukuran yang sangat kecil. Namun
demikian, forsa gravitasi tidak berubah. Singkatnya, pada ukuran yang
sangat kecil ini, forsa gravitasi sangat kuat. Ruang terlengkungkan ke
ukuran tak hingga.
Demikian kuatnya forsa
gravitasi hingga cahaya pun tidak dapat lolos. Bila cahaya tidak dapat
lolos, maka kita tidak mungkin bisa melihat bintang runtuh tersebut.
Keberadaan bintang runtuh ini hanya dapat dilihat dengan memperhatikan
daerah hitam gelap di langit yang memiliki gravitasi kuat. Oleh
kerenanya bintang runtuh lebih sering disebut lubang hitam (black hole).
Cahaya, atau partikel
cahaya yang disebut photon yang jatuh ke dalam lubang hitam tidak akan
dapat lolos. Namun pada jarak tertentu dari inti lubang hitam dimana
forsa gravitasi tidak terlalu kuat sehingga cahaya masih dapat bertahan
untuk tidak jatuh namun terlalu lemah untuk bisa lolos, maka cahaya
tersebut hanya dapat melayang-layang di situ. Jarak ini disebut horizon
peristiwa (event horizon). Dinamakan demikian karena dipercayai jika
cahaya berhenti bergerak, maka waktu setempat ikut berhenti.
Singularitas dan Penciptaan Alam Semesta
Saya rasa perlu untuk
meninjau bahasan ini. Tujuan akhir fisika adalah untuk mengerti perilaku
alam semesta, bagaimana terciptanya dan untuk apa diciptakan.
Pertanyaan terakhir terdengar seperti keinginan manusia untuk mengerti
pikiran Tuhan. Namun apabila memang Tuhan menciptakan alam ini dengan
alasan khusus, maka jawabannya entu saja dengan harus menjawab terlebih
dahulu pertanyaan bagaiman alam semesta ini diciptakan.
Penrose memberi ide
kepada Hawking mengenai asal-usul alam semesta. Ditambah dengan Sebuah
pengamatan mengenai alam semesta yang mengembang, menyimpulkan bahwa
suatu saat di masa lampau, alam semesta ini berukuran sangat kecil.
Hawking menegaskan bahwa alam semesta ini berawal dari sebuah titik
tunggal sangat kecil. Sebuah singularitas.
Singularitas berasal
dari kata singular atau sebuah kondisi “tunggal”. Di titik awal
terbentuknya ruang-waktu ini, seluruh forsa fundamental alam seharusnya
masih berupa satu forsa tunggal. Kemudian seperti halnya ledakan bom
nuklir, pecahnya sebuah forsa tunggal ini menjadi empat forsa alam
menghasilkan ledakan yang Maha dahsyat, yang disebut “Big Bang”.
Big Bang adalah
peristiwa penciptaan alam semesta ini. Sebuah peristiwa terpecahnya
sebuah forsa tunggal menjadi 4 forsa fundamental.
Alam mengembang hingga sekarang dan membentuk bintang dan planet.
Penemuan lubang hitam
bagaikan melihat Big Bang dari arah terbalik. Lubang hitam adalah
singularitas. Maka untuk mengerti bagaimana alam semesta ini diciptakan,
adalah dengan menggabungkan keempat forsa yang ada. Sampai hingga fase
ini, manusia sudah berhasil menggabungkan forsa EM dengan forsa nuklir
lemah menjadi forsa elektrolemah (Electroweak Force). Juga elektrolemah
digabungkan dengan forsa nuklir kuat menghasilkan sebuah framework yang
diyakini sebagai “model standard” (Standard Model) dari sebuah teori
pamungkas yang mampu menjelaskan asal usul alam semesta dalam sebuah
teori tunggal; “Teori Segala Hal”, atau ”Theory of Everything (TOE)”
Relativitas VS Quantum
Lubang hitam adalah
sebuah momok bagi fisika saat itu. Dikala mereka melupakan forsa
gravitasi karena dinilai terlalu lemah, di depan mata mereka terpampang
peristiwa nyata mengenai penyatuan forsa-forsa tersebut ke dalam sebuah
singularitas. Bagaimana sebuah obyek berukuran tak-hingga kecilnya
menghasilkan gravitasi begitu besarnya? Bagaimana menjelaskan mekanika
lubang hitam ini?
Teori Relativitas tidak
berlaku di alam berukuran quantum karena pada teori ini forsa gravitasi
sangat berperan dan hanya melibatkan benda-benda besar. Teori fisika
quantum mampu menjelaskan alam sangat kecil ini namun ia tidak bisa
melibatkan forsa gravitasi.
Kesimpulannya, fisika
runtuh di lubang hitam. Benar-benar sebuah lubang hitam yang sangat
gelap karena tidak ada satu pun perangkat ilmu yang mampu
menjelaskannya.
Strings Theory
Agak kembali sedikit ke
masa lampau, saat hampir semua fisikawan berbondong-bondong menyelidiki
fisika quantum, ada sebagian kecil, mungkin boleh dikatakan, satu atau
dua orang saja yang tersisa dari seluruh ilmuwan yang ada di dunia ini
yang tidak mengikuti jejak rekan-rekan yang lainnya.
Saat semua orang
beranggapan bahwa wujud atom dan partikel berbentuk menyerupai titik
atau bola, maka sebagian kecil ilmuwan ini menemukan kemungkinan lain
dari persamaan matematis yang membawa mereka pada ide liar bahwa
kesalahan fisika selama ini terletak pada ‘bentuk’. Kita telah keliru
memandang partikel berbentuk bola. Mereka menemukan bahwa pertikel
berbentuk tali atau string.
Lalu apa implikasinya jika pertikel fundamental berbentuk string?
String berukuran sangat
kecil, yaitu berjuta-juta kali lebih kecil dari quark. Untuk
membayangkan ukuran string yang sangat kecil ini, bayangkanlah bila
sebuah atom adalah tata surya kita, maka sebuah string berukuran sebuah
pohon di bumi. String super kecil ini yang saking kecilnya dianggap
hanya memiliki panjang saja (satu dimensi-ruang) bergetar dan variasi
getarannya itulah yang menghasilkan apa yang kita amati sebagai
partikel-partikel. Para pengusung teori string ini mengatakan bahwa
string adalah satu-satu nya bahan dasar pembentuk ruang dan waktu. Yang
kita amati sebagai beraneka ragam partikel itu sebenarnya adalah hasil
variasi getar string-string yang sama.
Dengan demikian maka
perhitungan atau persamaan matematikanya menjadi berubah sama sekali.
Alam fisika quantum yang tadinya mengabaikan forsa gravitasi sekarang
dapat menerima forsa gravitasi tersebut sebagai bagian dari persamaan
matematisnya. Atau boleh dikatakan telah ditemukan forsa gravitasi di
alam quantum. Fisika relativitas dan fisika quantum berhasil disatukan.
Teori string diduga kuat sebagai teori pamungkas yang dicari, sebuah
teori tunggal yang mampu menjelaskan perilaku alam semesta ini; sebuah
teori segala hal.
Bagaimana hal ini bisa
terjadi? Bagaimana forsa gravitasi ditemukan dalam persamaan matematika
fisika quantum? Untuk menyinggung ini, perlu kita kilas balik sedikit
sekelumit sejarah panjang perkembangan teori string.
Teori string tidak
terjadi dalam semalam saja. Diawali di tahun 1968, oleh seorang
fisikawan muda asal Italy, Gabriele Veneziano, sekarang bekerja untuk
CERN, yang mempelajari persamaan matematis yang menjelaskan forsa nuklir
kuat. Ditemukannya persamaan ini membuka jalan pada penelitian forsa
tersembunyi di inti atom. Kemudian penelitian menggugah ilmuwan lainnya,
Leonard Suskind dari Stanford University yang melihat bahwa persamaan
tersebut mengindikasikan sesuatu yang tersembunyi, sebuah partikel yang
memiliki struktur internal yang bisa melendut dan meragang. Partikel ini
bukan berbentuk titik atau bola, namun berbentuk string yang secara
alami bergerak lentur. Temuannya ini sempat tidak mendapat tanggapan
dari fisikawan lainnya.
Adalah seorang
fisikawan yang melanjutkan penelitian mengenai string ini, di tahun
1973, yaitu John H. Schwarz dari California Institute of Technology,
mengemukakan bahwa jika string ini benar, maka string akan mampu
menjelaskan banyak misteri alam ini. Schwarz berhasil menarik perhatian
para ilmuwan dunia dan orang mulai banyak bergabung mendalami teori
radikal ini.
Namun teori string
mengalami kendala besar. Yaitu terdapat beberapa anomali pada
perhitungan atau persamaan matematisnya. Pertama, teori string
melibatkan sebuah partikel bermassa nol dan partikel tachyon, yaitu
partikel yang bergerak lebih cepat dari kecepatan cahaya. Telah
disinggung sebelumnya bahwa Teori Relativitas tidak membenarkan adanya
obyek yang bergerak melebihi kecepatan cahaya. Teori string sekali lagi
nyaris turun pamor.
Michael B. Green dari Cambridge University bergabung dengan Schwarz
untuk mengkaji dan membedah persamaan matematis teori string ini lebih
dalam. Di tahun 1984 Mereka berhasil meniadakan anomali tersebut. Mereka
menemukan bahwa partikel aneh yang menjadi momok teori ini sebenarnya
adalah “graviton” yaitu partikel untuk forsa gravitasi. Peristiwa sangat
bersejarah ini dikenal sebagai salah satu yang menggemparkan dunia.
Schwarz dan Green menemukan forsa gravitasi dalam persamaan mereka.
Mereka berhasil gemilang meniadakan anomali.Lebih banyak lagi orang ikut bergabung melanjutkan perjuangan Schwarz dan Green hingga kemudian sebuah kendala besar dihadapi mereka kembali, yaitu:
1. Teori string melibatkan dimensi extra Seperti yang kita kenali bersama bahwa kita hidup di alam dengan 3 dimensi-ruang yaitu panjang, lebar, dan tinggi ditambah 1 dimensi waktu menjadikan total = 4 dimensi ruang-waktu. Namun string harus bergerak di lebih dari 3 dimensi ruang itu. String harus bergerak di 9 dimensi ruang. Sehingga menurut teori string, alam yang kita tempati ini sebenarnya memiliki 10 dimensi ruang waktu.
Lalu dimana ke-enam dimensi ruang lainnya? Mengapa kita tidak bisa melihat atau merasakannya? Sekali lagi Kaluza dan Klein mengajukan bahwa 6 dimensi ruang ini berukuran sangat kecil sehingga tidak bisa teramati.
Namun kemudian orang mulai menerima kehadiran dimensi ektra ini karena memang HARUS ada dimensi extra di alam ini bagi string untuk wujud. Dimensi extra adalah sebuah temuan fenomenal.
2. Terdapat 5 teori string
Ini merupakan masalah besar. Bagaimana sebuah teori segala hal hadir dalam 5 variasi? Setiap teori sama-sama benar namun memiliki perbedaan mendasar pada persamaan matematisnya.
Strings / M-Theory
Barulah Pada tahun 1995, pada konvensi fisika sedunia, seorang
fisikawan yang kemudian menjadi sangat terkenal, yaitu Edward Witten,
dari Institute for Advance Study, mempublikasikan papernya. Edward
Witten dijuluki sebagai orang tercerdas di planet bumi ini dan mendapat
julukan “the true successor of Einstein”, ia berhasil menggabungkan
ke-lima teori string menjadi sebuah teori tunggal yaitu M-Theory.Witten mengemukakan bahwa kelima teori string itu sebenarnya hanyalah ragam cara melihat suatu hal yang sama. Kita bagaikan berada dalam ruangan gelap gulita dan saling meraba seekor gajah yang sama di depan kita. Sebagian meraba kepalanya, sebagian meraba kakinya, sebagian meraba belalainya dan sebagian meraba badannya, begitu Edward Witten memberikan penerangan di dalam ruangan, barulah orang menyadari bahwa sebenarnya mereka semua meraba seekor gajah yang sama.
Penerangan yang dibawa oleh Witten dalam M-Theory nya ini adalah dengan menghadirkan sebuah dimensi ruang tambahan ke dalam hitungan matematis teori string. Seluruh persamaan menjadi klop dan semuanya mejadi masuk akal. Kini alam kita diyakini oleh string/M-theory memiliki 10 dimensi ruang menjadikannya total 11 dimensi ruang-waktu.
Edward Witten tidak menyebutkan kepanjangan dari “M” itu.
Braneworlds
M-theory mengemukakan bahwa:
1. String merupakan tali super kecil yang memiliki panjang saja (1 dimensi) dengan kedua ujungnya terbuka (open loop).
2. Terdapat string yang melar hinga memiliki panjang dan lebar
(2-dimensi), membentuk membrane (disingkat, “brane”) atau sebuah
lembaran super tipis. Kita sebut ini sebagai 2-brane. Sedangkan string 1
dimensi disebut dengan 1-brane.
3. Kedua ujung string 1-brane harus melekat / bertumpu pada 2-brane.
Perbedaan signifikan terjadi setelah hadirnya
M-Theory adalah bahwa orang mulai meninggalkan gambaran dimensi extra
yang terpilin sangat kecil itu. M-Theory memberi gambaran pada
kemungkinan yang berlawanan, yaitu bahwa dimensi-ruang extra itu
berukuran sangat besar. Kita mungkin hidup di alam semesta 3
diemensi-ruang yang berada di dalam sebuah dimensi-ruang yang lebih
besar lagi. Bahwa alam semesta kita berupa membrane 3 dimensi ruang atau
3-brane, dan alam 3-brane kita berada di dalam alam berdimensi lebih
tinggi – yaitu alam 4 dimensi-ruang atau 4-brane.
Sampai tahap ini apakah anda sudah bisa membayangkannya? Sekarang coba bayangkan alam semesta kita adalah layar televisi tersebut. Televisi dengan 3 dimensi ruang. Maka jarak antara pengamat lain di luar televisi ke layar televisi itu adalah dimensi ruang ke-empat yang tidak dimiliki oleh alam kita. Alam di luar alam kita adalah sebuah alam semesta yang memiliki 4 dimensi-ruang.
Sekarang bayangkan bila alam semesta dengan 4 dimensi-ruang itu adalah sebuah layar televisi. Maka jarak antara pengamat lain di luar televisi ke layar televisi itu adalah dimensi ruang ke-lima yang tidak dimiliki oleh alam 4 dimensi-ruang.
Demikian seterusnya.
Marilah kita lanjutkan membayangkan dengan cara yang sama ke alam semesta kita.
Alam semesta kita yaitu 3-brane berada di membrane yang lebih tinggi; 4 brane. Atau boleh saya katakan alam 3-brane kita dibungkus oleh alam 4-brane. M-Theory mengatakan bahwa alam 3-brane kita memiliki kemungkinan exist berdampingan dengan alam 3-brane lainnya (parallel universe). Ada berapa banyak parallel universe? Tidak ada yang tau.
Lalu dimana dimensi 5, 6, 7, 8, 9, dan 10?
Mari kita lanjutkan lagi membayangkannya. Bila alam 3-brane dibungkus alam 4-brane, maka:
Alam 3-brane dibungkus oleh alam 4-brane (lapis 1)
Alam 4-brane dibungkus oleh alam 5-brane (lapis 2)
Alam 5-brane dibungkus oleh alam 6-brane (lapis 3)
Alam 6-brane dibungkus oleh alam 7-brane (lapis 4)
Alam 7-brane dibungkus oleh alam 8-brane (lapis 5)
Alam 8-brane dibungkus oleh alam 9-brane (lapis 6)
Alam 9-brane dibungkus oleh alam 10-brane (lapis 7)
Alam semesta kita dibungkus oleh alam lainnya yang berdimensi-ruang lebih tinggi. Dan di setiap membrane terdapat parallel universe.
Lalu dimana dimensi waktu? Dimensi waktu dimiliki semua alam itu. Kekal dan konstan adanya.
Graviton
M-Theory diterima luas sebagai teori elegan dengan keindahan matematika tingkat tinggi. Inilah sebuah wujud pencapaian peradaban manusia terkini.
Untuk melengkapi pemaparan saya, saya akan singgung sedikit lagi kelanjutan atau perkembangan dari teori ini.
String dipercaya memiliki bentuk open-loop atau kedua ujungnya terbuka dan menumpu pada membrane lain. Namun diyakini ada pula string dengan ujungya saling bertautan (besambung) sehingga membentuk closed-loop. Dengan ujung yang tidak bebas ini maka string jenis ini tidak bisa bertumpu pada membrane. Jenis string seperti ini bebas melayang ke ruang mana saja dan menyebrang ke membrane lain. String dengan closed-loop ini adalah Graviton.
Masih ingat forsa gravitasi yang dianggap paling lemah diantara forsa yang lainnya? Dengan sifat graviton yang bebas itu maka forsa gravitasi sesungguhnya sangat kuat, bahkan mungkin sama kuatnya dengan forsa Electromagnetic. Ia tampak lemah karena sebagian kekuatan forsa gravitasi mampu menyebrang ke brane lainnya dengan bebas.
Graviton adalah satu-satunya partikel saat ini yang diyakini bebas bergerak menyebrang ke membrane lainnya. Forsa lainnya tidak bisa meninggalkan suatu membrane. Sehingga tidak mungkin kita bisa melihat alam brane lain atau parallel universe karena cahaya tidak dapat keluar dari membrane. Forsa nuklir kuat, forsa nuklir lemah, Electromagnetic dan cahaya terperangkap di dalam sebuah membrane.
Satu hal yang menjadi perhatian dunia adalah membuktikan keberadaan string melalui percobaan laboratorium. String adalah teori elegan yang belum terbukti melalui experimen. Namun dengan syarat yang ditentukan oleh teori ini sendiri, terbuka peluang untuk membuktikannya dan upaya pembuktian ini menjadi prioritas utama. Antara lain adalah sedang berjalannya usaha bersama antara Massachusetts Institute of Technology (MIT) dengan California Intitute of Technology (CIT) dan didanai oleh The National Science Foundation membangun sebuah Observatory raksasa yang bukan berbasis cahaya maupun radio, melainkan berbasis forsa gravitasi. Harapannya adalah terdeteksinya graviton yang muncul semerta-merta membawa signature dari alam semesta membrane lain. Wahana ini dinamakan Laser Interferometer Gravitational Wave Observatory (LIGO). Juga direncanakan untuk dibangun Versi luar angaksa dari LIGO, adalah Laser Interferometer Space Antenna (LISA).
Usaha lainnya sedang dilakukan Fermilab, sebuah laboratorium di Illinois yang memiliki atom smasher, yaitu sebuah Akselerator Partikel yang berfungsi untuk mempercepat inti atom hydrogen dalam suatu lintasan sepanjang 4 mil untuk kemudian ditabrakkan dengan inti atom Hydrogen lain ujung lintasan. Inti atom yang ditabrakkan akan terpecah dan menghasilkan siraman partikel-partikel yang lebih kecil. Sebelum M-Theory, ilmuwan hanya berusaha mengindentifikasi siraman partikel-partikel baru tersebut, namun kali ini mereka berusaha mendeteksi partikel graviton yang muncul saat terjadi tabrakan. Namun graviton akan muncul hanya sekejap karena graviton yang berdiri sendiri akan langsung menyeberang ke membrane lain. Graviton yang muncul dan hilang hanya dalam sekejap ini tidak akan memberi kesempatan pengamat untuk mendeteksinya. Untuk mengatasi ini maka pendeteksian graviton ditandai dengan absen-nya partikel tersebut sesaat setelah tabrakan.
Hal serupa akan disusul oleh sebuah atom smasher raksasa yang sedang dalam tahap pembangunan yang memiliki kekuatan 7 kali lebih besar dibandingkan dengan yang dimiliki Fermilab. atom smasher dan Akselerator Partikel raksasa ini adalah milik CERN, Swiss.
Jutaan dollar telah dikeluarkan untuk pembangunan alat-alat raksasa tersebut dan mereka saling berlomba sebagai yang pertama kali menemukan graviton. Jika graviton ditemukan, maka teori string kukuh dan benar dengan seluruh impllikasinya; braneworlds yang meggambarkan alam semesta kita ini berlapis dengan 11 dimensi ruang-waktu adalah benar. Dan alam semesta ini bisa terjelaskan dengan sebuah teori tunggal, “Theory of Everything”.
Zero-Brane
Perkembangan lain dari String/M-Theory adalah munculnya sekelompok ilmuwan yang menemukan kejanggalan atas statement bahwa string adalah satu-satunya ingredient atau bahan dasar pembentuk ruang dan waktu. Pertanyaan mereka adalah, jika string perlu ruang dan waktu untuk bergetar dan bergerak, bagaiman bisa mereka dinobati sebagai bahan dasar pembentuk ruang-waktu?
Jikapun harus ada bahan dasar yang paling fundamental yang membentuk ruang-waktu, maka entity ini haruslah tidak terikat oleh ruang-waktu, atau space-less and time-less entity . Entity semacam ini tidak mungkin berbentuk string, melainkan sebuah titik tanpa dimensi atau berdimensi nol; Zero-Brane Entity. Usulan ini patut mendapat perhatian karena usulan ini meng-klaim bahwa string bukanlah bahan fundamental pembentuk ruang waktu.
Zero-Brane yang berbentuk titik tanpa dimensi ini haruslah teratur menandai setiap titik pada ruang namun tidak terikat oleh ruang. Titik-titik teratur bagai grid. Teori ini dikenal sebagai Matrix Theory. “M” sebagai “Matrix” dari M-theory.
Sekian.
Dikutip dari: http://human-earth.blogspot.com/2008/01/braneworlds.html
Sumber: Henkykuntarto’s Blog -Wellcome to my spiritual blog
No comments:
Post a Comment