Friday, September 27, 2013

Kehidupan Seperti CD Room Games

gamesoleh Henky

Dari beberapa tulisan di dalam blog ini kita telah melihat dari banyak cerita tentang pengalaman setelah kematian bahwa di alam roh waktu itu sesungguhnya seperti tidak ada, dan segala sesuatu yang pernah terjadi dan akan terjadi sesunguhnya terjadi bersamaan, waktu tidak bersifat linear tetapi atas bawah. Berdasarkan hal itu sebenarnya kita bisa menyimpulkan bahwa hidup adalah satu peristiwa tunggal, suatu kejadian di alam semesta yang terjadi saat ini. Semuanya sedang terjadi. Dimana mana. Tidak ada waktu lain selain saat sekarang.

Seperti kita melihat sebuah batu melalui mikroskop yang sebenarnya tidak padat sama sekali, tetapi merupakan percampuran jutaan efek yang berbeda terjadi pada saat yang bersamaan – hal hal yang berbeda terjadi pada saat bersamaan sehigga menciptakan efek yang lebih besar. Jadi kita menggunakan waktu seperti kita menggunakan mikroskop untuk jiwa kita. Dalam sebuah batu kita melihat partikel-partikel yang bergerak terus, dengan pola tertentu, setiap partikel bergerak dari “sini” ke “sana”, dan memerlukan “waktu” untuk melakukannya, gerakannya begitu cepat sehingga batu itu sendiri tampaknya tidak bergerak sama sekali. Sepertinya diam saja. Jadi dilihat dari luar batu itu seolah waktu tidak ada tetapi kalau kita berada di dalam batu kita seolah merasakan adanya waktu.

Ilmu Tentang Mukjijat

Kisah inspiratif dari buku Autobiography or a Yogi oleh Paramahansa Yogananda
Novelis besar Leo Tolstoy pernah menulis cerita yang menyenangkan, judulnya Tiga pertapa. Temannya Nicholas Roerich telah meringkas kisah ini, sebagai berikut:

“Di sebuah pulau tinggal tiga pertapa tua. Mereka begitu sederhana sehingga satu satunya doa yang mereka teriakkan adalah: “Kami bertiga; Engkau penguasa kami bertiga-kasihanilah kami!” Tetapi mukjizat besar terwujud dalam doa naif ini.

“Uskup lokal datang untuk mendengar tentang tiga pertapa ini dan doa mereka yang dianggap tidak dapat diterima, dan memutuskan untuk mengunjungi mereka untuk mengajari mereka doa “yang benar”. Dia tiba di pulau itu, dan mengatakan kepada para pertapa bahwa permohonan mereka tidak bermartabat, dan mengajarkan mereka banyak doa-doa adat. Uskup itu kemudian meninggalkan mereka dengan menaiki perahu. Tapi kemudian dia melihat cahaya di kejauhan. Saat mendekat, ternyata dilihatnya tiga pertapa tersebut, yang saling berpegangan tangan dan berjalan diatas gelombang laut dalam upaya untuk mengejar kapal tersebut.

Wednesday, September 11, 2013

Mekanisme Manifestasi

Oleh : Neale Donald Walsch

Kita hanyalah salah satu dari beragam bentuk yang diciptakan Tuhan dari diriNya sendiri. Tuhan telah membagi diriNya ke dalam dunia Tanpa Batas Waktu dalam beragam bentuk yang pernah ada di masa lalu, sekarang dan masa depan. Karya itu telah selesai. Karya itu telah terindividualisasi dalam segala hal. Artinya, segala hal yang ada di Medan Kemungkinan Tak Terbatas itu sebenarnya telah ada, atau dengan kata lain semua telah siap.Yang harus kita lakukan hanyalah memanggilnya, membawanya ke dalam realitas kita. Itu adalah proses penciptaan pribadi. Beragam buku telah ditulis tentang topik tersebut, tetapi tidak ada yang secara serius mencoba menjelaskan mekanisme kerja manifestasi ini.

Kita sekarang tahu bahwa, seperti halnya ilmu kedokteran yang berhasil menggunakan sel induk yang bisa menciptakan beragam bentuk sel tubuh, menciptakan jaringan jantung, tulang, dan bahkan jaringan otak untuk menggantikan organ-organ tubuh yang rusak. Tuhan juga bisa “membagi” Bentuk Utuhnya menjadi beragam wujud fisik atau non-fisik, dan Tuhan memang telah melakukannya dalam berbagai macam bentuk yang disebut Kehidupan.