Kita tidak dapat memisahkan ekstermisme agama dengan budaya di mana ia muncul. Kita tidak dapat menghapus ekstremisme tanpa mengubah budaya tersebut. Mari kita lihat beberapa faktor yang menyebabkan orang untuk mengembangkan pendekatan yang ekstremis terhadap agama:
Anggapan hanya satu agama yang benar
Banyak orang beragama percaya bahwa hanya ada satu Tuhan. Oleh karena itu, mereka membuat alasan bahwa Tuhan yang Satu itu tidak akan memberi kita agama yang berbeda dan akibatnya mereka percaya bahwa hanya ada satu agama yang benar, yaitu agama mereka sendiri. Pendekatan eksklusif terhadap agama seperti ini pasti akan mendorong ekstremisme karena Anda secara otomatis melihat semua agama lain sebagai palsu. Jika agama lain tersebut adalah palsu, maka ia haruslah berasal dari Iblis, sehingga menjadi tugas Anda untuk melawan agama itu. Ini adalah kehendak Tuhan, dan merupakan satu satunya jalan keselamatan bagi yang tidak percaya.
Agama dianggap memberikan kebenaran absolut
Banyak orang beragama percaya bahwa jika agama itu diberikan oleh Tuhan sang pencipta, ajaran dan doktrin mereka haruslah mutlak dan sempurna. Mereka menganggap, bagaimana mungkin Tuhan yang Mahakuasa mengeluarkan doktrin agama yang bukan merupakan kebenaran mutlak. Sekali lagi, ini berarti bahwa semua keyakinan yang berbeda harus salah apakah itu sebagian atau seluruhnya. Hasil yang tak terelakkan dari hal ini adalah bahwa Anda melihat diri Anda sebagai lawan terhadap orang-orang yang menganut agama lain.
Agama dianggap telah memberikan kebenaran lengkap
Banyak orang beragama percaya bahwa agama mereka tidak hanya memberikan gambaran sempurna tentang Tuhan, mereka juga percaya bahwa itu telah lengkap. Mereka percaya bahwa Tuhan adalah sempurna dan dengan demikian doktrin yang diberikan oleh Tuhan haruslah sempurna. Mereka juga percaya bahwa sesuatu yang sudah sempurna tidak mungkin berubah. Oleh karena itu, agama mereka tidak akan pernah bisa berkembang atau berubah dari waktu ke waktu. Karena bagi mereka tidak perlu bagi agama mereka untuk beradaptasi terhadap waktu, tetapi waktulah yang harus beradaptasi dengan doktrin yang sempurna dan lengkap tersebut. Dengan kata lain, mereka percaya bahwa mereka harus menolak semua perubahan dalam agama mereka. Sekali lagi inilah yang menciptakan ketegangan dan konflik.
Berpikir Hitam-putih
Banyak orang beragama percaya bahwa agama harus didefinisikan dalam bentuk hitam dan putih. Agama mereka adalah kebenaran yang lengkap, sementara semua agama lain yang bertentangan adalah sama sekali salah. Mereka percaya tidak ada kemungkinan untuk kompromi, karena Anda percaya jika Anda memberikan Iblis satu jari, ia akan mengambil seluruh tangan Anda. Mereka tidak terbuka untuk gagasan bahwa mungkin ada suatu pendekatan terhadap agama yang tidak berdasarkan pendekatan berpikir hitam dan putih.
Hanya ada satu kemungkinan interpretasi
Banyak orang beragama percaya bahwa hanya ada satu cara untuk menafsirkan kitab suci agama mereka. Jelas, itu adalah interpretasi yang dipilih oleh para pemimpin Agama mereka. Mereka percaya semua penafsiran lainnya adalah salah dan berasal dari Iblis. Oleh karena itu, tugas mereka adalah untuk memberantas interpretasi palsu tersebut, dan bahkan mungkin memberantas orang-orang yang mempromosikan interpretasi mereka.
Para pemimpin agama seolah mewakili Tuhan
Banyak orang beragama percaya bahwa para pemimpin agama mereka itu adalah wakil Tuhan di Bumi. Para pemimpin mereka seolah berbicara mewakili Tuhan dan oleh karena itu mereka tidak boleh dipertanyakan atau dibantah. Mereka seperti menuntut ketaatan buta dan dengan demikian siapa saja yang tidak menghormati otoritas mutlak ini dipandang sebagai musuh.
Pertempuran epik
Banyak orang beragama percaya bahwa dunia adalah medan pertempuran antara yang baik (Tuhan) dan kekuatan jahat. Jelas, akan naif untuk mengabaikan bahwa sepertinya ada kekuatan jahat yang bekerja di dunia. Namun banyak umat beragama yang mendefinisikan baik dan jahat dengan mengatakan bahwa agama mereka merupakan yang baik sementara semua yang lain atau beberapa yang lain adalah yang jahat. Definisi baik dan jahat hanya akan menambah konflik dan ekstremisme.
Kambing hitam
Manusia selalu memiliki kecenderungan untuk menghindari tanggung jawab pribadi untuk situasi mereka. Salah satu contoh adalah keyakinan bahwa masalah anda adalah disebabkan oleh orang lain. Di bidang agama, mereka mengarahkan pada keyakinan bahwa semua masalah di dunia disebabkan oleh orang-orang yang menganut agama-agama palsu. Orang kafir kemudian menjadi kambing hitam. Dengan kata lain, siapa pun yang tidak setuju dengan atau menentang keyakinan Anda adalah ditipu oleh Iblis atau bekerja sama dengan Iblis.
Penyebab utama
Banyak orang beragama percaya bahwa agama mereka mewakili penyebab utama/Tuhan. Mereka berjuang untuk itu, didukung oleh otoritas tertinggi, yaitu Tuhan. Oleh karena itu, segala sesuatu yang mereka percaya atau lakukan adalah benar dalam arti hakiki. Hal ini kemudian memungkinkan orang-orang untuk membenarkan hampir apapun yang dianggap diperlukan untuk mencapai kemenangan akhir.
Membuat pembenaran
Beberapa orang percaya bahwa karena mereka bekerja untuk tujuan Tuhan, adalah dapat diterima untuk melanggar hukum Tuhan yang ditetapkan oleh agama mereka. Dengan kata lain, menjadi dapat diterima untuk membunuh orang lain dalam nama Tuhan walaupun hampir setiap agama mendefinisikan pembunuhan sebagai salah.
Kesimpulan
Yang jelas, sebagai kesimpulan yang tak terhindarkan adalah bahwa selama sebagian besar budaya religius dunia dipengaruhi oleh beberapa atau semua faktor yang konfrontatif, tidak ada cara untuk mengurangi konflik agama. Faktor-faktor ini tidak hanya mendorong konflik, mereka malah mengembangkan konflik. Dan dengan membiarkan konflik dan ketegangan ini untuk berlanjut, maka hampir tak terelakkan, dan tentunya dapat diprediksi, bahwa beberapa orang akan membawa budaya mereka menjadi bentuk ekstremisme dan fanatisme.
Jadi jika kita ingin memiliki kesempatan untuk mengurangi konflik, maka kita harus menemukan sebuah pendekatan yang berbeda terhadap agama, sebuah pendekatan yang tidak didominasi oleh elemen-elemen konfrontatif. Kita harus menemukan pendekatan yang mempromosikan pemahaman, toleransi dan bahkan persatuan di antara orang-orang beragama.
Dalam hal itu, sangat penting untuk mengakui bahwa budaya agama sebagian besar dipengaruhi oleh setidaknya beberapa elemen-elemen ini. Jelas, tidak semua orang mengarahkan elemen-elemen ini menjadi ekstrim. Namun setiap orang yang mentolerir hal ini akan mengembangbiakkan elemen konflik dengan memberikan kontribusi untuk mempertahankan budaya umum. Dan justru inilah budaya yang mengarah pada ekstremisme.
Bagaimana untuk menghindari konflik keagamaan
Ide mengatasi konflik keagamaan bukanlah hal baru. Bahkan, sepanjang sejarah banyak orang telah berusaha untuk menyelesaikan semua konflik agama. Masalahnya adalah bahwa banyak dari mereka telah berusaha untuk melakukan hal ini dengan membuat agama mereka sebagai satu-satunya agama, lalu berusaha untuk menghapus semua agama-agama lain dalam prosesnya.
Tidak sulit untuk mengamati bahwa sekarang ini ada lebih banyak agama dari sebelumnya di planet ini. Oleh karena itu, kita harus menyimpulkan bahwa setiap usaha untuk memaksa penyatuan semua agama akan ditakdirkan untuk gagal. Berusaha memaksa atau membujuk semua orang untuk mendukung agama anda tidak akan mengurangi konflik agama. Jadi kita harus menemukan pendekatan yang berbeda, dan tidak sulit untuk melihat solusi yang mungkin.
Jika kita menemukan pendekatan yang lebih baik terhadap masalah konflik agama, kita harus melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Kita harus mulai dengan menciptakan pemahaman baru, kesadaran baru tentang agama.
Dengan melihat pada sejarah, mudah untuk melihat bahwa umat manusia telah terlibat dalam suatu proses yang bergerak dalam arah yang jelas. Jelas, teknologi kita menjadi semakin maju. Masa hidup kita meningkat dan di banyak negara standar hidup, kesehatan dan kekayaan secara terus menerus meningkat.
Namun kita juga melihat gerakan maju tentang aspek-aspek tak berwujud dari kehidupan. Selama ribuan tahun, perbudakan diterima sebagai bagian integral dari budaya. Namun hari ini sebagian besar negara secara sukarela melarang perbudakan. Bagaimana ini bisa terjadi? Hal itu terjadi karena kita secara bertahap telah meningkatkan pemahaman kita tentang aspek-aspek tertentu dari kehidupan. Hal ini telah menimbulkan peningkatan kesadaran akan nilai-nilai kehidupan manusia, dan penghapusan perbudakan hanyalah hasil alami dari kesadaran kita yang meningkat. Kita juga telah melihat kesadaran baru terhadap banyak aspek lain dari kehidupan, seperti hak asasi manusia, kebebasan individu, kesempatan ekonomi dan masalah lingkungan.
Jika kita ingin mengatasi konflik agama, kita harus menemukan cara untuk menetralkan elemen-elemen budaya yang mau tidak mau menimbulkan konflik. Hal ini dapat dilakukan hanya dengan meningkatkan pemahaman orang-orang terhadap sisi spiritual kehidupan. Kita harus mengembangkan dan mempromosikan tingkat kesadaran baru yang membuat orang di mana pun menyadari bahwa sudah waktunya untuk bergerak melampaui konflik agama. Kita telah menghapuskan keyakinan bahwa satu orang dapat memiliki orang lain dan memperlakukan orang itu sebagai bagian dari miliknya. Ini adalah waktu untuk meniadakan keyakinan bahwa Anda bisa meperlakukan manusia sebagai bukan-manusia karena mereka milik agama lain selain Agama Anda sendiri. Ini adalah waktu untuk meniadakan keyakinan bahwa Anda dapat melakukan pekerjaan Tuhan dengan melanggar hukum-hukum Tuhan itu sendiri. Ini adalah waktu untuk meniadakan ide bahwa membunuh orang-orang dalam nama Tuhan adalah dapat diterima.
Misi para pencari spiritual
Ini adalah misi para pencari spiritual hari ini untuk mengembangkan dan mempromosikan kesadaran universal yang memberdayakan masyarakat untuk tumbuh jauh dari pendekatan lama terhadap agama. Kita harus mengembangkan pendekatan universal untuk agama berdasarkan kesadaran baru tentangTuhan, diri kita sendiri dan hubungan kita dengan Tuhan.
Ini bukan tujuan kita untuk membuat sebuah agama baru yang akan bersaing dengan atau menggantikan agama-agama lain. Sebaliknya, kita menghormati semua agama yang konstruktif dan menghormati penganut mereka. Kita di sini untuk membantu orang mengembangkan pendekatan baru terhadap agama dan untuk mempraktekkan pendekatan dalam konteks yang dipilih agama mereka. Kita di sini untuk memperkaya kehidupan masyarakat dengan membantu mereka meningkatkan kesadaran mereka dari sisi spiritual kehidupan.
Cinta adalah kunci
Jika kita melihat lagi pada faktor-faktor yang mendorong konflik antar umat beragama, maka ada pola yang mencolok muncul. Masing-masing faktor-faktor ini bertentangan langsung dengan kemampuan dan kemauan mereka untuk merasakan dan mengungkapkan cinta terhadap sesama mereka. Namun, sesungguhnya hampir semua agama di Bumi mengemban nilai cinta.
Dan meskipun banyak agama menggambarkan kehendak Tuhan sebagai disiplin-disiplin yang ketat, agama-agama yang sama juga berbicara tentang cinta Tuhan. Oleh karena itu kita mungkin akan mempertimbangkan apakah budaya agama yang didasarkan pada unsur-unsur yang menghancurkan cinta adalah benar-benar berasal dari Tuhan. Jadi mungkin perlu menemukan pendekatan agama yang membuka orang-orang untuk membawa cinta (kembali) ke dalam kehidupan spiritual mereka. Itulah sebabnya moto kita mungkin adalah , “CINTA ADALAH KUNCI!”
Cinta bukanlah, sebagaimana banyak orang tampaknya berpikir, kekuatan pasif. Hal ini jelas bagi kita bahwa konflik agama tidak akan hilang melalui tindakan pasif. Jika Anda tidak aktif bekerja untuk mengurangi konflik agama, Anda malah membantu mereka untuk tumbuh. Anda tidak bisa bersikap netral dalam hal ini, dan tidak hanya duduk menunggu di belakang pagar.
Oleh karena itu, orang-orang spiritual harus mengambil langkah-langkah aktif untuk membawa kesatuan yang lebih besar. Perubahan ini akan membutuhkan partisipasi dari jutaan orang yang sama-sama menjadi lebih sadar dan lebih mengasihi. Pikirkan tentang hal ini. Cinta adalah kuncinya. Ketika Anda menjadi lebih sadar dan lebih mengasihi, Anda menjadi kunci untuk masa depan yang lebih baik di planet ini. Anda adalah kuncinya!
Sumber: Henkykuntarto’s Blog -Wellcome to my spiritual blog
No comments:
Post a Comment