Pernah di kehampaan cahaya aku mengembara;
Dalam gelap aku terjerembap,
Dan ketakutan menuntun tanganku;
Kakiku tertancap ke bumi,
Cemas akan sejuta lubang.
Oleh berbagai teror malam yang menakutkan.
Kepada hari yang baru terbangun,
Kuulurkan tanganku memohon.
Tak
ada realitas selain realitas di dalam dirimu sendiri. Kemanapun kamu
memandang keluar dirimu, kamu hanya akan kembali melihat dirimu sendiri.
Keadaan ini tidak akan terjadi selama kita masih hidup dalam penjara
yang kita buat sendiri. Penjara itu bernama pikiran. Pikiran adalah
ilusi terbesar dalam diri manusia. Jika pikiran seorang manusia telah
jernih, ia pun akan dapat melihat wajah-Nya dimana-mana.
“When you see a flower, let your whole being become the eye. When you look at a flower, do not think. Let the total consciousness either see or hear or smell or taste or touch. Then invisible becomes visible’’. ~ Osho
"Ketika anda melihat sebuah bunga, biarkan seluruh keberadaan anda menjadi mata. Ketika anda melihat sebuah bunga, tidak berpikir. Biarkan kesadaran total baik melihat atau mendengar atau bau atau rasa atau sentuhan. Kemudian takterlihat menjadi terlihat".
Bahaya terbesar dan dalam arti tertentu juga
dosa terbesar bagi manusia terletak di dalam kecenderungan untuk
meninggalkan bagian ruhaniahnya, melupakan bahwa ia “dihormati oleh
Tuhan.”
Mereka begitu sibuk dengan urusan-urusan duniawinya sehingga
lupa untuk mengembangkan dirinya yang sejati, bagian yang diberikan
sebagai hadiah istimewa dari Tuhan, yang “ditiupkan kepadanya dari
nafas-Nya sendiri (Q.S. 15: 29), seperti dinyatakan Alquran beberapa
kali. Amanah Ilahi, “kebaikan yang dipercayakan” itulah unsur yang
paling penting dan pada saat yang sama paling membahayakan di dalam
manusia, seperti dikatakan Q.S. 33: 72 “Sesungguhnya Kami menawarkan
amanah kepada gunung-gunung dan langit dan tanah dan mereka tidak
menerimanya, tetapi manusia menerimanya, dan sesungguhnya ia bebal,
kejam.”
“Ragukan semuanya. Temukan Cahaya anda sendiri.
Jalan bukanlah dilangit bukan pula ditempat lainnya.
Jalan adalah di hati.
Rahasia spiritualitas sebenarnya
adalah untuk menghapus semua ide, semua konsep,agar Kebenaran memiliki kesempatan untuk menembus, untuk mengungkapkan Dirinya
sendiri.
Semuanya adalah referensi belaka.
Pengalaman sejati adalah hidup anda sendiri.
Kata-kata suci yang paling suci pun hanyalah kata-kata.
Pengalaman langsung adalah apa yang diinginkan oleh jiwamu”. ____Unknown
Kelenjar Pineal merupakan sebuah kelenjar kecil berbentuk kerucut
(juga disebut Conarium atau epiphysis Cerebri), seukuran kacang polong,
yang terletak di bagian belakang otak depan. Ia mengeluarkan hormon
melatonin, yang membantu mengatur jam biologis tubuh atau ritme
sirkadian. Sekresi melatonin dipengaruhi oleh persepsi cahaya oleh
retina, dan akan mencapai puncaknya di malam hari dan berkurang pada
siang hari.
Tradisi esoteris menghubungkan kelenjar pineal kepada “mata ketiga” yang
misterius, baik dalam arti fisik dan makna ekstrasensor. Helena P.
Blavatsky menegaskan bahwa kelenjar pineal pernah digunakan sebagai mata
fisik, sebagaimana dibuktikan oleh kadal Selandia Baru yang disebut
Hatteria punctata yang masih memiliki mata ini dalam keadaan berhenti
berkembang.
Menurut Annie Besant, kelenjar pineal terhubung dengan salah satu cakra
yang ada di dalam tubuh astral melalui tubuh mental, dan berfungsi
sebagai organ fisik untuk transmisi pemikiran dari satu otak ke yang
lain, dalam telepati (A Study in di Consciousness , p. 259).
Menurut Vedanta, hanya ada dua tanda-tanda pencerahan, dua indikasi
bahwa transformasi telah mengambil tempat pada dirimu kearah kesadaran
yang lebih tinggi. Tanda pertama adalah engkau berhenti merasa khawatir.
Kini semua hal itu tidak mengganggumu lagi. Engkau memiliki hati yang
ringan dan penuh dengan suka cita. Tanda yang kedua adalah engkau
semakin sering menemui kebetulan-kebetulan yang bermakna di dalam
hidupmu dan semakin sering pula sinkronisasi terjadi. Dan ini adalah
akselerasi pada titik dimana engkau akan benar-benar mengalami
keajaiban-keajaiban…
Sinkronisasi
Keseluruhan alam semesta terkandung dalam setiap titik sama seperti
halnya keseluruhan samudera itu tercermin dalam setiap tetes di dalam
kedalamannya. Dalam vedanta wawasan ini diekpresikan sebagai ”Apa yang
ada di sini ada di mana mana, dan apa yang tidak ada disini tidak ada
dimana mana”.
Dulu saya tidak mengerti…sekarang saya
Mengerti… Cinta akan berakhir Bahagia…Cinta akan Selalu berakhir
Bahagia…dulu saya pikir, Cinta adalah kondisi-kondisi yang
menyertainya…Pasang surutnya…Kegembiraan Kesedihannya…Suka
Dukanya…ternyata bukan…bahkan juga bukan bersatu ataupun Berpisah…Cinta
bukan itu semua….Cinta sesungguhnya akan Berakhir Bahagia…apapun
kondisinya…apapun situasinya… Cinta akan Selalu Berakhir Bahagia…
-Master Ivan Prapanza-
Jika kita tidak bersabar ketika berada dalam musim dingin, maka kita
akan kehilangan keindahan musim semi yang cantik, kehangatan musim panas
yang menjanjikan harapan. Dan kita tidak akan memanen hasil pada musim
gugur. Kegelapan malam tidak selamanya bertahan, esok akan ada fajar
yang mengusir kegelapan. Ada harapan ada kegembiraan, dan tersenyumlah.
Hakim Sanai: Bagiku nama ini semanis madu, semanis nektar. Hakim
Sanai sangat unik, Unik di dalam dunia Sufi. Tidak ada sufi lain yang
mampu mencapai ketinggian ekspresi dan kedalaman pemahaman seperti yang
telah ia capai. Hakim Sanai telah mampu melakukan hal-hal yang hampir
tidak mungkin.
Jika saya harus menyelamatkan dua buku dari dunia para mistikus, maka
buku itu adalah yang berikut ini. Yang satu adalah buku dari dunia Zen,
jalan kesadaran: HSIN HSIN MING karya SOSAN. Yang mana saya telah
berbicara mengenai ini (Baca : HSIN HSIN MING) yang isinya adalah
intisari dari Zen, jalan kesadaran dan meditasi. Buku yang lainnya atau
yang kedua adalah buku dari HAKIM SANAI yang berjudul HADIQATU’L
HAQIQAT: Taman kebenaran yang terpagari (The Walled Garden of Truth)
atau dalam singkatnya, HADIQA; sang Taman. Kita akan membahas buku ini
pada hari ini.
Ibnu Arabi dikenal sebagai penulis paling produktif pada zamannya.
Karyanya mencapai 200 buah. Sebagian menyebut jumlah lebih dari itu.
Muhammad Qajjah, direktur kebudayaan Suriah mengatakan : “Huwa Aghzar
Muallif fi Tarikh al Fikr al Islami bal la nubaaligh idza Qulna fi al al
Tarikh al Basyari” (dialah penulis paling subur dalam sejarah pemikiran
Islam bahkan tidak berlebihan jika saya katakan dalam sejarah pemikiran
manusia).
Karya-karya Ibnu Arabi baik dalam bentuk prosa, puisi maupun
“tausyihat”, kebanyakan ditulis dalam bahasa Persia. Sebagian lain dalam
bahasa Arab.
Sedemikian rumitnya memahami karya-karya Ibnu Arabi, sebagian orang
meragukan bahwa karya-karyanya tidak dihasilkan dari kesungguhan mental
dan intelektual, melainkan dari ilham dan pengalaman mistiknya.
Buku Tarjuman al Asywaq (Tafsir Kerinduan) berisi kumpulan
(kompilasi) puisi dengan komposisi notasi yang beragam. Para santri
dapat menyanyikannya dengan langgam lagu (bahar) yang berbeda-beda:
Thawil, Kamil, Wafir dan lain-lain. Tidak diketahui secara pasti apakah
buku ini ditulis mendahului dua buku besar di atas atau sesudahnya.
Meski penting untuk ditelusuri, namun yang paling penting dari itu
adalah bahwa dalam buku ini Ibnu Arabi memperlihatkan konsistensi atas
gagasan-gagasan besarnya, sebagaimana akan diketahui kemudian.
Tarjuman al Asywaq ditulis ketika dia bermukim di Makkah, tahun 597
H/1214 M. Di kota suci kaum muslimin ini dia bertemu dengan sejumlah
ulama besar, para sufi dan sastrawan terkemuka, laki-laki dan perempuan.
Mereka adalah orang-orang yang menjalani hidupnya dengan serius. Ibnu
Arabi banyak menimba ilmu dari mereka. Tetapi perhatiannya tertumbuk
pada beberapa orang perempuan “suci”. Dalam pendahuluan buku ini dia
menyebut tiga orang perempuan. Pertama, Fakhr al Nisa, saudara perempuan
Syeikh Abu Syuja’ bin Rustam bin Abi Raja al Ishbihani. Perempuan ini
adalah sufi terkemuka dan idola para ulama laki-laki dan perempuan.
Kepadanya dia mengaji kitab hadits; “Sunan Tirmizi”. Kedua, Qurrah al
‘Ain. Pertemuannya dengan perempuan ini terjadi ketika Ibnu Arabi tengah
asyik Tawaf, memutari Ka’bah.
Ibn el Arabi memberitahu para pengikutnya bahwa ada tiga bentuk
pengetahuan: pengetahuan intelektual, atau kumpulan fakta; pengetahuan
tentang keadaan, atau memiliki “perasaan spritual”; dan pengetahuan
tentang realitas sejati yang mendasari segala sesuatu. Tentang bentuk
pengetahuan yang ketiga ia menulis:
“Untuk pengetahuan jenis ini tidak ada bukti akademisnya di dunia
ini; Karena pengetahuan ini tersembunyi, tersembunyi dan tersembunyi”.
Sekarang ini ada banyak organisasi sufi yang berada dibawah naungan
islam, tetapi ajaran sufi selalu tidak menitikberatkan pentingnya
struktur formal, termasuk agama yang terorganisasi, mereka justru
menempatkan perkembangan individual di atas segalanya. Penekanan
inilah - kebenaran diatas bentuk, personal di atas institusional - yang
memungkinkan pemikiran sufi muncul berulang-ulang sepanjang sejarah.
Seorang Sufi mistik begitu penuh cinta, dan begitu penuh sukacita - Seluruh hidupnya adalah tawa, musik, tarian. Dan diceritakan bahwa Tuhan menjadi sangat tertarik kepadanya karena ia tidak pernah meminta apa-apa, ia tidak pernah berdoa. Seluruh hidupnya adalah doa, tidak ada kebutuhan lagi untuk berdoa.
One Sufi mystic was so full of love, and so full of joy — his whole life was laughter, music, dancing. And the story says God became very interested in him because he never asked anything, he never prayed. His whole life was a prayer, there was no need to pray.
Dia tidak pernah pergi ke masjid, ia bahkan tidak pernah menyebut nama Tuhan; Seluruh keberadaannya adalah argumen keberadaan Tuhan. Jika ada yang menanyakan Tuhan itu ada atau tidak, ia hanya tertawa - tapi tawanya bukanlah berarti ya atau tidak.
He never went to the mosque, he never even uttered the name of God; his whole existence was the argument for the presence of God. If anybody asked him whether God exists or not he simply laughed — but his laughter was neither yes nor no.
Seorang sufi besar – engkau pasti telah mendengar namanya, Al Hilaj Mansur – Ia di bunuh karena ia mengatakan ANA L’HAQ, 'Aku adalah Tuhan'. Jika engkau memasuki misteri terdalam dari kehidupan, engkau bukanlah hanya seorang penyaksi (sesuatu yang melihat), karena si penyaksi selalu ada di luar – engkau menjadi satu dengan kehidupan ini. Engkau tidaklah berenang di sungai kehidupan ini, bukan engkau yang mengapung di sungai kehidupan ini, bukanlah engkau yang berjuang di sungai kehidupan ini. Tidak, tapi engkaulah sungai itu. Seketika engkau menyadari bahwa riak-riak itu adalah bagian dari sungai. Berlaku juga kebalikannya, Sungai itu adalah bagian dari riak-riak itu. Bukan saja kita adalah bagian dari Tuhan, tetapi Tuhan juga adalah bagian dari kita.
A great Sufi – you must have heard his name, Al Hillaj Mansoor – was kill because he said, ‘ANA L’HAQ, I am the God.’ When you penetrate into the mystery of life, it is not that you are an observer, because an observer is always an outsider – you become one with it. It is not that you swim in the river, it is not that you float in the river, it is not that you struggle into the river. No – you become the river. Suddenly you realize the wave is part of the river. And the contrary is also true: that the river is part of the wave. It is not only that we are parts of God – God is also part of us.
Kerinduan manusia terbesar adalah kerinduan pada kebebasan. Setiap
manusia rindu pada kebebasan. Kebebasan adalah inti penting dari
kesadaran manusia: Cinta adalah lingkarannya dan kebebasan adalah
pusatnya. Jika keduanya terpenuhi, hidup tidak akan pernah disesali.
Dan mereka berdua saling melengkapi bersama, tidak pernah terpisah.
Banyak orang yang telah mencoba untuk mengisi cinta tanpa kebebasan.
Lalu cinta itu ternyata membawa lebih banyak kesengsaraan, lebih
banyak belenggu. Kemudian cinta menjadi bukanlah apa yang telah
diharapkan terjadi, tetapi sebaliknya. Ini menghancurkan semua harapan,
dan kehidupan menjadi suatu yang sangat berat dan merusak, seperti
meraba-raba dalam kegelapan dan tidak pernah menemukan pintu.
Cinta tanpa kebebasan secara alami cenderung posesif. Dan saat
memasuki diri posesif ini, Anda mulai menciptakan belenggu bagi orang
lain dan belenggu bagi diri Anda sendiri, karena Anda tidak bisa
memiliki seseorang tanpa Anda dikuasai olehnya. Anda tidak dapat
membuat seseorang menjadi budak tanpa menjadikan diri Anda budak. Apapun
yang Anda lakukan pada orang lain hal sama dilakukan pada diri Anda.
Apapun pengalaman yang terjadi pada kita, kitalah penabur benihnya,
tapi kebanyakan kita menabur benih ini secara tidak sadar, itu sebabnya
kita sering berpikir bahwa kita telah mengalami beberapa pengalaman yang
tidak seharusnya terjadi. Peristiwa kebetulan tidak pernah terjadi,
tidak ada yang kebetulan. Ini adalah keadilan kosmos, bukan sebuah
kekacauan.
Semuanya sesungguhnya didasarkan pada hukum alam yang mendasar: tak
ada pengalaman yang terjadi secara kebetulan. Ya, kadang-kadang tampak
seolah-olah itu sebuah kebetulan, karena kita mengharapkan pengalaman
yang lain. Ini adalah salah satu masalah dalam pikiran manusia yang
harus dipecahkan: kita melakukan satu hal, kita menabur
sebuah benih tapi kita mengharapkan sesuatu yang lain.
Kita menabur benih satu jenis bunga dan kita mengharapkan mendapatkan
beberapa jenis bunga lain, jadi ketika bunga-bunga itu datang, kita
menjadi frustrasi. Tapi bunga itu datang karena benih kita, bukan
karena keinginan kita.
Dalam dunia modern, suatu pencarian besar telah dimulai untuk mencari
inti terdalam dari manusia. Ada baiknya bagi kita untuk memahami
seberapa jauh upaya modern saat ini telah membawa kita.
Pavlov, BF Skinner dan para pemikir behavioris lain, terus berputar
hanya di sekitar tubuh fisik. Mereka berpikir manusia hanyalah tubuh
fisik. Mereka terlalu banyak terlibat dalam rumah pertama, mereka
terlalu banyak terlibat dengan alam materi, sehingga mereka melupakan
segala sesuatu yang lain.
Mereka ini mencoba untuk menjelaskan manusia hanya melalui fenomena
fisik, materi. Sikap ini menjadi hambatan karena mereka kemudian menjadi
tidak terbuka.
Cinta bukanlah sebuah hubungan. Cinta adalah tentang berhubungan,
tetapi bukan sebuah hubungan. Sebuah hubungan adalah sesuatu yang sudah
selesai. Sebuah hubungan adalah kata benda; sudah sampai pada tempat
pemberhentian, bulan madu telah berakhir. Sekarang tidak ada lagi
sukacita, tidak ada lagi antusiasme, sekarang semua sudah selesai. Anda
dapat menjaganya, hanya untuk sekedar menepati janji Anda. Anda dapat
mempertahankannya karena nyaman, menyenangkan, merasa aman. Anda dapat
menjaganya karena tidak ada lagi yang harus dilakukan. Anda bisa
mempertahankannya karena jika Anda mengganggunya, itu akan menciptakan
banyak masalah bagi Anda … Suatu hubungan berarti sesuatu yang lengkap
dan telah selesai.
Cinta tidak pernah merupakan satu hubungan tetap; cinta adalah
tentang berhubungan. Ia selalu seperti sungai, yang terus mengalir, tak
berujung. Cinta tidak pernah mengenal pemberhentian tetap; bulan madu
dimulai tetapi tidak pernah berakhir. Ia tidak seperti membaca sebuah
novel yang dimulai pada titik tertentu dan berakhir pada titik tertentu.
Ini adalah fenomena yang terus berlangsung. Sebuah hubungan bisa
berakhir, cinta tetap berlanjut- ia adalah sebuah kontinum. Ia adalah
kata kerja, bukan kata benda.
Apa pun yang telihat sebagai eksistensi hanyalah fenomena dari
kesadaran, hanya gelombang, hanya kristalisasi dari kesadaran ini – dan
tidak ada yang lain. Tapi ini harus dirasakan. Analisis dapat membantu,
pemahaman intelektual dapat membantu, tapi itu harus dirasakan bahwa
tidak ada yang lain, kecuali kesadaran itu sendiri. Kemudian berperilaku
seolah-olah hanya kesadaran yang eksis.
Saya pernah mendengar kisah tentang Lin Chi, seorang guru Zen. Saat
ia sedang duduk satu hari di gubuk seseorang datang menemuinya. Orang
yang datang itu sedang marah. Dia mungkin baru bertengkar dengan istri
atau dengan bosnya atau sesuatu – tapi dia sangat marah. Dia membuka
pintu dalam kemarahan, ia melemparkan sepatunya dalam kemarahan dan
kemudian ia datang, dengan sangat hormat, dan membungkuk ke Lin Chi. Lin
Chi mengatakan, “Pertama pergi dan mintalah pengampunan dari pintu dan
sepatu itu.” Orang orang menganggap Lin Chi sangat aneh. Ada orang lain
juga duduk di sana dan mereka mulai tertawa. Lin Chi mengatakan,
“Berhenti!” Dan kemudian berkata kepada orang itu, “Jika Anda tidak
melakukannya pergi dari sini. Saya tidak ada urusan dengan Anda. “Orang
itu berkata,” Saya akan terlihat gila meminta pengampunan dari sepatu
dan pintu. “Lin Chi mengatakan,” apakah tidak terlihat gila ketika Anda
mengekspresikan kemarahan. Jadi sekarang saja Anda merasa gila? Segala
sesuatu memiliki kesadaran. Jadi pergilah, dan kecuali jika pintu itu
mengampuni Anda, saya tidak akan membiarkan Anda masuk ke dalam.”
Kekaisaran Islam yang didirikan di Persia, Timur Tengah, Asia Tengah,
Afrika Utara, Iberia, dan wilayah-wilayah India sejak abad 8 telah
memberi sumbangsih signifikan bagi ilmu matematika. Mereka mampu
menyerap dan memadukan perkembangan matematika Yunani dan India.
Konsekuensi dari larangan Islam terhadap pelukisan wujud manusia
adalah meluasnya penggunaan pola-pola geometris rumit untuk mendekorasi
bangunan mereka, mengangkat matematika sebagai bentuk seni. Bahkan,
seiring waktu, para seniman Muslim menemukan beraneka bentuk simetri
yang dapat dilukiskan pada permukaan 2-dimensi.
Beberapa contoh simetri rumit yang dipakai dalam dekorasi masjid.
Dalam buku terbarunya, peraih Hadiah Nobel Steven Weinberg
menggali bagaimana sains menciptakan dunia modern, dan ke mana ia akan
membawa kita.
Steven
Weinberg, fisikawan di Universitas Texas, Austin, memenangkan Hadiah
Nobel pada 1979 atas penelitian yang menjadi batu pijakan fisika
partikel.
Kita boleh anggap sejarah fisika sebagai upaya menyatukan dunia di
sekeliling kita: secara berangsur-angsur, setelah berabad-abad, kita
sampai pada pemahaman bahwa fenomena-fenomena yang kelihatannya tidak
berkaitan ternyata berhubungan erat. Fisikawan Steven Weinberg dari Universitas Texas, Austin, menerima Hadiah Nobel
pada 1979 atas terobosan besar dalam upaya tersebut—menunjukkan
bagaimana elektromagnetisme dan gaya nuklir lemah adalah manifestasi
teori pokok yang sama (dia berbagi Hadiah Nobel dengan Abdus Salam dan
Sheldon Glashow).
Penelitian itu menjadi batu pijakan Standard Model
fisika partikel, [standar] yang menguraikan bagaimana blok-blok
fundamental penyusun alam semesta bersatu membentuk dunia yang kita
lihat.