Saturday, December 17, 2016
Monday, December 12, 2016
Helen Keller - AKU BUTA DAN TULI SEJAK BAYI
A Chant of Darkness
I
Tak berani kubertanya kenapa kami
tak diberi cahaya,
Terhempas ke pulau-pulau sepi di samudra tak terukur,
Terhempas ke pulau-pulau sepi di samudra tak terukur,
Atau bagaimana penglihatan kami
membentuk visi nan indah,
Lalu pudar dan sirna, meninggalkan kami sendiri di gelap buta.
Lalu pudar dan sirna, meninggalkan kami sendiri di gelap buta.
Rahasia Tuhan berdiam di kuil kami;
Dalam rahasia-Nya tak berani kumengintip. Hanya ini kutahu:
Dalam rahasia-Nya tak berani kumengintip. Hanya ini kutahu:
Dengan-Nya ada kekuatan, bersama-Nya
ada hikmat,
Dan hikmat-Nya meletakkan kegelapan di atas jalan kami.
Dan hikmat-Nya meletakkan kegelapan di atas jalan kami.
Dari gelap yang tak terpeta dan
terkira kami tiba,
Dan tak lama lagi kami akan kembali
Kepada gelap yang luas dan abadi.
Dan tak lama lagi kami akan kembali
Kepada gelap yang luas dan abadi.
Melihat
Tak
ada realitas selain realitas di dalam dirimu sendiri. Kemanapun kamu
memandang keluar dirimu, kamu hanya akan kembali melihat dirimu sendiri.
Keadaan ini tidak akan terjadi selama kita masih hidup dalam penjara
yang kita buat sendiri. Penjara itu bernama pikiran. Pikiran adalah
ilusi terbesar dalam diri manusia. Jika pikiran seorang manusia telah
jernih, ia pun akan dapat melihat wajah-Nya dimana-mana.
“When you see a flower, let your whole being become the eye.
When you look at a flower, do not think.
Let the total consciousness either see or hear or smell or taste or touch.
Then invisible becomes visible’’. ~ Osho
"Ketika anda melihat sebuah bunga, biarkan seluruh keberadaan anda menjadi mata.
Ketika anda melihat sebuah bunga, tidak berpikir.
Biarkan kesadaran total baik melihat atau mendengar atau bau atau rasa atau sentuhan.
Kemudian takterlihat menjadi terlihat".
Sunday, December 11, 2016
Amanah Ilahi - Kebaikan yang Dipercayakan
Oleh : Rumi
Bahaya terbesar dan dalam arti tertentu juga dosa terbesar bagi manusia terletak di dalam kecenderungan untuk meninggalkan bagian ruhaniahnya, melupakan bahwa ia “dihormati oleh Tuhan.”
Mereka begitu sibuk dengan urusan-urusan duniawinya sehingga lupa untuk mengembangkan dirinya yang sejati, bagian yang diberikan sebagai hadiah istimewa dari Tuhan, yang “ditiupkan kepadanya dari nafas-Nya sendiri (Q.S. 15: 29), seperti dinyatakan Alquran beberapa kali. Amanah Ilahi, “kebaikan yang dipercayakan” itulah unsur yang paling penting dan pada saat yang sama paling membahayakan di dalam manusia, seperti dikatakan Q.S. 33: 72 “Sesungguhnya Kami menawarkan amanah kepada gunung-gunung dan langit dan tanah dan mereka tidak menerimanya, tetapi manusia menerimanya, dan sesungguhnya ia bebal, kejam.”
Bahaya terbesar dan dalam arti tertentu juga dosa terbesar bagi manusia terletak di dalam kecenderungan untuk meninggalkan bagian ruhaniahnya, melupakan bahwa ia “dihormati oleh Tuhan.”
Mereka begitu sibuk dengan urusan-urusan duniawinya sehingga lupa untuk mengembangkan dirinya yang sejati, bagian yang diberikan sebagai hadiah istimewa dari Tuhan, yang “ditiupkan kepadanya dari nafas-Nya sendiri (Q.S. 15: 29), seperti dinyatakan Alquran beberapa kali. Amanah Ilahi, “kebaikan yang dipercayakan” itulah unsur yang paling penting dan pada saat yang sama paling membahayakan di dalam manusia, seperti dikatakan Q.S. 33: 72 “Sesungguhnya Kami menawarkan amanah kepada gunung-gunung dan langit dan tanah dan mereka tidak menerimanya, tetapi manusia menerimanya, dan sesungguhnya ia bebal, kejam.”
Jalan Cahaya
“Ragukan semuanya. Temukan Cahaya anda sendiri.
Jalan bukanlah dilangit bukan pula ditempat lainnya.
Jalan adalah di hati.
Jalan bukanlah dilangit bukan pula ditempat lainnya.
Jalan adalah di hati.
Rahasia spiritualitas sebenarnya
adalah untuk menghapus semua ide, semua konsep, agar Kebenaran memiliki kesempatan untuk menembus, untuk mengungkapkan Dirinya
sendiri.
Semuanya adalah referensi belaka.
Pengalaman sejati adalah hidup anda sendiri.
Kata-kata suci yang paling suci pun hanyalah kata-kata.
Pengalaman langsung adalah apa yang diinginkan oleh jiwamu”. ____Unknown
Pengalaman sejati adalah hidup anda sendiri.
Kata-kata suci yang paling suci pun hanyalah kata-kata.
Pengalaman langsung adalah apa yang diinginkan oleh jiwamu”. ____Unknown
Saturday, December 10, 2016
Mata Ketiga
Kelenjar Pineal merupakan sebuah kelenjar kecil berbentuk kerucut
(juga disebut Conarium atau epiphysis Cerebri), seukuran kacang polong,
yang terletak di bagian belakang otak depan. Ia mengeluarkan hormon
melatonin, yang membantu mengatur jam biologis tubuh atau ritme
sirkadian. Sekresi melatonin dipengaruhi oleh persepsi cahaya oleh
retina, dan akan mencapai puncaknya di malam hari dan berkurang pada
siang hari.
Tradisi esoteris menghubungkan kelenjar pineal kepada “mata ketiga” yang misterius, baik dalam arti fisik dan makna ekstrasensor. Helena P. Blavatsky menegaskan bahwa kelenjar pineal pernah digunakan sebagai mata fisik, sebagaimana dibuktikan oleh kadal Selandia Baru yang disebut Hatteria punctata yang masih memiliki mata ini dalam keadaan berhenti berkembang.
Menurut Annie Besant, kelenjar pineal terhubung dengan salah satu cakra yang ada di dalam tubuh astral melalui tubuh mental, dan berfungsi sebagai organ fisik untuk transmisi pemikiran dari satu otak ke yang lain, dalam telepati (A Study in di Consciousness , p. 259).
Tradisi esoteris menghubungkan kelenjar pineal kepada “mata ketiga” yang misterius, baik dalam arti fisik dan makna ekstrasensor. Helena P. Blavatsky menegaskan bahwa kelenjar pineal pernah digunakan sebagai mata fisik, sebagaimana dibuktikan oleh kadal Selandia Baru yang disebut Hatteria punctata yang masih memiliki mata ini dalam keadaan berhenti berkembang.
Menurut Annie Besant, kelenjar pineal terhubung dengan salah satu cakra yang ada di dalam tubuh astral melalui tubuh mental, dan berfungsi sebagai organ fisik untuk transmisi pemikiran dari satu otak ke yang lain, dalam telepati (A Study in di Consciousness , p. 259).
Dua Tanda Pencerahan
Deepak Chopra
Menurut Vedanta, hanya ada dua tanda-tanda pencerahan, dua indikasi bahwa transformasi telah mengambil tempat pada dirimu kearah kesadaran yang lebih tinggi. Tanda pertama adalah engkau berhenti merasa khawatir. Kini semua hal itu tidak mengganggumu lagi. Engkau memiliki hati yang ringan dan penuh dengan suka cita. Tanda yang kedua adalah engkau semakin sering menemui kebetulan-kebetulan yang bermakna di dalam hidupmu dan semakin sering pula sinkronisasi terjadi. Dan ini adalah akselerasi pada titik dimana engkau akan benar-benar mengalami keajaiban-keajaiban…
Sinkronisasi
Keseluruhan alam semesta terkandung dalam setiap titik sama seperti halnya keseluruhan samudera itu tercermin dalam setiap tetes di dalam kedalamannya. Dalam vedanta wawasan ini diekpresikan sebagai ”Apa yang ada di sini ada di mana mana, dan apa yang tidak ada disini tidak ada dimana mana”.
Menurut Vedanta, hanya ada dua tanda-tanda pencerahan, dua indikasi bahwa transformasi telah mengambil tempat pada dirimu kearah kesadaran yang lebih tinggi. Tanda pertama adalah engkau berhenti merasa khawatir. Kini semua hal itu tidak mengganggumu lagi. Engkau memiliki hati yang ringan dan penuh dengan suka cita. Tanda yang kedua adalah engkau semakin sering menemui kebetulan-kebetulan yang bermakna di dalam hidupmu dan semakin sering pula sinkronisasi terjadi. Dan ini adalah akselerasi pada titik dimana engkau akan benar-benar mengalami keajaiban-keajaiban…
Sinkronisasi
Keseluruhan alam semesta terkandung dalam setiap titik sama seperti halnya keseluruhan samudera itu tercermin dalam setiap tetes di dalam kedalamannya. Dalam vedanta wawasan ini diekpresikan sebagai ”Apa yang ada di sini ada di mana mana, dan apa yang tidak ada disini tidak ada dimana mana”.
Friday, December 9, 2016
Cinta Manusia dan Cinta Ilahi
Dulu saya tidak mengerti…sekarang saya
Mengerti… Cinta akan berakhir Bahagia…Cinta akan Selalu berakhir
Bahagia…dulu saya pikir, Cinta adalah kondisi-kondisi yang
menyertainya…Pasang surutnya…Kegembiraan Kesedihannya…Suka
Dukanya…ternyata bukan…bahkan juga bukan bersatu ataupun Berpisah…Cinta
bukan itu semua….Cinta sesungguhnya akan Berakhir Bahagia…apapun
kondisinya…apapun situasinya… Cinta akan Selalu Berakhir Bahagia…
-Master Ivan Prapanza-
Jika kita tidak bersabar ketika berada dalam musim dingin, maka kita
akan kehilangan keindahan musim semi yang cantik, kehangatan musim panas
yang menjanjikan harapan. Dan kita tidak akan memanen hasil pada musim
gugur. Kegelapan malam tidak selamanya bertahan, esok akan ada fajar
yang mengusir kegelapan. Ada harapan ada kegembiraan, dan tersenyumlah.The Walled Garden of Truth by Hakim Sanai
OSHO tentang Mistikus Sufi, Hakim Sanai
Hakim Sanai: Bagiku nama ini semanis madu, semanis nektar. Hakim Sanai sangat unik, Unik di dalam dunia Sufi. Tidak ada sufi lain yang mampu mencapai ketinggian ekspresi dan kedalaman pemahaman seperti yang telah ia capai. Hakim Sanai telah mampu melakukan hal-hal yang hampir tidak mungkin.
Jika saya harus menyelamatkan dua buku dari dunia para mistikus, maka buku itu adalah yang berikut ini. Yang satu adalah buku dari dunia Zen, jalan kesadaran: HSIN HSIN MING karya SOSAN. Yang mana saya telah berbicara mengenai ini (Baca : HSIN HSIN MING) yang isinya adalah intisari dari Zen, jalan kesadaran dan meditasi. Buku yang lainnya atau yang kedua adalah buku dari HAKIM SANAI yang berjudul HADIQATU’L HAQIQAT: Taman kebenaran yang terpagari (The Walled Garden of Truth) atau dalam singkatnya, HADIQA; sang Taman. Kita akan membahas buku ini pada hari ini.
Hakim Sanai: Bagiku nama ini semanis madu, semanis nektar. Hakim Sanai sangat unik, Unik di dalam dunia Sufi. Tidak ada sufi lain yang mampu mencapai ketinggian ekspresi dan kedalaman pemahaman seperti yang telah ia capai. Hakim Sanai telah mampu melakukan hal-hal yang hampir tidak mungkin.
Jika saya harus menyelamatkan dua buku dari dunia para mistikus, maka buku itu adalah yang berikut ini. Yang satu adalah buku dari dunia Zen, jalan kesadaran: HSIN HSIN MING karya SOSAN. Yang mana saya telah berbicara mengenai ini (Baca : HSIN HSIN MING) yang isinya adalah intisari dari Zen, jalan kesadaran dan meditasi. Buku yang lainnya atau yang kedua adalah buku dari HAKIM SANAI yang berjudul HADIQATU’L HAQIQAT: Taman kebenaran yang terpagari (The Walled Garden of Truth) atau dalam singkatnya, HADIQA; sang Taman. Kita akan membahas buku ini pada hari ini.
Ibnu Arabi
Ibnu Arabi dikenal sebagai penulis paling produktif pada zamannya.
Karyanya mencapai 200 buah. Sebagian menyebut jumlah lebih dari itu.
Muhammad Qajjah, direktur kebudayaan Suriah mengatakan : “Huwa Aghzar
Muallif fi Tarikh al Fikr al Islami bal la nubaaligh idza Qulna fi al al
Tarikh al Basyari” (dialah penulis paling subur dalam sejarah pemikiran
Islam bahkan tidak berlebihan jika saya katakan dalam sejarah pemikiran
manusia).
Karya-karya Ibnu Arabi baik dalam bentuk prosa, puisi maupun “tausyihat”, kebanyakan ditulis dalam bahasa Persia. Sebagian lain dalam bahasa Arab.
Sedemikian rumitnya memahami karya-karya Ibnu Arabi, sebagian orang meragukan bahwa karya-karyanya tidak dihasilkan dari kesungguhan mental dan intelektual, melainkan dari ilham dan pengalaman mistiknya.
Karya-karya Ibnu Arabi baik dalam bentuk prosa, puisi maupun “tausyihat”, kebanyakan ditulis dalam bahasa Persia. Sebagian lain dalam bahasa Arab.
Sedemikian rumitnya memahami karya-karya Ibnu Arabi, sebagian orang meragukan bahwa karya-karyanya tidak dihasilkan dari kesungguhan mental dan intelektual, melainkan dari ilham dan pengalaman mistiknya.
Cinta Ibnu Arabi Kepada Perempuan
Buku Tarjuman al Asywaq
Buku Tarjuman al Asywaq (Tafsir Kerinduan) berisi kumpulan (kompilasi) puisi dengan komposisi notasi yang beragam. Para santri dapat menyanyikannya dengan langgam lagu (bahar) yang berbeda-beda: Thawil, Kamil, Wafir dan lain-lain. Tidak diketahui secara pasti apakah buku ini ditulis mendahului dua buku besar di atas atau sesudahnya. Meski penting untuk ditelusuri, namun yang paling penting dari itu adalah bahwa dalam buku ini Ibnu Arabi memperlihatkan konsistensi atas gagasan-gagasan besarnya, sebagaimana akan diketahui kemudian.
Tarjuman al Asywaq ditulis ketika dia bermukim di Makkah, tahun 597 H/1214 M. Di kota suci kaum muslimin ini dia bertemu dengan sejumlah ulama besar, para sufi dan sastrawan terkemuka, laki-laki dan perempuan. Mereka adalah orang-orang yang menjalani hidupnya dengan serius. Ibnu Arabi banyak menimba ilmu dari mereka. Tetapi perhatiannya tertumbuk pada beberapa orang perempuan “suci”. Dalam pendahuluan buku ini dia menyebut tiga orang perempuan. Pertama, Fakhr al Nisa, saudara perempuan Syeikh Abu Syuja’ bin Rustam bin Abi Raja al Ishbihani. Perempuan ini adalah sufi terkemuka dan idola para ulama laki-laki dan perempuan. Kepadanya dia mengaji kitab hadits; “Sunan Tirmizi”. Kedua, Qurrah al ‘Ain. Pertemuannya dengan perempuan ini terjadi ketika Ibnu Arabi tengah asyik Tawaf, memutari Ka’bah.
Buku Tarjuman al Asywaq (Tafsir Kerinduan) berisi kumpulan (kompilasi) puisi dengan komposisi notasi yang beragam. Para santri dapat menyanyikannya dengan langgam lagu (bahar) yang berbeda-beda: Thawil, Kamil, Wafir dan lain-lain. Tidak diketahui secara pasti apakah buku ini ditulis mendahului dua buku besar di atas atau sesudahnya. Meski penting untuk ditelusuri, namun yang paling penting dari itu adalah bahwa dalam buku ini Ibnu Arabi memperlihatkan konsistensi atas gagasan-gagasan besarnya, sebagaimana akan diketahui kemudian.
Tarjuman al Asywaq ditulis ketika dia bermukim di Makkah, tahun 597 H/1214 M. Di kota suci kaum muslimin ini dia bertemu dengan sejumlah ulama besar, para sufi dan sastrawan terkemuka, laki-laki dan perempuan. Mereka adalah orang-orang yang menjalani hidupnya dengan serius. Ibnu Arabi banyak menimba ilmu dari mereka. Tetapi perhatiannya tertumbuk pada beberapa orang perempuan “suci”. Dalam pendahuluan buku ini dia menyebut tiga orang perempuan. Pertama, Fakhr al Nisa, saudara perempuan Syeikh Abu Syuja’ bin Rustam bin Abi Raja al Ishbihani. Perempuan ini adalah sufi terkemuka dan idola para ulama laki-laki dan perempuan. Kepadanya dia mengaji kitab hadits; “Sunan Tirmizi”. Kedua, Qurrah al ‘Ain. Pertemuannya dengan perempuan ini terjadi ketika Ibnu Arabi tengah asyik Tawaf, memutari Ka’bah.
Jalan Sufisme
Ibn el Arabi memberitahu para pengikutnya bahwa ada tiga bentuk
pengetahuan: pengetahuan intelektual, atau kumpulan fakta; pengetahuan
tentang keadaan, atau memiliki “perasaan spritual”; dan pengetahuan
tentang realitas sejati yang mendasari segala sesuatu. Tentang bentuk
pengetahuan yang ketiga ia menulis:
“Untuk pengetahuan jenis ini tidak ada bukti akademisnya di dunia ini; Karena pengetahuan ini tersembunyi, tersembunyi dan tersembunyi”.
Sekarang ini ada banyak organisasi sufi yang berada dibawah naungan islam, tetapi ajaran sufi selalu tidak menitikberatkan pentingnya struktur formal, termasuk agama yang terorganisasi, mereka justru menempatkan perkembangan individual di atas segalanya. Penekanan inilah - kebenaran diatas bentuk, personal di atas institusional - yang memungkinkan pemikiran sufi muncul berulang-ulang sepanjang sejarah.
“Untuk pengetahuan jenis ini tidak ada bukti akademisnya di dunia ini; Karena pengetahuan ini tersembunyi, tersembunyi dan tersembunyi”.
Sekarang ini ada banyak organisasi sufi yang berada dibawah naungan islam, tetapi ajaran sufi selalu tidak menitikberatkan pentingnya struktur formal, termasuk agama yang terorganisasi, mereka justru menempatkan perkembangan individual di atas segalanya. Penekanan inilah - kebenaran diatas bentuk, personal di atas institusional - yang memungkinkan pemikiran sufi muncul berulang-ulang sepanjang sejarah.
Monday, December 5, 2016
Sufi Mistik yang Hilang dalam Tarian: DISAPPEAR IN DANCE
Seorang Sufi mistik begitu penuh cinta, dan begitu penuh sukacita - Seluruh hidupnya adalah tawa, musik, tarian. Dan diceritakan bahwa Tuhan menjadi sangat tertarik kepadanya karena ia tidak pernah meminta apa-apa, ia tidak pernah berdoa. Seluruh hidupnya adalah doa, tidak ada kebutuhan lagi untuk berdoa.
One Sufi mystic was so full of love, and so full of joy — his whole life was laughter, music, dancing. And the story says God became very interested in him because he never asked anything, he never prayed. His whole life was a prayer, there was no need to pray.
Dia tidak pernah pergi ke masjid, ia bahkan tidak pernah menyebut nama Tuhan; Seluruh keberadaannya adalah argumen keberadaan Tuhan. Jika ada yang menanyakan Tuhan itu ada atau tidak, ia hanya tertawa - tapi tawanya bukanlah berarti ya atau tidak.
He never went to the mosque, he never even uttered the name of God; his whole existence was the argument for the presence of God. If anybody asked him whether God exists or not he simply laughed — but his laughter was neither yes nor no.
One Sufi mystic was so full of love, and so full of joy — his whole life was laughter, music, dancing. And the story says God became very interested in him because he never asked anything, he never prayed. His whole life was a prayer, there was no need to pray.
Dia tidak pernah pergi ke masjid, ia bahkan tidak pernah menyebut nama Tuhan; Seluruh keberadaannya adalah argumen keberadaan Tuhan. Jika ada yang menanyakan Tuhan itu ada atau tidak, ia hanya tertawa - tapi tawanya bukanlah berarti ya atau tidak.
He never went to the mosque, he never even uttered the name of God; his whole existence was the argument for the presence of God. If anybody asked him whether God exists or not he simply laughed — but his laughter was neither yes nor no.
Seluruh Kehidupan Ini Adalah Sebuah Tarian: The Whole Life Is A Dance
Seorang sufi besar – engkau pasti telah mendengar namanya, Al Hilaj Mansur – Ia di bunuh karena ia mengatakan ANA L’HAQ, 'Aku adalah Tuhan'. Jika engkau memasuki misteri terdalam dari kehidupan, engkau bukanlah hanya seorang penyaksi (sesuatu yang melihat), karena si penyaksi selalu ada di luar – engkau menjadi satu dengan kehidupan ini. Engkau tidaklah berenang di sungai kehidupan ini, bukan engkau yang mengapung di sungai kehidupan ini, bukanlah engkau yang berjuang di sungai kehidupan ini. Tidak, tapi engkaulah sungai itu. Seketika engkau menyadari bahwa riak-riak itu adalah bagian dari sungai. Berlaku juga kebalikannya, Sungai itu adalah bagian dari riak-riak itu. Bukan saja kita adalah bagian dari Tuhan, tetapi Tuhan juga adalah bagian dari kita.
A great Sufi – you must have heard his name, Al Hillaj Mansoor – was kill because he said, ‘ANA L’HAQ, I am the God.’ When you penetrate into the mystery of life, it is not that you are an observer, because an observer is always an outsider – you become one with it. It is not that you swim in the river, it is not that you float in the river, it is not that you struggle into the river. No – you become the river. Suddenly you realize the wave is part of the river. And the contrary is also true: that the river is part of the wave. It is not only that we are parts of God – God is also part of us.
A great Sufi – you must have heard his name, Al Hillaj Mansoor – was kill because he said, ‘ANA L’HAQ, I am the God.’ When you penetrate into the mystery of life, it is not that you are an observer, because an observer is always an outsider – you become one with it. It is not that you swim in the river, it is not that you float in the river, it is not that you struggle into the river. No – you become the river. Suddenly you realize the wave is part of the river. And the contrary is also true: that the river is part of the wave. It is not only that we are parts of God – God is also part of us.
Cinta dan Kebebasan
Oleh : Osho
Kerinduan manusia terbesar adalah kerinduan pada kebebasan. Setiap manusia rindu pada kebebasan. Kebebasan adalah inti penting dari kesadaran manusia: Cinta adalah lingkarannya dan kebebasan adalah pusatnya. Jika keduanya terpenuhi, hidup tidak akan pernah disesali. Dan mereka berdua saling melengkapi bersama, tidak pernah terpisah.
Banyak orang yang telah mencoba untuk mengisi cinta tanpa kebebasan. Lalu cinta itu ternyata membawa lebih banyak kesengsaraan, lebih banyak belenggu. Kemudian cinta menjadi bukanlah apa yang telah diharapkan terjadi, tetapi sebaliknya. Ini menghancurkan semua harapan, dan kehidupan menjadi suatu yang sangat berat dan merusak, seperti meraba-raba dalam kegelapan dan tidak pernah menemukan pintu.
Cinta tanpa kebebasan secara alami cenderung posesif. Dan saat memasuki diri posesif ini, Anda mulai menciptakan belenggu bagi orang lain dan belenggu bagi diri Anda sendiri, karena Anda tidak bisa memiliki seseorang tanpa Anda dikuasai olehnya. Anda tidak dapat membuat seseorang menjadi budak tanpa menjadikan diri Anda budak. Apapun yang Anda lakukan pada orang lain hal sama dilakukan pada diri Anda.
Kerinduan manusia terbesar adalah kerinduan pada kebebasan. Setiap manusia rindu pada kebebasan. Kebebasan adalah inti penting dari kesadaran manusia: Cinta adalah lingkarannya dan kebebasan adalah pusatnya. Jika keduanya terpenuhi, hidup tidak akan pernah disesali. Dan mereka berdua saling melengkapi bersama, tidak pernah terpisah.
Banyak orang yang telah mencoba untuk mengisi cinta tanpa kebebasan. Lalu cinta itu ternyata membawa lebih banyak kesengsaraan, lebih banyak belenggu. Kemudian cinta menjadi bukanlah apa yang telah diharapkan terjadi, tetapi sebaliknya. Ini menghancurkan semua harapan, dan kehidupan menjadi suatu yang sangat berat dan merusak, seperti meraba-raba dalam kegelapan dan tidak pernah menemukan pintu.
Cinta tanpa kebebasan secara alami cenderung posesif. Dan saat memasuki diri posesif ini, Anda mulai menciptakan belenggu bagi orang lain dan belenggu bagi diri Anda sendiri, karena Anda tidak bisa memiliki seseorang tanpa Anda dikuasai olehnya. Anda tidak dapat membuat seseorang menjadi budak tanpa menjadikan diri Anda budak. Apapun yang Anda lakukan pada orang lain hal sama dilakukan pada diri Anda.
Ketika Anda Menabur
Oleh : Osho
Apapun pengalaman yang terjadi pada kita, kitalah penabur benihnya, tapi kebanyakan kita menabur benih ini secara tidak sadar, itu sebabnya kita sering berpikir bahwa kita telah mengalami beberapa pengalaman yang tidak seharusnya terjadi. Peristiwa kebetulan tidak pernah terjadi, tidak ada yang kebetulan. Ini adalah keadilan kosmos, bukan sebuah kekacauan.
Semuanya sesungguhnya didasarkan pada hukum alam yang mendasar: tak ada pengalaman yang terjadi secara kebetulan. Ya, kadang-kadang tampak seolah-olah itu sebuah kebetulan, karena kita mengharapkan pengalaman yang lain. Ini adalah salah satu masalah dalam pikiran manusia yang harus dipecahkan: kita melakukan satu hal, kita menabur sebuah benih tapi kita mengharapkan sesuatu yang lain.
Kita menabur benih satu jenis bunga dan kita mengharapkan mendapatkan beberapa jenis bunga lain, jadi ketika bunga-bunga itu datang, kita menjadi frustrasi. Tapi bunga itu datang karena benih kita, bukan karena keinginan kita.
Apapun pengalaman yang terjadi pada kita, kitalah penabur benihnya, tapi kebanyakan kita menabur benih ini secara tidak sadar, itu sebabnya kita sering berpikir bahwa kita telah mengalami beberapa pengalaman yang tidak seharusnya terjadi. Peristiwa kebetulan tidak pernah terjadi, tidak ada yang kebetulan. Ini adalah keadilan kosmos, bukan sebuah kekacauan.
Semuanya sesungguhnya didasarkan pada hukum alam yang mendasar: tak ada pengalaman yang terjadi secara kebetulan. Ya, kadang-kadang tampak seolah-olah itu sebuah kebetulan, karena kita mengharapkan pengalaman yang lain. Ini adalah salah satu masalah dalam pikiran manusia yang harus dipecahkan: kita melakukan satu hal, kita menabur sebuah benih tapi kita mengharapkan sesuatu yang lain.
Kita menabur benih satu jenis bunga dan kita mengharapkan mendapatkan beberapa jenis bunga lain, jadi ketika bunga-bunga itu datang, kita menjadi frustrasi. Tapi bunga itu datang karena benih kita, bukan karena keinginan kita.
Jangan Terpaku Pada Tubuh Anda
Oleh: Osho
Dalam dunia modern, suatu pencarian besar telah dimulai untuk mencari inti terdalam dari manusia. Ada baiknya bagi kita untuk memahami seberapa jauh upaya modern saat ini telah membawa kita.
Pavlov, BF Skinner dan para pemikir behavioris lain, terus berputar hanya di sekitar tubuh fisik. Mereka berpikir manusia hanyalah tubuh fisik. Mereka terlalu banyak terlibat dalam rumah pertama, mereka terlalu banyak terlibat dengan alam materi, sehingga mereka melupakan segala sesuatu yang lain.
Mereka ini mencoba untuk menjelaskan manusia hanya melalui fenomena fisik, materi. Sikap ini menjadi hambatan karena mereka kemudian menjadi tidak terbuka.
Bulan Madu yang Tidak Pernah Berakhir
Oleh: Osho
Cinta bukanlah sebuah hubungan. Cinta adalah tentang berhubungan, tetapi bukan sebuah hubungan. Sebuah hubungan adalah sesuatu yang sudah selesai. Sebuah hubungan adalah kata benda; sudah sampai pada tempat pemberhentian, bulan madu telah berakhir. Sekarang tidak ada lagi sukacita, tidak ada lagi antusiasme, sekarang semua sudah selesai. Anda dapat menjaganya, hanya untuk sekedar menepati janji Anda. Anda dapat mempertahankannya karena nyaman, menyenangkan, merasa aman. Anda dapat menjaganya karena tidak ada lagi yang harus dilakukan. Anda bisa mempertahankannya karena jika Anda mengganggunya, itu akan menciptakan banyak masalah bagi Anda … Suatu hubungan berarti sesuatu yang lengkap dan telah selesai.
Cinta tidak pernah merupakan satu hubungan tetap; cinta adalah tentang berhubungan. Ia selalu seperti sungai, yang terus mengalir, tak berujung. Cinta tidak pernah mengenal pemberhentian tetap; bulan madu dimulai tetapi tidak pernah berakhir. Ia tidak seperti membaca sebuah novel yang dimulai pada titik tertentu dan berakhir pada titik tertentu. Ini adalah fenomena yang terus berlangsung. Sebuah hubungan bisa berakhir, cinta tetap berlanjut- ia adalah sebuah kontinum. Ia adalah kata kerja, bukan kata benda.
Cinta bukanlah sebuah hubungan. Cinta adalah tentang berhubungan, tetapi bukan sebuah hubungan. Sebuah hubungan adalah sesuatu yang sudah selesai. Sebuah hubungan adalah kata benda; sudah sampai pada tempat pemberhentian, bulan madu telah berakhir. Sekarang tidak ada lagi sukacita, tidak ada lagi antusiasme, sekarang semua sudah selesai. Anda dapat menjaganya, hanya untuk sekedar menepati janji Anda. Anda dapat mempertahankannya karena nyaman, menyenangkan, merasa aman. Anda dapat menjaganya karena tidak ada lagi yang harus dilakukan. Anda bisa mempertahankannya karena jika Anda mengganggunya, itu akan menciptakan banyak masalah bagi Anda … Suatu hubungan berarti sesuatu yang lengkap dan telah selesai.
Cinta tidak pernah merupakan satu hubungan tetap; cinta adalah tentang berhubungan. Ia selalu seperti sungai, yang terus mengalir, tak berujung. Cinta tidak pernah mengenal pemberhentian tetap; bulan madu dimulai tetapi tidak pernah berakhir. Ia tidak seperti membaca sebuah novel yang dimulai pada titik tertentu dan berakhir pada titik tertentu. Ini adalah fenomena yang terus berlangsung. Sebuah hubungan bisa berakhir, cinta tetap berlanjut- ia adalah sebuah kontinum. Ia adalah kata kerja, bukan kata benda.
Semuanya Hidup, Semuanya Sadar
Oleh: Osho
Apa pun yang telihat sebagai eksistensi hanyalah fenomena dari kesadaran, hanya gelombang, hanya kristalisasi dari kesadaran ini – dan tidak ada yang lain. Tapi ini harus dirasakan. Analisis dapat membantu, pemahaman intelektual dapat membantu, tapi itu harus dirasakan bahwa tidak ada yang lain, kecuali kesadaran itu sendiri. Kemudian berperilaku seolah-olah hanya kesadaran yang eksis.
Saya pernah mendengar kisah tentang Lin Chi, seorang guru Zen. Saat ia sedang duduk satu hari di gubuk seseorang datang menemuinya. Orang yang datang itu sedang marah. Dia mungkin baru bertengkar dengan istri atau dengan bosnya atau sesuatu – tapi dia sangat marah. Dia membuka pintu dalam kemarahan, ia melemparkan sepatunya dalam kemarahan dan kemudian ia datang, dengan sangat hormat, dan membungkuk ke Lin Chi. Lin Chi mengatakan, “Pertama pergi dan mintalah pengampunan dari pintu dan sepatu itu.” Orang orang menganggap Lin Chi sangat aneh. Ada orang lain juga duduk di sana dan mereka mulai tertawa. Lin Chi mengatakan, “Berhenti!” Dan kemudian berkata kepada orang itu, “Jika Anda tidak melakukannya pergi dari sini. Saya tidak ada urusan dengan Anda. “Orang itu berkata,” Saya akan terlihat gila meminta pengampunan dari sepatu dan pintu. “Lin Chi mengatakan,” apakah tidak terlihat gila ketika Anda mengekspresikan kemarahan. Jadi sekarang saja Anda merasa gila? Segala sesuatu memiliki kesadaran. Jadi pergilah, dan kecuali jika pintu itu mengampuni Anda, saya tidak akan membiarkan Anda masuk ke dalam.”
Apa pun yang telihat sebagai eksistensi hanyalah fenomena dari kesadaran, hanya gelombang, hanya kristalisasi dari kesadaran ini – dan tidak ada yang lain. Tapi ini harus dirasakan. Analisis dapat membantu, pemahaman intelektual dapat membantu, tapi itu harus dirasakan bahwa tidak ada yang lain, kecuali kesadaran itu sendiri. Kemudian berperilaku seolah-olah hanya kesadaran yang eksis.
Saya pernah mendengar kisah tentang Lin Chi, seorang guru Zen. Saat ia sedang duduk satu hari di gubuk seseorang datang menemuinya. Orang yang datang itu sedang marah. Dia mungkin baru bertengkar dengan istri atau dengan bosnya atau sesuatu – tapi dia sangat marah. Dia membuka pintu dalam kemarahan, ia melemparkan sepatunya dalam kemarahan dan kemudian ia datang, dengan sangat hormat, dan membungkuk ke Lin Chi. Lin Chi mengatakan, “Pertama pergi dan mintalah pengampunan dari pintu dan sepatu itu.” Orang orang menganggap Lin Chi sangat aneh. Ada orang lain juga duduk di sana dan mereka mulai tertawa. Lin Chi mengatakan, “Berhenti!” Dan kemudian berkata kepada orang itu, “Jika Anda tidak melakukannya pergi dari sini. Saya tidak ada urusan dengan Anda. “Orang itu berkata,” Saya akan terlihat gila meminta pengampunan dari sepatu dan pintu. “Lin Chi mengatakan,” apakah tidak terlihat gila ketika Anda mengekspresikan kemarahan. Jadi sekarang saja Anda merasa gila? Segala sesuatu memiliki kesadaran. Jadi pergilah, dan kecuali jika pintu itu mengampuni Anda, saya tidak akan membiarkan Anda masuk ke dalam.”
Matematika
(Sumber: www.storyofmathematics.com)
Kekaisaran Islam yang didirikan di Persia, Timur Tengah, Asia Tengah, Afrika Utara, Iberia, dan wilayah-wilayah India sejak abad 8 telah memberi sumbangsih signifikan bagi ilmu matematika. Mereka mampu menyerap dan memadukan perkembangan matematika Yunani dan India.
Konsekuensi dari larangan Islam terhadap pelukisan wujud manusia adalah meluasnya penggunaan pola-pola geometris rumit untuk mendekorasi bangunan mereka, mengangkat matematika sebagai bentuk seni. Bahkan, seiring waktu, para seniman Muslim menemukan beraneka bentuk simetri yang dapat dilukiskan pada permukaan 2-dimensi.
Kekaisaran Islam yang didirikan di Persia, Timur Tengah, Asia Tengah, Afrika Utara, Iberia, dan wilayah-wilayah India sejak abad 8 telah memberi sumbangsih signifikan bagi ilmu matematika. Mereka mampu menyerap dan memadukan perkembangan matematika Yunani dan India.
Konsekuensi dari larangan Islam terhadap pelukisan wujud manusia adalah meluasnya penggunaan pola-pola geometris rumit untuk mendekorasi bangunan mereka, mengangkat matematika sebagai bentuk seni. Bahkan, seiring waktu, para seniman Muslim menemukan beraneka bentuk simetri yang dapat dilukiskan pada permukaan 2-dimensi.
Sunday, December 4, 2016
Jalan Sains Dari Mitos Menuju Multiverse
Oleh: Dan Falk
17 Maret 2015
(Sumber: www.quantamagazine.org)
Dalam buku terbarunya, peraih Hadiah Nobel Steven Weinberg menggali bagaimana sains menciptakan dunia modern, dan ke mana ia akan membawa kita.
Steven Weinberg, fisikawan di Universitas Texas, Austin, memenangkan Hadiah Nobel pada 1979 atas penelitian yang menjadi batu pijakan fisika partikel.
Kita boleh anggap sejarah fisika sebagai upaya menyatukan dunia di sekeliling kita: secara berangsur-angsur, setelah berabad-abad, kita sampai pada pemahaman bahwa fenomena-fenomena yang kelihatannya tidak berkaitan ternyata berhubungan erat. Fisikawan Steven Weinberg dari Universitas Texas, Austin, menerima Hadiah Nobel pada 1979 atas terobosan besar dalam upaya tersebut—menunjukkan bagaimana elektromagnetisme dan gaya nuklir lemah adalah manifestasi teori pokok yang sama (dia berbagi Hadiah Nobel dengan Abdus Salam dan Sheldon Glashow).
Penelitian itu menjadi batu pijakan Standard Model fisika partikel, [standar] yang menguraikan bagaimana blok-blok fundamental penyusun alam semesta bersatu membentuk dunia yang kita lihat.
17 Maret 2015
(Sumber: www.quantamagazine.org)
Dalam buku terbarunya, peraih Hadiah Nobel Steven Weinberg menggali bagaimana sains menciptakan dunia modern, dan ke mana ia akan membawa kita.
Steven Weinberg, fisikawan di Universitas Texas, Austin, memenangkan Hadiah Nobel pada 1979 atas penelitian yang menjadi batu pijakan fisika partikel.
Kita boleh anggap sejarah fisika sebagai upaya menyatukan dunia di sekeliling kita: secara berangsur-angsur, setelah berabad-abad, kita sampai pada pemahaman bahwa fenomena-fenomena yang kelihatannya tidak berkaitan ternyata berhubungan erat. Fisikawan Steven Weinberg dari Universitas Texas, Austin, menerima Hadiah Nobel pada 1979 atas terobosan besar dalam upaya tersebut—menunjukkan bagaimana elektromagnetisme dan gaya nuklir lemah adalah manifestasi teori pokok yang sama (dia berbagi Hadiah Nobel dengan Abdus Salam dan Sheldon Glashow).
Penelitian itu menjadi batu pijakan Standard Model fisika partikel, [standar] yang menguraikan bagaimana blok-blok fundamental penyusun alam semesta bersatu membentuk dunia yang kita lihat.
Subscribe to:
Posts (Atom)