Friday, August 10, 2018

Apakah Kita Hidup Dalam Simulasi ‘Permainan Komputer’ Raksasa?

computer.jpgOleh : Alexa Erickson
 
Ketika era milenium semakin dekat, banyak yang mungkin merefleksikan betapa berbedanya bayangan masa depan kita telah berubah dari bagaimana kita pernah membayangkannya. Bertentangan dengan banyak film, buku, dan spekulasi pribadi tentang masa depan, kita saat ini belum memiliki mobil terbang dan belum ada pelayan robot, belum ada perjalanan waktu atau berjalan dengan kecepatan cahaya. Namun, begitu banyak yang telah berubah, tetapi kita tidak menyadarinya.

Dan meskipun kita hanya dapat membuat dugaan yang logis tentang apa yang akan terjadi di masa depan, setidaknya kita mengetahui apa yang sedang terjadi saat ini. Dan itu yang paling penting dari semuanya.

Tetapi bagaimana jika kita tidak benar-benar mengetahui realitas kita? Bagaimana jika, terlepas dari semua yang kita ketahui, bagaimana kita menjalani hidup kita, kita ini ternyata hanyalah sebuah simulasi permainan komputer? Mungkinkah setiap orang dan benda di kosmos sesungguhnya hanyalah karakter dalam permainan komputer besar? Bagaimana kita bisa tahu? Meskipun mungkin terdengar seperti ide terbaik yang ada di dunia, itu sebenarnya adalah hipotesis ilmiah yang memiliki dasar.

Para peneliti telah mempertimbangkan kemungkinan ini sepanjang tahun. Salah satu argumen terbesar untuk hipotesis simulasi ini berasal dari filsuf Universitas Oxford Nick Bostrum pada tahun 2003. Bostrum mengajukan gagasan bahwa ada sebuah peradaban sangat maju dengan kekuatan komputer besar dapat memilih untuk menghasilkan simulasi tentang nenek moyang mereka. Mereka berpotensi dapat menjalankan beberapa simulasi sekaligus, dan sebagian besar dengan mensimulasi pikiran yang terkandung di dalamnya pada akhirnya akan menjadi simulasi pikiran, yang berlawanan dengan pikiran leluhur asli. Pemikiran ini mengatakan bahwa kita kemungkinan besar adalah pikiran yang disimulasikan.

Seiring berjalannya waktu, kita belajar lebih banyak tentang alam semesta, dan tampaknya semakin banyak yang kita ketahui, semakin besar kemungkinan asumsi itu semua bisa didasarkan pada hukum matematika. “Jika saya adalah seorang tokoh dalam permainan komputer, saya juga akan menemukan bahwa aturannya tampak konsisten dan matematis,” kata Max Tegmark, seorang kosmolog di Massachusetts Institute of Technology (MIT). “Itu mencerminkan seperti kode computer yang dituliskan.”

Realitas virtual kita lebih didukung oleh ide-ide dari teori informasi yang terus muncul dalam terori fisika. “Dalam penelitian saya, saya menemukan hal yang sangat aneh ini,” jelas James Gates, seorang fisikawan teoritis di Universitas Maryland. “Saya didorong menuju kode yang mengoreksi kesalahan — itulah yang membuat browser berfungsi. Jadi mengapa mereka masuk dalam persamaan yang saya pelajari tentang quark dan elektron dan supersimetri? Ini membawa saya pada pemahaman bahwa saya tidak bisa lagi mengatakan orang seperti Max itu gila.”

Pendukung teori ini dengan reputasi tinggi terus membawa ide ini ke depan. Pengusaha teknologi Elon Musk mengatakan bahwa kemungkinannya adalah “bagian kecil sekali ” dari mereka yang hidup dalam “realitas dasar.”

Pencipta mesin-pencari Google Ray Kurzweil mengatakan bahwa “mungkin seluruh alam semesta kita adalah eksperimen sains dari beberapa siswa sekolah menengah di alam semesta lain.”

Bagaimana kita seharusnya bereaksi terhadap gagasan bahwa, sangat mungkin, setidaknya menurut beberapa fisikawan, realitas seperti yang kita ketahui itu adalah sebuah ilusi? Bagaimana kita bisa menanamkan gagasan kepala kita bahwa alam semesta kita ini tidak nyata, tetapi hanyalah sebuah simulasi raksasa? Mungkin kita tidak perlu melakukannya. Mungkin, saya berani katakan, bahwa itu tidak penting.

Intinya adalah, mengapa kita harus khawatir, ketika kemungkinan ini akan sangat sulit, atau bahkan tidak mungkin, untuk menemukan bukti yang cukup berharga untuk membuktikan bahwa kita sedang berada dalam simulasi seperti komputer.

Penting juga untuk dicatat bahwa, jika kita hidup dalam simulasi raksasa, kita telah diprogram untuk berfungsi dalam aturan permainan, jadi kita tidak akan tahu perbedaannya.

Namun, ada alasan yang lebih mendalam mengapa mungkin kita tidak perlu terlalu khawatir dengan gagasan bahwa kita hanyalah informasi yang dimanipulasi dalam perhitungan lebih besar. Karena itulah yang dianggap oleh sebagian fisikawan terhadap dunia ‘nyata’, “jelas Philip Ball untuk BBC.

Ball juga menunjukkan bahwa meskipun orang-orang seperti Elon Musk mempertimbangkan teori ini, ia kemungkinan besar tidak melihat segala sesuatu di sekitarnya, termasuk teman-teman dan keluarganya, sebagai sebuah karakter dari permainan komputer.

“Sebagian besar waktunya, ia tidak melakukannya karena tidak mungkin untuk terus memegang gambaran itu di kepala kita untuk jangka waktu yang berkelanjutan. Tapi lebih tepatnya, itu karena kita mengetahui bahwa satu-satunya gagasan tentang realitas yang berharga adalah yang kita alami, dan bukan dunia hipotetis yang ada di belakangnya,”kata Ball.

Mungkin kita tidak perlu peduli hanya karena tidak dapat dibuktikan pada saat ini untuk bisa mengubah pikiran atau tindakan kita. Dan tanpa pemahaman ini, realitas kita dapat terus bermakna dalam cara yang kita ketahui, terlepas apakah itu nyata atau tidak.

Tetapi, jika kita memang hidup dalam satu permainan komputer, apa yang terjadi ketika kita kemudian menjadi sadar diri? Apa yang terjadi ketika kita menyadari matriks ini? Menarik untuk dipikirkan.

Sumber: Henkykuntarto's Blog Wellcome to my spiritual blog

No comments:

Post a Comment