Friday, September 23, 2016

Alam Semesta adalah ‘Spiritual, Immaterial dan Mental’

 Oleh : Arjun Walia

Ketika kita melihat dunia yang membingungkan dan aneh dari fisika kuantum, akan sulit bagi kita untuk memahami beberapa hal yang para ilmuwan telah amati selama bertahun-tahun.

Kita memilih untuk memeriksa sebuah fenomena yang kita benar-benar tidak mungkin untuk menjelaskan dengan cara klasik, yang memiliki inti mekanika kuantum di dalamnya. Pada kenyataannya, ini penuh misteri kata Richard Feynman, seorang pemenang Nobel dari abad kedua puluh.

Satu hal yang pasti yaitu "kesadaran", atau, faktor yang berhubungan dengan kesadaran (pengamatan, pengukuran, pemikiran, niat) ini memiliki korelasi langsung dengan apa yang kita anggap sebagai realitas dunia materi fisik kita.

Max Plack, seorang fisikawan yang meneliti teori kuantum, menganggap kesadaran sebagai “fundamental,” dan materi adalah “turunan dari kesadaran.” Dia mengatakan bahwa “kita tidak bisa menempatkan kesadaran di belakang. Segala sesuatu yang kita bicarakan, segala sesuatu yang kita anggap ada adalah berasal dari kesadaran.”

Eugene Wigner, seorang ahli fisika dan matematika mengatakan kepada dunia bahwa “tidak mungkin untuk merumuskan hukum mekanika kuantum dengan cara yang sepenuhnya konsisten tanpa mengacu pada kesadaran.”

RC Henry, Profesor Fisika dan Astronomi di Johns Hopkins University mengatakan bahwa:

“Kesimpulan mendasar dari fisika baru mengakui bahwa pengamat menciptakan realitas. Sebagai pengamat, kita secara pribadi terlibat pada penciptaan realitas kita sendiri. Para Fisikawan harus mengakui bahwa alam semesta adalah konstruksi “mental” . Salah seorang Fisikawan perintis Sir James Jeans menulis: “Aliran pengetahuan sedang menuju ke arah realitas non-mekanik; alam semesta mulai terlihat lebih seperti pikiran besar daripada sebuah mesin besar. Pikiran tidak lagi muncul menjadi penyusup yang disengaja masuk ke ranah materi, kita bisa menganggapnya sebagai pencipta dan pengatur dari alam materi. Lampaui pemikiran usang, dan terima kesimpulan yang tidak terbantahkan ini. Alam semesta adalah non materi, mental dan spiritual.”

Baru-baru ini, para ilmuwan Australia menciptakan percobaan yang membuktikan bahwa realitas tidak benar-benar ada sampai kita mengukurnya, mengamati, atau ‘melihatnya’, setidaknya di skala mekanika kuantum.

Sebuah eksperimen yang dibuat oleh Griffith University Centre for Quantum Dinamic, yang dipimpin oleh Profesor Howard Wiseman dan tim peneliti di Universitas Tokyo, baru-baru ini menerbitkan sebuah makalah di jurnal Nature Communications yang mengkonfirmasikan apa yang Einstein tidak percayai sebagai realitas:  Yaitu runtuhnya fungsi gelombang partikel secara seketika/non lokal. Ini adalah Belitan kuantum, yang pada dasarnya menunjukkan bahwa ruang hanya konstruksi yang memberi kita ilusi pemisahan.

Semua temuan ini dalam fisika kuantum telah menyimpulkan bahwa ‘kesadaran menciptakan realitas.’ Artinya, faktor yang terkait dengan kesadaran, seperti pengukuran, ternyata berhubungan erat dengan dunia materi kita.

‘Kesadaran Menciptakan Realitas’

indexPercobaan kuantum celah ganda adalah eksperimen sangat populer yang digunakan untuk memeriksa bagaimana kesadaran dan dunia material fisik kita saling terkait. Ini adalah contoh yang bagus yang mendokumentasikan bagaimana faktor-faktor yang berhubungan dengan kesadaran dan dunia materi fisik kita saling terhubung.

Salah satu kesimpulan percobaan ini adalah bahwa “Pengamat menciptakan realitas.” Sebuah makalah yang diterbitkan dalam jurnal Physics Essays oleh Dean Radin, PhD, menjelaskan bagaimana percobaan ini telah digunakan beberapa kali untuk mengeksplorasi peran kesadaran dalam membentuk realitas fisik.

Dalam percobaan ini, sistem optik celah ganda digunakan untuk menguji kemungkinan peran kesadaran dalam runtuhnya fungsi gelombang kuantum. Studi ini menemukan bahwa faktor yang terkait dengan kesadaran berkorelasi “signifikan” sesuai prediksi dengan gangguan dalam pola interferensi celah ganda.

Pengamatan tidak hanya mengganggu pengukuran, mereka menciptakannya. Kita memaksa elektron untuk menempati posisi yang pasti. Kita sendiri ternyata yang memproduksi hasil pengukurannya.

Meskipun ini adalah salah satu eksperimen yang paling populer digunakan untuk melihat hubungan antara kesadaran dan realitas fisik, ada beberapa penelitian lain yang jelas menunjukkan bahwa kesadaran, atau faktor-faktor yang berhubungan dengan kesadaran secara langsung berkorelasi dengan realitas kita dalam beberapa cara. Sejumlah percobaan di bidang parapsikologi juga menunjukkan ini.

Tentu, kita mungkin tidak mengerti sejauh mana hubungan ini, dan dalam kebanyakan kasus ilmuwan bahkan tidak bisa menjelaskannya. Namun mereka, dan telah mengamati dari waktu ke waktu.

Percobaan Pilihan Tertunda

Sama seperti percobaan celah ganda yang  menggambarkan bagaimana faktor-faktor yang berhubungan dengan kesadaran meruntuhkan fungsi gelombang kuantum (sepotong materi ada di beberapa kondisi potensial) ke dalam materi dengan sifat fisik yang didefinisikan (tidak lagi gelombang, semua kondisi potensial runtuh menjadi satu), percobaan pilihan tertunda menggambarkan apa yang terjadi pada saat ini dapat mengubah apa yang terjadi di masa lalu, dan menunjukkan kepada kita bagaimana faktor-faktor yang berhubungan dengan kesadaran dapat terjalin dengan dunia materi fisik kita. Hal ini juga menunjukkan bagaimana waktu bisa pergi ke belakang, bagaimana sebab dan akibat dapat dibalik, dan bagaimana masa depan bisa disebabkan oleh masa lalu.

Seperti percobaan kuantum celah ganda, menghapus/menunda pilihan kuantum telah ditunjukkan berulang kali. Misalnya, Fisikawan di The Australian National University (ANU) telah melakukan – eksperimen pilihan tertunda  berdasarkan John Wheeler, temuan-baru ini diterbitkan dalam jurnal Nature Physics.

Pada tahun 2007 ilmuwan di Perancis menembakkan foton kedalam sebuah alat dan menunjukkan bahwa tindakan mereka sebelumnya bisa mengubah sesuatu yang sudah terjadi.

“Jika kita mencoba untuk menghubungkan arti objektif dari keadaan kuantum dari sebuah sistem, paradoks aneh muncul: efek kuantum tidak saja menimbulkan aksi jarak jauh sesaat, tetapi juga, seperti yang terlihat di sini, berpengaruh pada tindakan masa depan dan peristiwa masa lalu , bahkan setelah peristiwa ini dicatat “-. Asher Peres, pelopor dalam teori informasi kuantum.

Percobaan dengan hasil yang sama kemudian banyak terjadi, dan pertama kali dibawa ke permukaan oleh John Wheeler, pada tahun 1978, yang mengapa saya akan mengakhiri artikel ini dengan penjelasannya percobaan pilihan tertunda. Dia percaya bahwa eksperimen ini yang terbaik menjelaskan pada skala kosmik.

Penjelasan Skala Cosmic

delayed-choice-experimentDia meminta kita untuk membayangkan sebuah bintang memancarkan miliaran foton bertahun-tahun yang lalu, menuju ke arah planet Bumi. Di antaranya, ada galaksi. Sebagai hasil dari apa yang dikenal sebagai “lensa gravitasi,” cahaya itu harus melengkung disekitar galaksi untuk mencapai Bumi, sehingga harus mengambil salah satu dari dua jalur, ke kiri atau ke kanan. Miliaran tahun kemudian, jika seseorang memutuskan untuk menaruh sebuah alat untuk “menangkap” foton, pola yang dihasilkan akan (seperti yang dijelaskan di atas dalam eksperimen celah ganda) sebuah pola interferensi. Ini menunjukkan bahwa foton menempuh salah satu jalan, dan menempuh jalan lain.

Kita juga bisa memilih untuk “mengintip” foton yang masuk, menyiapkan teleskop di setiap sisi galaksi untuk menentukan sisi mana foton mengambil jalan untuk mencapai Bumi. Tindakan mengukur atau “menonton” jalannya foton yang datang berarti hanya dapat datang dari satu sisi. Pola ini tidak akan lagi menjadi pola interferensi yang mewakili beberapa kemungkinan, tapi pola tunggal menunjukkan “satu” jalan.

Apa artinya ini? Artinya bagaimana kita memilih untuk mengukur “sekarang” mempengaruhi arah foton miliaran tahun yang lalu. Pilihan kita pada saat ini mempengaruhi apa yang sudah terjadi di masa lalu ….

Hal ini membuat benar-benar tidak masuk akal, yang merupakan fenomena umum ketika masuk ke fisika kuantum. Terlepas dari kemampuan kita memahami itu, itu adalah realitas.

Percobaan ini juga menunjukkan bahwa belitan kuantum (yang juga telah diverifikasi) terlepas dari waktu. Berarti dua bit materi sebenarnya dapat terikat lagi, dalam waktu.

Waktu seperti yang kita ukur dan ketahui, sesungguhnya tidak ada.

Sedikit Pengetahuan tentang Niat

index2Pada tahun 1984 sebuah studi yang berlangsung dalam tiga pertemuan yang berbeda dari lebih dari 7000 orang yang melakukan meditasi setiap pagi dan sore hari selama tiga minggu berturut-turut. Penelitian ini berlangsung di Fairfield, Iowa (17 Desember 1983-Januari 6, 1984), The Hague, Belanda (21 Desember 1984-Januari 13, 1985) dan Washington, DC (1 Juli-10 Juli 1985). Hasilnya cukup membuka mata. ‘Time series’ analisis yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengatur kemungkinan mengurangi terorisme global yang disebabkan oleh tren yang sudah ada, sesuai dengan data atau siklus.

Beberapa ilmuwan percaya bahwa ini bisa terjadi karena resonansi koheren yang dibuat dalam Penyatuan Bidang Quantum oleh mereka yang bermeditasi.

7.000 orang bermeditasi menciptakan Field Effect koherensi harmonis yang menyebar keseluruh kesadaran kolektif-yang diyakini, membantu mengurangi aksi terorisme.

Efek ini disebut “Maharishi Effect”, dan memiliki lebih dari 600 penelitian ilmiah yang dilakukan di 33 negara dan di lebih dari 250 lembaga penelitian independen. Bukti bahwa korelasi doa dari kelompok dan meditasi yang disinkronisasi memiliki manfaat sosial, politik dan ekonomi kepada dunia. korelasi positif untuk banyak manfaat kesehatan untuk individu juga diamati dan dikonfirmasi.

Saat ini jenis energi ini sedang dihitung oleh Proyek global Kesadaran (GCP), yang berpusat di Institut noetic system. Mereka telah mengumpulkan data selama lebih dari 15 tahun, dengan lebih dari 70 situs host di seluruh dunia, menggunakan generator nomor acak. Bukti menunjukkan ada bidang pemersatu kesadaran yang digambarkan oleh para bijak di hampir semua budaya, itu cukup menarik.

Peristiwa besar dunia, seperti serangan 9/11 (2001), gempa Nepal (2015), meditasi di seluruh dunia (2015), dan banyak lagi, telah dicatat oleh GCP dan telah menunjukkan bahwa sinkronisasi  telah terjadi ketika pikiran, emosi dan niat banyak orang dari seluruh dunia disinkronkan.

Ilmu pengetahuan modern, khususnya fisika kuantum, telah menangkap hingga mistisisme kuno dan berbagai konsep yang begitu dalam tertanam dalam berbagai budaya di seluruh dunia. Salah satu contoh yang bagus dari hal ini adalah fakta bahwa segala sesuatu adalah energi, dan tidak ada yang solid. Diantaranya adalah :
Kita adalah apa yang kita pikirkan, semua kita ciptakan dengan pikiran kita, dengan pikiran kita kita membuat dunia “-. Gautama Buddha

Secara garis besar, meskipun ada beberapa perbedaan, saya pikir filosofi Buddhis dan Mekanika Quantum dapat berjalan bersama dalam pandangan mereka tentang dunia. Kita bisa melihat di contoh-contoh besar buah pemikiran manusia. Terlepas dari kekaguman kita terhadap para pemikir besar, kita tidak boleh melupakan fakta bahwa mereka adalah manusia seperti kita. – Dalai Lama
Sebuah contoh yang bagus dari kebijaksanaan kuno yang selaras fisika kuantum terlihat pada kenyataan bahwa Nikola Tesla dipengaruhi oleh filsafat Veda ketika merenungkan ide-idenya tentang energi titik nol(Zero Point Energy).

Lalu mengapa ini relevan? Ini relevan karena fisika baru, seperti yang disebutkan di atas, menunjuk pada fakta bahwa pengamat membentuk realitas. Cara kita berpikir dan merasakan bertanggung jawab dan memainkan peran penting dalam menciptakan bentuk fisik yang kita lihat di depan kita.
 Tidak ada masalah dapat diselesaikan dengan tingkat kesadaran yang sama yang menciptakannya. – Unknown
Jika kita melihat dunia dan memeriksanya pada tingkat kolektif, apa yang kita lihat? Bagaimana kita mengartikannya? Sekarang, kebanyakan kita melihatnya sebagai dilahirkan, pergi ke sekolah, membayar tagihan, membesarkan keluarga dan menemukan “pekerjaan” dalam paradigma saat ini untuk menyokong diri sendiri. Tidak ada penghakiman di sini, tapi banyak orang di planet ini tidak beresonansi dengan pengalaman ini. Mereka ingin perubahan. Kita telah mengulangi dan memahami realitas kita dengan cara ini dalam waktu yang sangat lama, dengan sangat sedikit informasi tentang apa yang sebenarnya terjadi. Kita hampir seperti robot yang dilatih dan dicuci otaknya untuk menerima hal-hal dengan cara mereka. Untuk tidak mempertanyakan lagi apa yang terjadi di dunia kita dan untuk melanjutkan dengan status quo, hanya berusaha merawat diri kita dan kehidupan kita sendiri. Seperti dikatakan Noam Chomsky, pilihan kita telah diproduksi. Jika kita terus menyusuri jalan ini dan terus memahami dan melihat realitas sebagai ” hanya satu-satunya cara,” kita hanya memperpanjang keberadaan dan pengalaman bagi umat manusia tanpa pernah merubahnya.

Dalam rangka menciptakan dan mewujudkan realitas baru bagi diri kita sendiri, pola pikir dan cara kita memandang realitas harus berubah. Apa yang mengubah cara kita memandang realitas? Adalah Informasi. Ketika informasi baru muncul mengubah cara kita melihat hal-hal dan sebagai hasilnya, terjadi perubahan realitas kita, dan kita mulai mewujudkan pengalaman baru dan membuka pikiran kita untuk pandangan yang lebih luas dari realitas. Bukan untuk mengatakan bahwa kita tidak bisa mewujudkan bentuk fisik baru dalam sekejap mata, dan bahwa kita tidak mampu melakukan hal itu, tetapi itu adalah sesuatu yang membutuhkan waktu, sesuatu yang bertahap, sesuatu yang kita belum begitu mengerti saat ini.

Yang juga penting tentang ajaran-ajaran dari fisika baru adalah bahwa, jika faktor-faktor kesadaran berhubungan dengan penciptaan realitas kita, itu berarti perubahan dimulai dari dalam. Dimulai dengan cara bagaimana kita mengamati dunia luar dari dunia batin kita. Ini menyentuh titik awal dari bagaimana kita memandang realitas kita. Persepsi kita tentang dunia luar adalah refleksi dari dunia batin kita, keadaan batin kita. Jadi tanyakan pada diri Anda, apakah Anda bahagia? Apakah Anda mengamati, memahami dan bertindak berdasarkan cinta? Berdasarkan kebencian atau kemarahan? Berdasarkan rasa damai? Semua faktor ini berhubungan dengan kesadaran kita, dengan pengamatan kita, satu (atau banyak) yang sedang melakukan “mengamati” mungkin saat ini memainkan peran yang besar dalam menciptakan dunia fisik.

Kita memang pengamat, dapat kita dapat menciptakan perubahan dan merubah pola lama untuk membuka kemungkinan-kemungkinan baru, mengubah arah kita, semua melalui cara di mana kita mengamati diri kita sendiri, orang lain dan dunia di sekitar kita.

Saya percaya bahwa umat manusia dalam proses terbangun dalam beberapa hal yang berbeda, secara bersamaan. Akibatnya, cara kita memandang dan “mengamati” dunia di sekitar kita (pada skala massal) mulai secara drastis berubah. Jadi jika Anda ingin membantu mengubah dunia, ubahlah cara Anda melihat hal-hal, dan hal-hal yang Anda lihat akan berubah.

“Tidak ada hal yang baru ditemukan dalam fisika saat ini. Yang tersisa adalah pengukuran yang lebih dan lebih tepat.”

Pernyataan (pernyataan pandangan dunia) ini adalah dari Lord Kelvin pada tahun 1900, yang runtuh hanya lima tahun kemudian ketika Einstein menerbitkan makalahnya tentang relativitas khusus. Teori-teori baru yang diusulkan oleh Einstein menantang arus kerangka pemahaman (pada waktu itu). Temuan ini memaksa komunitas ilmiah untuk membuka pandangan alternatif dari sifat sejati dari realitas kita. Sebuah contoh yang bagus tentang bagaimana hal-hal yang pernah dianggap sebagai kebenaran telah berubah.

“Laporan Lord Kelvin itu adalah pandangan paradigma masa lalu … dulu kita mengetahui bahwa bumi itu datar, kita mengetahui bahwa kita adalah pusat alam semesta, dan kita tahu bahwa benda buatan manusia lebih berat daripada udara, dan mesin tidak bisa terbang. Melalui semua tahapan sejarah manusia, otoritas intelektual telah menyatakan supremasi mereka dengan menekan unsur realitas yang tidak cocok dalam kerangka pengetahuan yang diterima. Apakah kita benar-benar berbeda hari ini? Apakah kita benar-benar telah mengubah penerimaan kita terhadap hal-hal yang tidak cocok dengan bingkai kita? Mungkin ada konsep realitas yang kita belum memahami, dan jika kita membuka mata kita mungkin kita akan melihat bahwa sesuatu yang signifikan telah diabaikan. “- Terje Toftenes

Satu Hal yang Jelas, ‘Materi’ Bukanlah Satu-satunya Realitas
“Ilmu pengetahuan saat ini mulai mempelajari fenomena non-fisik, itu akan membuat lebih banyak kemajuan dalam satu dekade dibandingkan puluhan abad sebelumnya.” – Nikola Tesla
Sekelompok ilmuwan yang diakui secara internasional telah datang bersama-sama untuk menekankan pentingnya apa yang masih sering diabaikan dalam komunitas ilmiah utama – yaitu fakta bahwa materi (proton, elektron, foton, sesuatu yang memiliki massa) bukanlah satu-satunya realitas. Kita berharap bisa memahami sifat dari realitas kita, tapi bagaimana kita bisa melakukannya jika kita terus-menerus hanya memeriksa sistem fisik? Bagaimana dengan peran sistem non-fisik, seperti kesadaran, atau interaksi mereka dengan sistem fisik (materi)?

Untungnya, beberapa ilmuwan saat ini sedang mempelajari sistem non-fisik, dan percobaan celah ganda adalah contoh yang bagus dari ini. Sebuah makalah yang diterbitkan oleh Dean Radin, PhD, dalam peer-review jurnal Fisika Essays, menjelaskan bagaimana percobaan ini telah digunakan beberapa kali untuk mengeksplorasi peran kesadaran dalam membentuk sifat realitas fisik.

Sekedar mengulangi, pada pergantian abad kesembilan belas, fisikawan mulai mengeksplorasi hubungan antara energi dan struktur materi. Dengan demikian, keyakinan bahwa, materi alam semesta fisik Newtonian yang menjadi inti pengetahuan ilmiah telah dijatuhkan, dan realisasi bahwa materi hanyalah ilusi menggantikannya. Para ilmuwan mulai menyadari bahwa segala sesuatu di alam semesta terbuat dari energi. Ini telah dikenal di komunitas ilmiah selama lebih dari seratus tahun.

“Saya menganggap kesadaran itu fundamental. Saya menganggap materi sebagai turunan dari kesadaran. Kita tidak bisa meletakkan kesadaran di belakang. Segala sesuatu yang kita bicarakan, segala sesuatu yang kita anggap ada, diciptakan oleh kesadaran “-. Max Planck, fisikawan teoritis peloporl teori kuantum, yang memenangi Hadiah Nobel dalam Fisika pada tahun 1918.

Kita berbicara tentang apa yang dikenal sebagai ilmu pasca-materialis, dan poin yang dibuat di bawah merangkum masalah dengan memeriksa fenomena yang melewati batas-batas dunia material fisik. Titik-titik ini yang ditulis bersama oleh: Dr. Gary Schwartz, profesor psikologi, kedokteran, neurologi, psikiatri, dan operasi di University of Arizona, Mario Beauregard, PhD, dari University of Arizona, dan Lisa Miller, PhD, dari Columbia Universitas. Itu disajikan pada pertemuan puncak internasional tentang ilmu pengetahuan pasca-materialis, spiritualitas, dan masyarakat. Mereka (dan ratusan ilmuwan lain) telah sampai pada kesimpulan berikut:
  1. Pandangan dunia ilmiah modern terutama didasarkan pada asumsi-asumsi yang berkaitan erat dengan fisika klasik. Ide Materialisme bahwa materi adalah satu-satunya realitas-adalah salah satu asumsi. Asumsi yang terkait adalah reduksionisme, gagasan bahwa hal-hal kompleks dapat dipahami dengan mengurangi mereka hanya pada interaksi mereka, atau untuk hal-hal sederhana atau yang lebih mendasar seperti partikel materi kecil.
  2. Selama abad ke-19, asumsi ini menyempit, berubah menjadi dogma, dan bersatu menjadi sebuah sistem kepercayaan ideologis yang kemudian dikenal sebagai “materialisme ilmiah.” Sistem kepercayaan ini menyiratkan bahwa pikiran tidak lain adalah aktivitas fisik dari otak, dan bahwa pikiran kita tidak memiliki efek pada otak kita dan tubuh, tindakan kita, dan dunia fisik.
  3. Ideologi materialisme ilmiah menjadi dominan dalam dunia akademis selama abad ke-20. Begitu dominan sehingga mayoritas ilmuwan mulai percaya bahwa itu didasarkan pada bukti empiris, dan mewakili satu-satunya pandangan rasional dunia.
  4. Metode Ilmiah berdasarkan filsafat materialistik telah sangat berhasil tidak hanya meningkatkan pemahaman kita tentang alam semesta tetapi juga membawa kontrol yang lebih besar dan kebebasan melalui kemajuan teknologi.
  5. Namun, dominasi hampir mutlak dari materialisme di dunia akademis telah serius menahan ilmu pengetahuan dan menghambat perkembangan studi ilmiah tentang pikiran dan spiritualitas. Keyakinan dalam ideologi ini, sebagai kerangka penjelasan eksklusif untuk realitas, telah memaksa para ilmuwan untuk mengabaikan dimensi subjektif dari pengalaman manusia. Hal ini telah menyebabkan pemahaman yang sangat menyimpang dan menafikkan diri kita dan tempat kita di alam semesta.
  6. Ilmu pengetahuan adalah yang pertama dan terutama yang non-dogmatis, dengan metode berpikiran terbuka memperoleh pengetahuan tentang alam semesta melalui pengamatan, penyelidikan eksperimental, dan penjelasan teoritis terhadap fenomena. Metodologinya tidak identik dengan materialisme dan tidak harus berkomitmen untuk setiap keyakinan, dogma, atau ideologi tertentu.
  7. Pada akhir abad kesembilan belas, para fisikawan menemukan fenomena empiris yang tidak dapat dijelaskan oleh fisika klasik. Hal ini menyebabkan pengembangan, sekitar tahun 1920-an dan awal 1930-an, dari sebuah cabang baru yang revolusioner dari fisika yang disebut mekanika kuantum (QM). QM telah mempertanyakan dasar materi dunia dengan menunjukkan bahwa atom dan partikel subatom sesungguhnya bukanlah benda solid, tidak ada lokasi yang pasti. Yang paling penting, QM secara eksplisit memasukkan pikiran ke dalam struktur konseptual dasar sejak ditemukan bahwa partikel yang diamati dan pengamat saling terkait. Menurut salah satu interpretasi dari QM, fenomena ini menunjukkan bahwa kesadaran si pengamat adalah penting untuk keberadaan peristiwa fisik yang diamati, dan bahwa peristiwa mental dapat mempengaruhi dunia fisik. Hasil eksperimen terbaru mendukung penafsiran ini. Hasil ini menunjukkan bahwa dunia fisik bukan lagi komponen utama atau satu-satunya realitas, dan bahwa hal itu tidak dapat sepenuhnya dipahami tanpa membuat referensi ke pikiran.
  8. Penelitian psikologis menunjukkan bahwa aktivitas mental yang sadar dapat mempengaruhi perilaku, dan bahwa nilai penjelasan dan prediksi faktor agentik (misalnya keyakinan, tujuan, keinginan dan harapan) sangat tinggi. Selain itu, penelitian di psikoneuroimunologi menunjukkan bahwa pikiran dan emosi kita ternyata dapat mempengaruhi aktivitas sistem fisiologis (misalnya, kekebalan tubuh, endokrin, kardiovaskular) yang terhubung ke otak. Dalam hal lain, studi neuroimaging emosi self-regulation, psikoterapi, dan efek placebo menunjukkan bahwa peristiwa mental secara signifikan mempengaruhi aktivitas otak.
  9. Studi yang disebut “fenomena psi” menunjukkan bahwa kita kadang-kadang menerima informasi yang bermakna tanpa menggunakan indera biasa, dan cara-cara yang melampaui kendala ruang dan waktu yang biasa. Selanjutnya, penelitian psi menunjukkan bahwa kita secara mental dapat mempengaruhi-secara jarak jauh –objek fisik dan organisme hidup (termasuk manusia lain). Penelitian Psi juga menunjukkan bahwa pikiran dapat berperilaku berkorelasi nonlocal, yaitu korelasi pikiran jarak jauh tanpa dimediasi (mereka tidak terkait dengan sinyal energik yang dikenal), tak tanggung-tanggung (energy ini tidak menurun dengan meningkatnya jarak), dan seketika (mereka tampak simultan). Peristiwa ini sangat umum bahwa mereka tidak dapat dilihat sebagai anomali atau sebagai pengecualian hukum alam, tetapi sebagai indikasi perlunya kerangka penjelasan yang lebih luas yang tidak dapat didasarkan secara eksklusif pada materialisme.
  10. Aktivitas mental Sadar dapat dialami saat kematian klinis selama henti jantung (ini adalah apa yang disebut “pengalaman mendekati kematian” [NDE]). Beberapa experiencers mendekati kematian (nders) telah melaporkan pandangan out-of-body (yaitu persepsi yang dapat dibuktikan sesuai dengan realitas) yang terjadi selama serangan jantung. Nders juga melaporkan pengalaman spiritual yang mendalam selama NDE dipicu oleh serangan jantung. Perlu dicatat bahwa aktivitas listrik otak berhenti beberapa detik setelah jantung berhenti.
  11. percobaan laboratorium terkontrol telah mendokumentasikan bahwa para medium (orang-orang yang mengklaim bahwa mereka dapat berkomunikasi dengan orang-orang yang telah wafat secara fisik) kadang-kadang memperoleh informasi yang sangat akurat tentang orang yang sudah meninggal. Hal ini semakin mendukung kesimpulan bahwa pikiran dapat eksis terpisah dari otak.
  12. Beberapa ilmuwan dan filsuf materialistis cenderung menolak untuk mengakui fenomena ini karena mereka tidak konsisten dengan konsepsi eksklusif mereka terhadap dunia. Penolakan penyelidikan pasca- alam materialis atau penolakan untuk mempublikasikan temuan ilmu pengetahuan yang kuat mendukung kerangka pasca-materialis yang bertentangan dengan semangat sejati penyelidikan ilmiah, yaitu bahwa fenomena harus selalu ditangani secara memadai dengan data empiris. Data yang tidak cocok dengan teori dan keyakinan yang disukai tidak dapat menghentikan apriori. Pemberhentian tersebut adalah ranah ideologi, bukan ilmu pengetahuan.
  13. Adalah penting untuk menyadari bahwa fenomena psi, NDE dalam serangan jantung, dan bukti dari media penelitian yang kredibel, terlihat anomali hanya jika dilihat melalui lensa materialisme.
  14. Selain itu, teori-teori materialis gagal untuk menjelaskan bagaimana otak bisa menghasilkan pikiran, dan mereka tidak dapat menjelaskan bukti empiris yang disinggung dalam manifesto ini. Kegagalan ini memberitahu kita bahwa sekarang saatnya untuk membebaskan diri dari belenggu dan penutup mata dari ideologi materialis tua, untuk memperbesar konsep kita tentang alam semesta, dan untuk merangkul paradigma pasca-materialis.
  15. Menurut paradigma pasca-materialis:
    1. Pikiran merupakan aspek realitas primordial seperti dunia fisik. Pikiran adalah fundamental di alam semesta, yakni tidak dapat diturunkan dari materi atau dikurangi menjadi sesuatu yang lebih mendasar b) Ada keterkaitan yang mendalam antara pikiran dan dunia fisik.
    2. Pikiran (keinginan/niat) dapat mempengaruhi keadaan dunia fisik, dan beroperasi dalam mode nonlokal (atau lebih luas), yaitu tidak terbatas pada titik-titik tertentu dalam ruang, seperti otak dan tubuh, juga untuk titik-titik tertentu di dalam waktu, seperti saat ini. Karena pikiran secara nonlocally mempengaruhi dunia fisik, niat, emosi, dan keinginan suatu percobaan mungkin tidak sepenuhnya dipisahkan dari hasil percobaan, bahkan dalam desain eksperimental yang dikontrol.
    3. Pikiran adalah tak terbatas, dan dapat bersatu dalam cara menunjukkan kesatuan, Satu Pikiran yang mencakup semua individu, pikiran tunggal.
    4. NDE dalam serangan jantung menunjukkan bahwa otak bertindak sebagai transceiver aktivitas mental, yaitu pikiran dapat bekerja melalui otak, tetapi tidak diproduksi oleh itu. NDE yang terjadi dalam serangan jantung, ditambah dengan bukti dari media penelitian, lebih lanjut menunjukkan kelangsungan hidup kesadaran, setelah kematian tubuh, dan adanya tingkat lain dari realitas yang non-fisik
    5. Para ilmuwan tidak perlu takut untuk menyelidiki spiritualitas dan pengalaman spiritual karena mereka mewakili aspek sentral dari keberadaan manusia.
  16. Post-materialis tidak menolak pengamatan empiris dan nilai pencapaian ilmiah yang direalisasikan sampai sekarang. Mereka berusaha untuk memperluas kapasitas manusia untuk lebih memahami keajaiban alam semesta, dan dalam proses menemukan kembali pentingnya pikiran dan jiwa sebagai bagian dari struktur inti alam semesta. Post-materialisme sudah termasuk materi, yang dipandang sebagai konstituen dasar alam semesta.
  17. Paradigma pasca-materialis memiliki implikasi yang luas. Hal mendasar mengubah visi yang kita miliki tentang diri kita, memberikan kita kembali martabat dan kekuatan kita, sebagai manusia dan sebagai ilmuwan. Paradigma ini mendorong nilai-nilai positif seperti kasih sayang, saling menghormati, dan perdamaian. Dengan menekankan hubungan yang mendalam antara kita dan alam pada umumnya, paradigma pasca-materialis juga mempromosikan kesadaran lingkungan dan pelestarian biosfer kita. Selain itu, ini tidak baru, tetapi hanya dilupakan selama empat ratus tahun, bahwa pemahaman transmaterial kehidupan mungkin menjadi landasan kesehatan dan kesejahteraan, seperti yang telah diadakan dan dipelihara dalam praktek tubuh-pikiran- jiwa kuno, tradisi keagamaan, dan pendekatan kontemplatif.
  18. Pergeseran dari ilmu materialis dengan ilmu pasca-materialis mungkin penting untuk evolusi peradaban manusia. Ini mungkin bahkan lebih penting daripada transisi dari geocentrism ke heliocentrism.

1 comment: