Tuesday, December 11, 2012

Mengapa Kita Cenderung “Menghakimi”?

Oleh : Jeff Maziarek

Kecenderungan manusia untuk “menghakimi” (yaitu, melabeli, mengkritik, menghukum, dan sebagainya) memainkan peran penting dalam mendorong pemisahan diantara kita. Untuk alasan apa pun, pikiran kita agaknya memiliki apa yang tampaknya menjadi kecenderungan alami untuk memberikan penilaian pada orang, tempat, situasi, dan lain-lain.

Meskipun tidak ada seorang pun yang ingin dianggap menghakimi, sepertinya deskripsi ini membawa konotasi yang sangat negatif, faktanya adalah bahwa semua orang pernah menghakimi. Pada dasarnya adalah mustahil untuk sepenuhnya menghindari melakukan penilaian, karena kenyataannya hampir setiap pikiran kita memiliki beberapa penilaian yang terkait dengannya.

2012 Menurut Legenda Indian Maya

mayanOleh William Hart

Artikel ini saya tulis berdasarkan penelitian tentang kalender suku maya, keakuratannya, dan hal-hal yang berhubungan dengan gejala alam yang terjadi akhir-akhir ini.

Dalam artikel yang dimuat di awal 2004, saya menekankan bahwa kita saat ini berada di putaran matahari terakhir. Periode putaran terakhir ini berlangsung selama 8 tahun, mulai 2004-2012, dan kuberi nama “The Portal”.

Artikelku dilandasi oleh penelitian terhadap kalender suku Maya, yang sudah saya lakukan selama 27 tahun. Dalam system kalender Maya, saya mengamati siklus bintik matahari, transit planet venus dan kaitannya dengan bencana alam yang terjadi.

Rangkaian akhir penelitian tersebut belum saya temukan sampai di tahun 2002. Di tahun itu, saya sadar, tahun 2012 yang katanya merupakan tahun terakhir dalam kalender suku Indian Maya, juga merupakan titik puncak pergerakan matahari dan transit kedua Planet Venus. Penelitian intensif saya terhadap bintik matahari menunjukkan bahwa pergerakan bintik tersebut selama 11 tahun memiliki dampak besar bagi umat manusia. Percaya atau tidak, tapi hal-hal yang terjadi, seperti: perang, bencana alam, sampai pergerakan bursa saham, bergerak sesuai dengan arah bintik matahari!

Monday, December 10, 2012

Mencari Jejak La Galigo

La Galigo adalah sebuah karya sastra yang terbentang sepanjang zaman. Epos yang panjangnya melebihi Mahabharata ini berisi kisah di abad lalu, yang sempat menjadi kepercayaan di antara masyarakat Bugis di Sulawesi Selatan. Sayangnya, gerakan pemurnian ajaran agama, prasangka dan pula modernisasi telah bersekutu menggempur “kesaktian” warisan budaya ini. Akibatnya, karya sastra ini kini hanya dikenal di kalangan akademisi. Padahal, La Galigo memiliki kekuatan yang mengejutkan. Sebuah hajat besar bulan Maret lalu digelar di Kabupaten Barru untuk menghidupkan kembali roh Sureq Galigo. Ikuti laporan wartawan TEMPO Yusi A. Pareanom langsung dari Bumi Celebes untuk menjejaki keajaiban Sawerigading.

Mencari Agama Merengkuh Sains

Hampir 100 tahun yang silam, tepatnya 30 Juni 1905, Albert Einstein menyerahkan draft paper, bukan sebuah buku tebal, yang ia kerjakan di waktu senggang. Kepada penerbitnya, Einstein bercanda semoga draft itu layak diumumkan, jika pun memang ada ruang yang sisa. Paper berkepala Zur Elektrodynamik Bewegter Körper (Tentang Elekrodinamika Benda-benda Bergerak) itu muncul di jurnal Annalen der Physik 17:891, 1905. Isinya terutama adalah reaksi terhadap eksperimen Michelson-Morley yang menguji keberadaan “luminiferous ether” sebagai medium penjalaran cahaya, sekaligus perluasan ide transformasi Lorentz dan teori gelombang elektromagnetik Maxwell. Di sana disimpulkan bahwa ether tak perlu ada, dan bahwa kecepatan cahaya selalu sama, tak peduli sumber cahaya atau si pengamat bergerak saling menjauh atau mendekat. Ringkasnya, paper itu berisi pemikiran yang meleceh akal sehat:  pandangan tentang ruang waktu nisbi yang mendobrak persepsi ruang-waktu mutlak Newtonian yang sudah berkuasa lebih dari 3 abad.

Makna 10.000 Tahun Peradaban Manusia

Oleh: Mohamad SM

Kenapa diskusi tentang masa depan  manusia dan kosmos akan selalu berujung kepada perdebatan yang tiada habis-habisnya. Barangkali itulah sebenarnya sifat alam semesta yang tidak akan pernah selesai, alias abadi selamanya. Kita akan terus bertanya siapakah diri kita sebenarnya fisik atau metafisik dan bagaimana cara membuktikannya. Kita ingin bukti !! Segera!!!


Itulah sifat-sifat manusia yang cenderung terburu-buru seolah-olah tidak sabar menanti masa depan sebenarnya. Padahal usia peradaban yang 10,000 tahun ini tetap menyisakan pertanyaan tentang imortalitas diantara batas-batas mortalitas yang kita hadapi sehari-hari.

Barangkali lebih menarik jika sajikan dalam bentuk diskusi imajiner dengan Aristoteles  sang pencipta silogisme berfikir dan Tsai_Lun sang pencipta kertas tempat menuangkan dimensi dimensi logika berfikir kita sebagai pengamat kosmos saat ini dan kita masih tetap sendiri di alam semesta sejauh 13.7 milyar tahun cahaya.

Sunday, November 25, 2012

Teka-teki Kosmik

Oleh: Lawrence M. Krauss dan Michael S. Turner

(Sumber: Special Edition Scientific American – The Frontiers of Physics, 2006, hal. 67-73)


"Inkarnasi baru konstanta kosmologis Einstein mungkin menunjukkan jalan melampaui relativitas umum".

Alam semesta lengang mungkin menjadi nasib akhir kita jika perluasan kosmik terus mencepat—sebuah fonemena yang dipercaya disebabkan oleh konstanta kosmologis. Bola oranye merepresentasikan alam semesta teramati, yang tumbuh dengan kecepatan cahaya; bola biru merepresentasikan petak ruang yang mengembang. Seraya perluasan mencepat, semakin sedikit gugus galaksi yang dapat diamati.

Pada 1917, Albert Einstein menghadapi persoalan membingungkan saat dia mencoba merekonsiliasikan teori gravitasi barunya, teori relativitas umum, dengan pemahaman terbatas di masa itu tentang alam semesta. Seperti kebanyakan rekan sezamannya, Einstein yakin bahwa alam semesta pasti statis—tidak mengembang ataupun menyusut—tapi kondisi yang diharapkan ini tidak cocok dengan persamaan gravitasinya. Dalam keputus-asaan, Einstein menambahkan suku kosmologis khusus pada persamaannya untuk mengimbangi gravitasi dan memperkenankan solusi statis.

Sunday, November 18, 2012

Kearifan dan Keadilan Ilahi

Oleh: Ayatullah Murtadha Muthahhari

Dalam hubungannya dengan konsepsi Ilahiah tentang dunia, dalam ilmu ketuhanan dibahas beberapa masalah tentang hubungan antara Allah dan dunia, seperti apakah dunia ini, sementara atau abadi, dari manakah asal segala sesuatu yang ada ini. Juga dibahas masalah-masalah lain seperti itu. Namun, kalau melihat keseimbangan segenap eksistensi, maka dapat dikatakan di sini bahwa masalah-masalah kearifan dan keadilan ilahi saling berkaitan erat. Kalau merujuk kepada masalah keadilan Ilahi, maka dapat dikatakan bahwa sistem dunia yang ada ini merupakan sistem yang paling arif dan adil. Dasar sistem ini bukan saja pengetahuan, kesadaran dan kehendak. Sistem ini juga merupakan sistem yang paling baik dan sehat. Tak mungkin ada sistem lain yang lebih baik daripada sistem ini. Dunia yang ada ini merupakan yang paling sempurna.

Di sini muncul pertanyaan terkait. Kita tahu bahwa dunia ini memiliki banyak fenomena seperti tidak sempurna, buruk, atau tak berguna. Kearifan Ilahiah menuntut agar yang dominan adalah kesempurnaan dan bukannya ketidaksempurnaan, kebajikan dan keindahan bukannya keburukan, kebergunaan bukannya kesia-siaan. Ketidaksempurnaan gen dan bentuk tubuh manusia dan binatang yang cacat, bencana alam dan kemalangan, serta pemandangan yang menjijikkan, semuanya itu tampaknya tidak sesuai dengan kearifan Ilahiah. Suatu sistem dapat disebut adil kalau di dalam sistem itu tak ada kesedihan, penderitaan dan diskriminasi yang tak semestinya terjadi. Juga jika tak ada bencana dan kemalangan. Dalam sistem yang adil, tak ada tempat bagi kehancuran, karena tidaklah adil kalau makhluk dihalangi dari mencapai kondisi yang sempuma setelah makhluk itu ada. Kalau sistem dunia ini memang adil, kenapa ada diskriminasi dan kesulitan seperti ini? Kenapa yang ini putih dan yang itu hitam, yang ini buruk dan yang itu cantik; yang ini sehat dan yang itu sakit? Kenapa yang ini diciptakan sebagai manusia dan yang itu diciptakan sebagai domba, kalajengking atau cacing tanah? Kenapa yang ini diciptakan sebagai setan dan yang itu sebagai malaikat? Kenapa semuanya tidak diciptakan sama, atau tidak seperti adanya sekarang? Misal, kenapa orang yang berkulit putih, rupawan atau sehat tidak diciptakan berkulit hitam, buruk muka atau sakit-sakitan? Pertanyaan-pertanyaan seperti ini, mengenai dunia ini, tampaknya menimbulkan teka-teki. Konsepsi tauhid yang memandang dunia sebagai karya Allah Maha Arif lagi Maha Adil harus menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut.

Pandangan Dunia

Oleh: Ayatullah Murtadha Muthahhari

Salah satu pembahasan yang amat signifikan berkenaan dengan “Pandangan Alam Semesta” (ar-Ru’yah al-Kauniah) adalah kebenaran dan kebatilan di alam semesta, dan kebenaran dan kebatilan dalam masyarakat dan sejarah.

Namun, pembicaraan kita sekarang ini akan lebih terfokus pada topik yang kedua. Kendati nantinya, topik pertama yang berkaitan dengan kebenaran dan kebatilan di alam semesta akan dibahas pula secara singkat.

Kebenaran dan Kebatilan di Alam Semesta

Apakah sistem yang berlaku di jagat alam ini merupakan sistem yang hak (benar)? Sistem yang tepat? Sistem yang seharusnya? Apakah segala sesuatu yang ada di alam semesta ini telah berada pada orbimya masing-masing? Ataukah tidak demikian adanya; sistem ini bersifat batil (tidak benar)? Mungkinkah sistem yang ada di alam ini bersifat batil? Apakah terdapat sesuatu yang semestinya tidak tercipta? Apakah keberadaan sistem ini hanya sia-sia belaka dan tidak memiliki tujuan? Dalam menghadapi rentetan pertanyaan ini, juga berbagai pertanyaan lain yang mirip dengannya, para ulama dan cendekiawan terbagi ke dalam beberapa golongan; sebagian mendukung pandangan pertama, sebagian lainnya mendukung yang kedua, dan sekelompok lainnya memiliki pandangan alternatif yang berbeda dengan keduanya. Para filosof, yang sebagian besar menganut paham Materialisme, memiliki persangkaan yang buruk terhadap keberadaan alam semesta (termasuk terhadap keberadaan manusia). Mereka beranggapan, seluruh yang ada di jagat alam merupakan sesuatu yang tidak semestinya ada, tidak layak tercipta, buta, tuli, dan keberadaannya hampa akan tujuan.

Konsepsi tentang Alam Semesta

Oleh: Ayatullah Murtadha Muthahhari

Setiap doktrin dan filsafat kehidupan tentu didasarkan pada kepercayaan, evaluasi tentang kehidupan, dan interpretasi serta analisis tentang alam semesta. Cara berpikir sebuah mazhab tentang kehidupan dan alam semesta dianggap sebagai dasar dari segenap pemikiran mazhab itu. Dasar ini disebut konsepsi mazhab itu tentang alam semesta.

Semua agama, sistem sosial, mazhab pemikiran, dan filsafat sosial didasarkan pada konsepsi tertentu tentang alam semesta. Semua sasaran yang dibeberkan sebuah mazhab, cara dan metode untuk mencapai sasaran itu, merupakan akibat wajar dari konsepsi mazhab tersebut tentang alam semesta.

Menurut para filosof, ada dua macam kearifan: kearifan praktis dan kearifan teoretis. Yang dimaksud dengan kearifan teoretis adalah mengetahui apa yang ada seperti adanya. Sedangkan kearifan praktis adalah mengetahui bagaimana semestinya kita hidup. “Semestinya” ini merupakan hasil logis dari “bagaimana itu”, khususnya “bagaimana itu” yang menjadi pokok bahasan filsafat metafisis.

Mengeksplorasi Alam Semesta Kita dan Alam Semesta Lain

Oleh: Martin Rees

(Sumber: Scientific American, Special Edition – The Once and Future Cosmos, 31 Desember 2002, hal. 82-87)

"Di abad ini kosmolog akan membongkar misteri kelahiran alam semesta kita—dan barangkali juga membuktikan eksistensi alam-alam semesta lain".

Struktur skala besar alam semesta bisa 
disimulasikan dengan menjalankan model
-model kosmologis pada superkomputer. 
Dalam simulasi di atas, yang dihasilkan oleh 
Virgo Consortium, setiap partikel 
merepresentasikan galaksi

Eksplorasi kosmik merupakan pencapaian abad 20 yang menonjol. Baru pada 1920-an kita sadar bahwa Bima Sakti kita, dengan 100 miliar bintangnya, hanyalah salah satu di antara jutaan galaksi. Pengetahuan empiris kita tentang alam semesta sejak saat itu bertambah sedikit demi sedikit. Kita sekarang bisa meletakkan keseluruhan tata surya kita dalam konteks evolusi yang besar, menelusuri atom penyusunnya hingga jenak-jenak awal big bang. Seandainya kita menemukan makhluk berakal asing, satu hal yang mungkin sama-sama dimiliki oleh kita dan mereka—barangkali satu-satunya hal—adalah kepentingan bersama terhadap kosmos, yang darinya kita semua muncul.

Pandangan Ilmuwan

Apa yang dilakukan oleh Ilmuwan ?

Sains adalah aktivitas pemecahan masalah yang dilakukan oleh manusia yang dimotivasi oleh rasa ingin tahu tentang dunia sekitar mereka dan keinginan untuk memahami alam tersebut; serta keinginan untuk memanipulasi alam dalam rangka memuaskan keinginan atau kebutuhannya. Misalnya dalam bidang pertanian diinginkan hasil panen yang melimpah dan berkualitas baik, sehingga berkembanglah ilmu untuk melakukan seleksi dan persilangan untuk didapatkan bibit yang baik, metoda pengolahan tanah yang optimal, perawatan tanaman supaya tidak diganggu hama dan penyakit, sampai kepada pengolahan pasca panen.

Apakah Sains Itu?

Meledaknya Pesawat Ulangalik ChalenggerDalam cuaca yang dingin dan langit tak berawan, pada tanggal 28 Januari 1986, dari Tanjung Canaveral, Florida, Amerika Serikat, diluncurkan sebuah pesawat ulang-alik[1]. Diantara tujuh awak pesawat tersebut, salah satu yang ikut mengangkasa adalah Christa McAuliffe, seorang guru sekolah dasar dari daerah New England yang terpilih untuk menjadi “Guru di Ruang Angkasa”, suatu program khusus dari NASA untuk mendorong daya tarik siswa sekolah tentang sains dan teknologi. Challenger space shuttle menghidupkan dua roket pendorong untuk mulai mengangkasa, meninggalkan asap gelap di tempat peluncuran, bergerak ke arah timur di atas Samudera Atlantik dengan suara yang menggelegar. Suatu peluncuran yang sempat tertunda empat kali karena rendahnya suhu musim dingin.

Namun, tujuh puluh dua detik kemudian dua roket pendorong terlihat bergerak ke arah yang berbeda. Pada detik ke tujuh puluh tiga tangki bahan bakar yang ternyata bocor melepaskan hidrogen cair ke udara, yang dengan seketika meledakkan seluruh bagian pesawat ulang alik. Awan ledakan dan asap kebakaran terbentuk di angkasa. Beberapa detik kemudian berbagai serpihan Challenger berhamburan, dan semua awak pesawat dinyatakan meninggal dunia seketika. Peristiwa yang disiarkan langsung oleh televisi ini dan juga disiarkan berulang kali, menjadikan hal ini salah satu bencana teknologi yang disaksikan oleh banyak orang dalam sejarah manusia.

Mistisisme dan Fisika Baru

Michel Talbot seakan mengajak kita bertamasya ke wilayah mistik kuno, lebih tepatnya kearifan kuno, dan fisika baru, kemudian mempersilahkan kepada kita untuk menjumput persamaan-persamaan yang ada diantara wilayah tersebut. Apakah ada “sesuatu” yang memang bisa dijumput dari dua wilayah yang sekilas bertolak belakang itu? Kalau “ada” dimana letak titik pertemuan tersebut?

Membicarakan mistis tentunya tidak lepas dari hal-hal yang di luar nalar manusia. Mistis lebih cepat merebak di kalangan masyarakat dibandingkan dengan dunia ilmiah. Hal ini tidak lepas, kemunculan mistis memang lebih dahulu dibandingkan dengan cara berpikir ilmiah. Bahkan, keberadaan mistis sampai hari ini pun masih tetap eksis, dan digandurngi masyarakat dalam hal tertentu.

David Bohm: Introduksi Singkat Kepada Karya Krishnamurti

oleh David Bohm

Saya mengenal karya Krishnamurti pertama kali pada tahun 1959, ketika saya membaca bukunya, The First and Last Freedom. Yang terutama membangkitkan minat saya adalah pencerahannya yang mendalam tentang masalah 'si pengamat' dan 'yang diamati'. Masalah ini telah lama berada di titik pusat karya saya sendiri, sebagai ilmuwan fisika teoretis, yang terutama berminat kepada makna dari teori kuantum. Di dalam teori kuantum, untuk pertama kali dalam perkembangan ilmu fisika, pengertian bahwa 'si pengamat' dan 'yang diamati' tidak dapat dipisahkan dianggap perlu untuk memahami hukum-hukum fundamental dari materi pada umumnya. Oleh karena itulah, dan juga oleh karena buku itu mengandung pencerahan-pencerahan lain yang mendalam, saya merasa perlu untuk bertemu dengan Krishnamurti secara langsung dan secara pribadi secepat mungkin. 

Thursday, November 15, 2012

Teori Dawai dan Pembuktiannya

Sejarah perkembangan ilmu fisika menunjukkan suatu hal yang menarik. Salah satu hal yang menonjol adalah adanya upaya penyatuan/unifikasi berbagai hukum alam menjadi satu ide tunggal yang bisa menjelaskan dua hal atau lebih yang sebelumnya dianggap tidak berhubungan.

Isaac Newton dapat dicatat sebagai pencetus yang sukses dalam usaha unifikasi ini, dimana teori gravitasi yang dia sodorkan dapat menjelaskan bahwa gaya yang menyebabkan apel jatuh ke bumi adalah sama dengan yang menyebabkan bulan mengelilingi bumi. Penggabungan gaya yang bekerja di langit (selestial) dan di bumi (terestial) menjadi satu yang disebutnya gaya gravitasi, membuktikan hal yang fantastik tentang gaya yang bekerja di alam ini.

Tiga ratus tahun kemudian, James Maxwell, seorang fisikawan Skotlandia, juga sukses dalam menggabungkan dua fenomena yang sebelumnya dianggap berbeda: listrik dan magnet. Persamaan elektro-magnet dari Maxwell menunjukkan bahwa dua fenomena alam yang berbeda ternyata itu sesungguhnya berasal dari satu prinsip yang sama.

'Tuhan Baru' (habis)

Mind over Matter:

Prinsip yang tertinggi dan paling primer alam semesta adalah ‘sebab’ yang pada esensinya niscaya, yang rantai sebab-sebab berakhir padanya. Seperti yang dipertanyakan secara retorika aleh Baqir Shadr dalam “Falsafatuna”—magnum opus-nya, yaitu “Apakah sebab efisien alam itu adalah sebab material itu sendiri atau bukan?” Di belakang meja dan kayu, ada tukang kayu, ada hal-hal lain yang menyebabkan adanya meja. Sebab-sebab ini akan membawa pada hal yang tidak bisa ditelaah secara matter.

'Tuhan Baru' (Bag 4)

A Matter of a New Philosophy

Dalam sebuah novel spiritual “The Celestine Prophecy” milik James Redfield – yang merupakan novel beraroma New Age, dikatakan bahwa wawasan ketiga adalah masalah energi. Wawasan ketiga ini menggambarkan pemahaman baru atas dunia fisik. Dikatakan bahwa manusia akan belajar menyerap apa yang dulu merupakan energi yang tak terlihat. Banyak ilmuwan menganggap hal semacam ini sebagai hocus pocus, akan tetapi ilmuwan fisika baru tidak menganggapnya demikian.

Seluruh karya hidup Einstein adalah untuk menunjukkan bahwa apa yang kita persepsikan sebagai benda keras kebanyakan merupakan ruang kosong dengan suatu pola energi yang melintasinya. Jika saat ini fisika menuntun kita ke sebuah pandangan dunia yang secara esensia bersifat mistik. Ini berarti bahwa ia telah kembali ke permulaannya pada sekitar dua ribu lima ratus silam. Istilah ‘fisika’ berasal dari kata Yunani ini yang berarti usaha untuk melihat alam yang esensial dari segala hal. Ini merupakan tujuan sentral para sufi dan filosofi ajaran milesia yang memiliki pengertian mistik yang kuat. Orang Milesia dijuluki ‘hylozoist’ atau ‘orang-orang yang berpikir bahwa materi adalah hidup’ oleh orang-orang Yunani sesudahnya, karena mereka menganggap bahwa tak ada perbedaan antara yang hidup dan yang mati, antara ruh dan materi. (Fritjof Capra, “Tao of Physics” (Jalasutra, 2001); halaman 6-7).

'Tuhan Baru' (bag 3)

A Matter of a New Physics

Teori kuantum juga mengumumkan adanya keterkaitan esensial dari alam semesta. Ia juga memperlihatkan bahwa kita tidak dapat mendekomposisikan dunia ke dalam unit-unit terkecil yang ada secara bebas. Bila menembus ke dalam materi, maka akan ditemukan bahwa ia terbuat dari partikel-partikel, tetapi semua ini bukanlah merupakan balok-balok bangunan dasar. Teori kuantum memaksa kita untuk melihat alam semesta bukan sebagai suatu kumpulan objek-objek fisik, melainkan lebih sebagai jaringan rumit dari relasi antar berbagai bagian dari suatu keseluruhan yang menyatu.

Riset terbaru dalam fisika yang bertujuan menggabungkan dua teori dasar, teori kuantum dan teori relativitas, menjadi sebuah teori lengkap tentang partikel-partikel subatom. Dan ini semua adalah perkembangan dari sains. Sains mempunyai dua makna. Jika kita menganggap bahwa apa yang kita saksikan dalam fenomena sains itu adalah “sebuah kenyataan sempurna,” maka kita akan melihat sains sebagai ‘hanya’ kebenaran inderawi saja. Sains pernah mengukuhkan bahwa kebenaran mutlak didasarkan pada panca-inderwi saja. Pandangan ini disebut “saintisme”. Karena itu, pertanyaannya adalah, “Apakah ada suatu hakikat yang berada di luar sains?” Saintisme akan menjawab tak ada. Kebenaran dan realitas hanyalah realitas material yang bisa dideskripsikan melalui hukum-hukum sains semata, menurut saintisme.

‘Tuhan Baru’ (Bag 2)

A Matter of Physics

Daftar kualitas fisis tersebut masih bersifat terbuka bagi penambahan, namun yang sudah dapat dipastikan adalah bahwa semuanya itu terdiri atas berbagai ciri yang merupakan objek ilmu fisika. (Keith Campell, 1967). Secara singkat, sifat-sifat fisis tersebut dapat diungkapkan sebagai: sifat publik, sifat dapat dikontrol, non mental, alami, atau tercerap indera.

Pernyataan-pertanyaan seperti “apa yang terhitung sebagai suatu entitas fisis?” dan “apa yang terhitung sebagai milik dari kebanyakan entitas fisis tersebut?” tidaklah dikemukakan jawabannya yang pasti. Konsekuensi dari kenyataan tersebut, jawaban-jawaban terhadap pertanyaan: “apakah suatu benda material tersebut?” dan “apakah yang dimaksudkan oleh materialisme dengan ‘materi’ tersebut?” juga tidak mendapatkan jawaban-jawaban yang pasti pula. Yang jelas, dapatlah dikemukakan bahwa kesadaran, ketertujuan, aspirasi, dan kecakapan mencerap atu mengindera tidaklah tergolong kualitas materi tersebut.

'Tuhan Baru' (bag 1)

Matter and Matter

Ternyata hampir tidak ada seorangpun yang tidak bertuhan, atau paling tidak, setiap orang secara sadar atau tidak, mengakui adanya ujung rangkaian kausal dalam dunia kosmik. Ujung rangkaian itu disebut dengan ‘materi’.

Sedemikian ‘absolut’-nya pengertian di balik kata ini bagi sebagian orang, sehingga dalam komunikasi Barat, terutama Inggris, ‘bukan materi’ (it’s doesn’t matter) yang juga berarti ‘bukan sesuatu yang penting’ dan ‘bukan benda’ (it’s nothing) yang juga diartikan ‘bukan apa-apa’ diartikan ‘tidak ada’. Padahal thing (sesuatu, syay’) mengandung pengertian ontologis yang identik dengan eksistensi.

Setidaknya, sejauh yang penulis pernah dengar, ada tiga pengertian berbeda yang terkandung dalam kemasan kata ‘matter’, yaitu dalam ontologi, epistemologi (logika) dan kosmologi (fisika).

Materia dalam ontologi tidak berbentuk benda, karena ia sebenarnya tidak akan ada tanpa forma. Sedangkan materi dalam kosmologi, terutama dalam filsafat Barat adalah raga, yang merupakan gabungan dari forma (yang memberikan aktualitas) dan potensia atau materia (yang hanya menerima aktualitas). Oleh sebab itu kita menyebutnya ‘materia’ dalam ontologi dan ‘materi’ dalam kosmologi.

Wednesday, November 14, 2012

Realitas Serba Berubah

Berikut disajikan suatu artikel tentang Karl Pribram, seorang ilmuwan syaraf dari Universitas Stanford yang terkenal dengan teori otak holografisnya, ditulis oleh Marylin Ferguson, penulis buku "The Aquarian Conspiracy" dari tahun 1960-an, yang menjadi buku klasik dari gerakan New Age 

Jika Anda ingin tahu, di mana revolusi riset otak yang akan datang berlangsung, pelajarilah apa yang pada saat ini diminati oleh Karl Pribram. Sepanjang karirnya, ilmuwan syaraf berusia 58 tahun dari Universitas Stanford ini selalu berada di dekat–kalau bukan penganjur utama—dari hampir semua pergolakan pemikiran tentang bagaimana otak bekerja.

Pada dewasa ini ia mengajukan suatu model yang mencakup segala-galanya dan mengejutkan, yang menimbulkan kegemparan di kalangan mereka yang tertarik dengan misteri kesadaran manusia. “Model holografis”-nya memadukan riset otak dengan fisika teoretik; model itu menjelaskan persepsi sehari hari, dan sekaligus membebaskan pengalaman-pengalaman paranormal dan transendental dari sifat supernaturalnya dengan menjelaskannya sebagai bagian dari alam.

Thursday, November 8, 2012

Bagaimana Membangun Mesin Waktu

Oleh: Paul Davies

(Sumber: Scientific American Reports – Special Edition on Astrophysics, 2007, hal. 28-33)


Generator/mesin pengeret wormhole yang diimajinasikan oleh seniman futuris Peter Bollinger. Lukisan ini menggambarkan akselerator partikel raksasa berbasis angkasa yang sanggup menciptakan, memperbesar, dan memindahkan wormhole untuk dipergunakan sebagai mesin waktu.


"Tidak akan mudah, tapi mungkin dilakukan".

Perjalanan waktu telah menjadi tema sains fiksi populer sejak H. G. Wells menulis novel terkenalnya, The Time Machine, pada tahun 1895. Tapi bisakah itu betul-betul dilakukan? Mungkinkah membangun sebuah mesin yang dapat mengangkut manusia ke masa lalu atau masa depan?

Selama berdekade-dekade, perjalanan waktu berada di luar perbatasan sains terhormat. Namun pada tahun-tahun belakangan, topik ini telah menjadi semacam industri rumahan di kalangan fisikawan teoritis. Motivasinya sebagian adalah rekreasi—perjalanan waktu sangat menyenangkan untuk dipikirkan. Tapi riset ini mempunyai sisi serius pula. Memahami hubungan antara sebab dan akibat adalah bagian kunci dalam upaya menyusun unified theory (teori final) fisika. Jika perjalanan waktu yang tidak terlarang adalah mungkin, sekalipun secara prinsip, sifat unified theory bisa terpengaruh drastis.

Apakah Ruang Terhingga?

Oleh: Jean-Pierre Luminet, Glenn D. Starkman, dan Jeffrey R. Weeks

Ilustrasi oleh: Bryan Christie Design
(Sumber: Scientific American, Special Edition – The Once and Future Cosmos, 31 Desember 2002, hal. 58-65)

Kearifan konvensional menyatakan alam semesta berluas tak terhingga. Tapi boleh jadi ia terhingga, hanya saja memberi ilusi ketakterhinggaan.

 

“Kotak Ketakterhinggaan” menyebabkan kosmos terhingga terlihat tak berujung pangkal. Kotak ini memuat tiga bola saja, tapi cermin yang memagari dinding-dindingnya menghasilkan citra berjumlah tak terhingga. Tentu saja, di alam semesta riil tak ada perbatasan yang dapat memantulkan cahaya. Tapi, keanekaragaman citra dapat timbul sewaktu sinar cahaya membelit alam semesta berulang-ulang. Dari pola citra berulang, kita bisa menyimpulkan ukuran dan bentuk sejati alam semesta.

Saat menatap langit di malam yang cerah, kita merasa bisa melihat seterusnya tanpa ujung. Seolah bintang-bintang dan galaksi-galaksi itu tak berujung; bahkan kegelapan di antara mereka dipenuhi dengan cahaya jika kita menatap melalui teleskop yang cukup sensitif. Faktanya, tentu saja, volume ruang yang dapat kita amati dibatasi oleh umur alam semesta dan kecepatan cahaya. Tapi dengan waktu yang cukup, tak bisakah kita mengintai lebih jauh lagi, terus dan terus menemukan galaksi dan fenomena baru?

Wednesday, November 7, 2012

Mengungkap Misteri Terbentuknya Alam Semesta / Jagat Raya


Sebuah bola yang jatuh gedung bertingkat 20 ke tanah disebabkan oleh gaya gravitasi yang dibawa partikel graviton. Sementara itu, pesawat televisi bisa menerima siaran langsung dari studio yang berjarak ribuan mil disebabkan oleh gelombang elektromagnetik yang dibawa partikel foton.

Selain dua contoh gaya atau interaksi fundamental alami itu, dikenal pula dua gaya lain, yakni gaya (interaksi) kuat dan gaya lemah. Dengan memanfaatkan sekelompok partikel subatom yang disebut gluon, gaya kuat mengikat proton-proton dan neutron-neutron dalam inti atom. Adapun gaya lemah bertanggung jawab atas peluruhan zat radioaktif dan memegang kendali dalam penggabungan inti atom (fusi) yang memberi tenaga pada bintang dan Matahari agar tetap bercahaya. Pembawa gaya lemah tak lain partikel W dan Z. Itulah empat gaya alam fundamental yang secara alami ada di sekitar, meski sering tak kita sadari.

Mengenal Apa Itu Gaya Gravitasi

Disadari atau tidak, seringkali kita tidak memahami pengalaman kita hidup di dunia ini. Tentang ‘sesuatu’ yang menyebabkan kita tetap lekat di permukaan bumi. Apakah sesuatu itu? Mengapa sesuatu itu ada? Bagaimana cara ia bekerja?

Suatu pertanyaan sederhana seringkali memerlukan pemikiran yang mendalam untuk memperoleh jawabannya. Dan mungkin, sedikit sekali yang berupaya sungguh-sungguh, karena hal itu tampaknya sesuatu yang “biasa” dalam kehidupan sehari-hari. Kecuali anak-anak yang polos dan lugu serta ingin tahu yang seringkali mengusik kita dengan pertanyaan-pertanyaan mereka yang spontan tentang segala sesuatu yang mereka lihat dan rasakan. Yang terkadang terkesan lucu namun menyenangkan. Diantaranya mengapa benda jatuh selalu ke “bawah”?

Zero Point Energy (ZPE): Energi dari ketiadaan?

Selama beberapa dekade terakhir ini para ilmuwan memimpikan sumber energi baru yang murah, aman, bebas polusi dan melimpah. Mungkinkah energi ini dapat terwujud justru dari ruang hampa?. Pada sekitar abad ke-17 orang berpendapat untuk membuat sebuah ruang hampa adalah cukup dengan menghisap keluar semua materi yang mengisi ruang tersebut yang dalam hal ini adalah molekul-molekul udara. Kemudian pada abad ke-19 orang menyadari dalam ruang hampa yang dibuat dengan cara demikian, akan masih tersisa radiasi thermal, yaitu radiasi disebabkan oleh perbedaan temperatur.

Untuk menghilangkan radiasi thermal, cukup dengan mendinginkan ruang tersebut pada temperatur nol absolut. Secara teori, pada temperatur ini tidak ada radiasi thermal dan semua partikel akan diam serta ruangan pun akan kosong dari partikel yang berseliweran. Namun hasil penelitian mutakhir menunjukkan hal yang baru. Pada kondisi hampa seperti diatas masih terdapat radiasi yang tetap ada walau temperatur telah diturunkan hingga nol absolut. Radiasi ini disebut dengan "zero point radiation", dinamakan demikian karena sesuai dengan sifatnya yang tetap muncul pada temperatur nol absolut, dan energi pembangkitnya disebut dengan "zero point energy" (ZPE).

Apa Itu Kecepatan Cahaya (Light Speed)?

Sejauh ini ilmuwan belum menemukan sesuatu yang kecepatannya bisa melebihi kecepatan cahaya. Tapi apa itu kecepatan cahaya ?. Kecepatan cahaya merupakan sebuah konstanta yang disimbolkan dengan huruf c, singkatan dari celeritas (yang dirujuk dari dari bahasa Latin) yang berarti "kecepatan". Kecepatan cahaya dalam sebuah ruang hampa udara didefinisikan saat ini pada 299.792.458 meter per detik (m/s) atau 1.079.252.848,8 kilometer per jam (km/h) atau 186.282.4 mil per detik (mil/s) atau 670.616.629,38 mil per jam (mil/h), yang ditetapkan pada tahun 1975 dengan toleransi kesalahan sebesar 4×10−9.

Penjelasan Tentang Teori Fisika Kuantum

Teori kuantumWheeler sebenarnya sudah muncul sejak pasca Perang Dunia II, digagas oleh fisikawan John A. Wheeler. Kalo kita bicara tentang teori kuantum, harus kita pahami bahwa alam semesta (maksudnya alam partikel) bersifat fluktuatif, tidak ada yang pasti, karena dikontrol oleh asas ketidakpastian Heisenberg sehingga hanya probabilitas posisi dan momentumnya saja yang kita ketahui.

Inilah yang dibenci Einstein dari teori kuantum, meski ia dikenal sebagai salah satu perintisnya yang utama (dengan Satyendrenath Bose di India, terpisah separuh bola Bumi dengan Einstein di Princeton, mereka saling surat menyurat dalam rangka menyusun sebuah statistik kuantum, kini dikenal sebagai statistik Bose-Einstein, untuk mengatur perilaku partikel2 berspin bulat yang berperanan membawa gaya2 fundamental di alam semesta/boson, dan mereka baru bertemu muka setelah tulisannya siap diterbitkan). Sampai2 muncul kata2nya yang terkenal : " Tuhan tidak melempar dadu ".

Misteri Dark Energy (Energi Gelap) di Alam Semesta

Belum lagi orang bisa memecahkan misteri tentang materi gelap (dark matter) alam semesta, sekarang ditemukan fenomena yang lebih muskil lagi, yaitu dark energy (energi gelap). Alam semesta akan terus berkembang selamanya. Demikian disimpulkan ilmuwan NASA dalam sebuah studi terbaru tentang salah satu teka-teki astronomi terbesar, 'dark energy' atau 'energi gelap'.

Apa itu dark matter? Apa itu dark energy? Harap tidak keliru diartikan sebagai kuasa kegelapan tempat berkuasanya drakula, hantu, dan lain-lain. Dark energy yang dibahas di sini adalah masalah ilmu pengetahuan alam.

Para astronom bisa mengamati benda-benda langit, seperti bintang dan galaksi, karena benda-benda itu memancarkan cahaya. Benda-benda langit yang menghasilkan cahaya itu dikategorikan sebagai materi terang. Ada benda-benda langit lain yang tidak memancarkan cahaya, seperti lubang hitam (black hole), bintang katai gelap, dan awan gas antarbintang.

Fakta dan Penjelasan Ilmiah Tentang Crop Circle

Fenomena crop circle bisa dijelaskan secara Fisika. Pola yang muncul bisa jadi dihasilkan dari gelombang mikro dari Bumi, laser, dan GPS. Demikian dijelaskan oleh Richard Taylor, peneliti dari University of Oregon, AS, yang sekaligus mengungkap bahwa jejak pola simetris di areal pertanian tersebut tidak ada kaitannya dengan makhluk luar angkasa.

Crop circle diperkirakan muncul lebih dari 10.000 kali di sepanjang abad 20. Setiap kemunculannya selalu dikaitkan dengan keberadaan makhluk luar angkasa, bahkan hal-hal yang berhubungan dengan supranatural.

Waktu Mungkin Akan Berhenti 5 Milyar Tahun Depan

Sebelumnya, teori mengatakan bahwa waktu itu tak terbatas, akan tetapi teori baru mengatakan sebaliknya.

Sejauh yang bisa dikatakan para astrofisikawan, alam semesta mengembang dengan kecepatan tinggi dan cenderung akan tetap demikian untuk jangka waktu yang tak terbatas. Akan tetapi sekarang beberapa fisikawan mengatakan bahwa teori ini yang disebut "pengembangan abadi" dan implikasinya bahwa waktu tak ada akhirnya, merupakan suatu masalah bagi para ilmuwan untuk mengkalkulasi probabilitas setiap kejadian. Dalam makalah baru, mereka mengkalkulasi bahwa waktu cenderung akan berhenti dalam 5 milyar tahun mendatang yang disebabkan oleh sejenis malapetaka yang tak ada satupun hidup pada waktu itu untuk menyaksian kejadian tersebut.

Tuesday, November 6, 2012

Kecerdasan Spiritual Danah Zohar Sebuah telaah kritis tentang SQ

Buku Danah Zohar telah terbit lagi. Buku itu berjudul sangat bombastis SQ, Spiritual Intelligence, the Ultimate Intelligence (Bloomsbury, London 2000). Buku ini adalah bagian dari triloginya tentang holisme kuantum yang aplikatif untuk kehidupan sehari-hari. Pada buku pertama, the Quantum Self (Bloomsbury , London 1990), Zohar telah mendobrak elitisme fisika kuantum yang oleh Fritjof Capra dilebur dengan elitisme mistik Timur menjadi elitisme eksklusif mistisime zaman baru. Dengan bukunya itu, Zohar justru meletakkan proses kuantum di tengah kehidupan kita sehari-hari dengan menyatakan bahwa proses berpikir kita yang biasa dalam kehidupan sehari-hari, bukan hanya pengalaman mistik yang esoteris, pada dasarnya adalah sebuah proses kuantum.

Pada bukunya yang kedua, the Quantum Society (Flamingo, London 1994), dia menyatakan bahwa masyarakat dunia harus ditata kembali menjadi sebuah masyarakat kuantum, yaitu sejumlah komunitas-komunitas kecil tatap muka yang berinteraksi secara dialogis serupa dengan model dialog internal yang terjadi dalam otak manusia. Dalam buku kedua ini dia mengatakan bahwa landasan fisika bagi kesadaran manusia adalah proses kondensasi Bose Einstein kuantum sel-sel saraf yang menimbulkan koherensi gelombang listrik-magnet di otak

MENCARI KESATUAN REALITAS Pengantar untuk terjemahan the Philosophy of Mulla Sadra

Orang seagama, filsafatnya bisa saja berbeda. Begitu sebaliknya, orang yang berbeda agama, bisa saja filsafatnya sama. Namun kesamaan filosofis itu, biasanya, hanyalah pada garis besar saja. Pada uraian rinci biasanya terdapat perbedaan yang menyolok. Perbedaan itu terletak pada tambahan terhadap pandangan pokok yang berbeda. Itulah kita jumpai pada eksistensialime Islam di abad pertengahan dan eksistensialisme Barat di awal abad-20. Kedua bentuk eksistensialisme itu sama-sama mengatakan bahwa eksistensi mendahului esensi. Atau, dengan perkataan lain, wujud lebih pokok daripada hakekat. Walaupun begitu yang dipersoalkan berbeda. Eksistensialisme Prancis abad 20 mempersoalkan eksistensi dan esensi manusia, sedangkan eksistensialisme Iran abad pertengahan mempersoalkan eksistensi dan esensi realitas secara umum terutama Tuhan.

Eksistensialisme sendiri telah digantikan secarta berturut-turut oleh strukturalisme dan pasca-strukturalisme. Pasca-strukturalisme sebagai varian dari filsafat posmodern yang pluralistik, relativistik dan anarkhis itu telah membuang semua bentuk esensialisme dari metafisika, bukan sekedar merendahkannya seperti yang dilakukan oleh eksistensialisme modern. Post-modernisme telah telah membuang semua esensi sehingga yang tinggal adalah eksistensi-eksistensi yang banyak tang tak lain dari benda-benda material di luar dan dalam tubuh kita. Tentu saja pandangan materialisme pasca-modernis itu sangat kontroversial, karena benda-benda itu tanpa esensinya, yaitu gerak dan interaksi antar sesamanya seperti yang dipahami oleh sains, tak mungkin melahirkan kehidupan, manusia dan bahkan pemikir-pemikir posmodernis itu sendiri.

Monday, November 5, 2012

Visi Quantum Tentang Tuhan

Mekanika kuantum di kalangan fisikawan dikenal sebagai salah satu cabang dari fisika modern. Cabang lainnya adalah mekanika relativistik. Gabungan kedua teori tersebut melahirkan teori medan kuantum yang sangat berhasil untuk menerangkan fenomena fisika benda-benda sangat kecil seperti misalnya atom dan bagian-bagiannya yang lebih kecil lagi.

Akhir-akhir ini fisika modern itu dikenal di kalangan umum dengan julukan fisika baru. Ini dipicu oleh buku THE TAO OF PHYSICS (1976) karangan fisikawan Fritjof Capra. Dalam buku ini, Capra menunjukkan kesejajaran antara deskripsi para mistikus Timur tentang realitas dengan deskripsi fisikawan Barat modern tentang realitas kuantum.

Tentu saja hal ini menggemparkan dunia intelektual Barat. Soalnya, menurut kebanyakan ilmuwan, agama, apalagi mistisisme, adalah sesuatu yang subyektif dan, karenanya, sama sekali di luar obyektifitas sains. Karena itu, mencampur adukkan konsep-konsep dari kedua bidang pengetahuan itu adalah suatu yang ganjil kalau tidak dapat dikatakan tabu. Fritjof Capra melanggar tabu itu dan memperoleh keuntungan material dengan larisnya buku tersebut.

Kekuatan Pikiran & Fisika Quantum

Anda barangkali terkejut tentang hubungan kekuatan pikiran dan fisika quantum. Tulisan ini bukan semata tentang kekuatan pikiran Anda, tetapi tentang kesemuanya: Anda, saya, kucing dan bahkan seluruh alam semesta. Segalanya yang bisa Anda lihat, sentuh, cium, dengar dan cicipi bisa dijelaskan melalui fisika quantum.

Apakah fisika quantum?

Fisika Quantum ialah ilmu yang mempelajari blok bangunan alam semesta; ilmu yang menjelaskan bagaimana keseluruhan di dunia ini hadir sebagai kenyataan. Hal ini menyangkut benda-benda sangat kecil yang membentuk dunia secara keseluruhan.

Segalanya yang Anda lihat bukanlah benda padat seperti yang terlihat. Kembali pada pelajaran sekolah, kita diajarkan bahwa setiap benda padat terdiri dari molekul-molekul dan molekul-molekul itu terdiri dari atom-atom. Jadi berarti lengan anda atau kursi yang anda duduki sekarang adalah terdiri dari atom-atom yang sangat kecil yang tidak bisa terlihat dengan mata telanjang. Atom-atom yang tadinya dikatakan sebagai benda terkecil yang ada ternyata terdiri lagi dari partikel sub atom, yang tidak memiliki kepadatan sama sekali.

Tuesday, October 23, 2012

Pemberontakan pada Tuhan Pencipta Alam Semesta

Sains modern telah bergerak menuju deisme yaitu suatu faham yang beranggapan Tuhan berada jauh dari luar alam. Tuhan menciptakan alam dan sesudah alam diciptakan, Tuhan tidak memperhatikan dan memelihara alam lagi. Alam berjalan sesuai dengan peraturan-peraturan yang telah ditetapkan ketika proses penciptaannya. Peraturan-peraturan tersebut tidak berubah-ubah dan sangat sempurna. Tuhan diibaratkan dengan tukang yang mahir membuat jam, setelah jam itu selesai dibuat ia tidak membutuhkan si pembuatnya lagi. Jam itu berjalan sesuai dengan mekanisme yang telah tersusun dengan rapi.

Faham deisme sepakat bahwa Tuhan Esa dan jauh dari alam, serta maha sempurna, sepakat bahwa Tuhan tidak melakukan interfensi pada alam lewat kekuatan supernatural. Tuhan tidak terlibat dengan pengaturan alam. Dia menciptakan alam dan memprogramkan perjalanannya, tetapi Dia tidak menghiraukan apa yang telah terjadi atau apa yang akan terjadi pada alam. Alam dibiarkan berjalan sendiri dan Tuhan hanya melihatnya dari kejauhan sampai alam ini rusak dengan sendirinya. Tuhan pensiun dari pekerjaannya dan tidak punya pekerjaan lagi.

Detik-Detik Penciptaan Alam Semesta/Jagat Raya

Pada sepertiga pertama abad ke 20, para astronom mempertanyakan tentang sumber energy dalam planet dan mengusulkannya sebagai adanya proses terbalik nuklir fussion. Mereka menyebutnya sebagai nuclear fussion yaitu proses terjadi akibat fusi nukler unsure ringan untuk membentuk unsure yang lebih tinggi dalam ukuran nuklirnya.

Pada tahun 1957, empat orang astronom modern yaitu Margaret, Geoffrey Bur Bridge, M.William A-Fowler dan Fred Hoyle. Telah merampungkan pembuatan redaksi teori penciptaan beragam unsure nuklir di dalam bintang (synthesis of the element in star). Berdasarkan teori tersebut para Astronom dapat menafsirkann distribusi relative bagi beragam unsure pada bagian alam semesta yang terlihat. Disamping itu mereka juga bisa menafsirkan perekembangan alam semesta yang terlihat melalui asap yang komposisinya gas hydrogen dan sedikit atom helium, hingga terciptanya alam semesta seperti sekarang ini. Dalam komposisinya terdapat unsure yang paling ringan dan sederhana seperti hydrogen sampai dengan unsure yang paling berat dan rumit strukturnya yaitu Lawrencium, sesuai dengan system yang sangat akurat yang menjelaskan karakter unsure pada tempatnya dalam daftar sirkulasi elemen.

Menuju Batas Alam Semesta

Dengan menggunakan teleskop baru di Observatorium Gunung Wilson, Edwin Hubble dan asistennya, Milton Lasell Humason (1891-1972) menghabiskan malam-malamnya untuk mengamati setiap sudut langit. Dalam waktu singkat Hubble mampu menjejaki bola langit yang berjari-jari 3 juta tahun cahaya yang  mengandung dua puluh galaksi. Tidak puas dengan itu Hubble terus tenggelam dalam petualangan antariksanya, lantas Dia menjejaki bola langit dengan 30 juta tahun cahaya dan 200 galaksi untuk memuaskan apa yang menjadi keinginannya dalam mengarungi antariksa bersama dengan teleskopnya. Hubble terus berlari menuju batas alam semesta tanpa ada yang bisa menghentikannya dan memang harusnya tidak berhenti, hingga Dia berkesimpulan bahwa galaksi di luar bima sakti sebanyak bintang yang ada di dalam bima sakti itu sendiri. Menurutnya ada sekitar 200-300 miliar galaksi lainnya selain bima sakti.

Ekspansi Alam Semesta

Pada tahun 1922 fisikawan Rusia Alexander Friedmann meramalkan alam semesta memuai atau mengalami ekspansi. Menurut Fiedmann galaksi-galaksi juga bergerak kesamping tetapi dengan kecepatan rendah. Ketika alam semesta mengerut tidak semua partikel bertabrakan, ada yang bersimpangan jalan dan saling menjauhi, inilah yang dimaksud dengan jagat raya memuai atau ekspansi alam semesta. Menurut perhitungan,pemuaian alam semesta terjadi antara 5% – 10% dalam satu miliar tahun sekali.

ada 3 bentuk pemuaian atau ekspansi alam semesta model friedmann yaitu :

Model pertama : Alam semesta tidak terhingga dalam ruang yang tidak terbatas. Gravitasi begitu kuat sehingga ruang menggembung mirip permukaan bola dengan 3 dimensi, dan dimensi ke 4 adalah waktu yang rentangannya seperti garis bujur 2 yaitu batas awal dan batas akhir.

Model kedua : Ruang melengkung mirip pelana kuda dan tak terhingga

Model ke tiga : Ruang itu datar dan tidak terhingga dengan laju pemuaian yang kritis.

Alam Semesta yang Memuai

Pada tahun 1750 M telah diketahui bahwa bumi kita berada pada sebuah galaksi yang terdiri dari ribuan bintang yang disebut sebagai Bima Sakti (MilkyWay). Bahkan seorang astronom bernama William Herschel telah mendata posisi dan jarak sejumlah besar bintang. Namun data-data ini baru dapat diterima secara lengkap pada awal abad ke-20, dan pada abad ke-20 diketahui bahwa galaksi kita berbentuk piringan cakram (seperti spiral). Galaksi kita mempunyai garis tengah sekitar seratus ribu tahun-cahaya. Galaksi ini berputar lambat-lambat; bintang-bintang dalam lengan-lengan spiralnya beredar mengitari pusat galaksi sekali dalam tiap beberapa ratus juta tahun. matahari hanyalah sebuah bintang kuning biasa dengan ukuran rata-rata, dan terletak di dekat pinggir dalam dari salah satu lengan spiral galaksi kita itu.

Pada tahun 1924 M, seorang astronom Amerika Edwin Hubble melangkah lebih maju daripada para astronom sebelumnya. Dalam penelitiannya di Observatorium Mount Wilson California, ia melahirkan sebuah gambaran modern tentang alam semesta. Hubble menemukan bahwa Bima Sakti hanyalah satu dari beberapa ratus milyar galaksi yang ada di alam semesta ini, yang dapat dilihat dengan menggunakan teropong modern. Tiap-tiap galaksi berisi beberapa ratus milyar bintang, dan diantara galaksi-galaksi ini terdapat kawasan yang sangat luas yang merupakan ruang kosong. Untuk membuktikan hal ini diperlukan pengukuran untuk menentukan jarak antar galaksi. Edwin Hubble menggunakan metode dengan mengukur kecemerlangan kentara sebuah bintang yang bergantung pada berapa banyak cahaya yang dipancarkan (luminositas) dan jaraknya dari mata kita.

Telaah atas Ruang dan Waktu

Pada zaman klasik, Aristoteles meyakini bahwa keadaan alami suatu benda adalah rihat (diam). Suatu benda bergerak hanya apabila didorong oleh suatu forsa (gaya) atau impuls (dorongan). Aristoteles pun meyakini bahwa sebuah benda berat akan jatuh lebih cepat daripada benda yang lebih ringan, karena tarikan ke arah bumi lebih besar. Semua hukum ini diyakini kebenarannya tanpa perlu sebuah pengecekan melalui pengamatan. Semuanya dihasilkan hanya dengan pemikiran murni semata. Berbeda ketika revolusi ilmiah terjadi, dimana sebuah hukum dapat dinyatakan benar apabila telah didukung dengan hasil pengamatan secara langsung.

Dewasa ini gagasan kita mengenai gerak suatu benda berasal sari Galileo dan Newton. Galileo dalam sebuah percobaannya: menggelindingkan bola-bola yang memiliki bobot berlainan pada sepanjang lereng yang rata. Peristiwa ini serupa dengan jatuhnya benda berat secara vertikal, namun lebih mudah diamati karena kecepatannya lebih rendah. Percobaan ini menunjukkan bahwa tiap bola bertambah kecepatannya dengan laju yang sama, baik bola yang berat ataupun yang lebih ringan. Tentu saja sebuah batu akan jatuh bebas lebih cepat dari bulu, hal ini karena bulu diperlambat oleh gesekan udara. Akan tetapi jika kita menjatuhkan dua batu yang berbeda beratnya―benda yang resistans udaranya tidak besar―mereka akan jatuh dengan laju yang sama. Hukum ini kemudian dikenal sebagai teori Ekuivalensi, yaitu bahwa percepatan (akselerasi) menciptakan gaya (force) dan bahwa massa suatu benda, yang diukur dengan berat benda tersebut di bumi, harus sama dengan massa yang diperoleh dari peristiwa tumbukan benda itu dengan benda-benda lain di manapun di alam semesta, atau manakala ia mengalami percepatan oleh suatu gaya.

Asas Ketidakpastian

Berangkat dari sebuah pernyataan seorang ilmuwan Perancis Marquis de Laplace pada awal abad ke-19, bahwa alam semesta bersifat deterministik. Laplace menyarankan seharusnya ada seperangkat hukum-hukum ilmiah yang akan terjadi dalam alam semesta, dengan cukup mengetahui keadaan lengkap alam semesta pada satu waktu. Bahkan ia mengandaikan adanya hukum-hukum serupa yang mengatur semua hal lain, termasuk tabiat manusia.

Hal ini mendorong seorang ilmuwan Jerman Werner Heisenberg untuk merumuskan asas ketidakpastiannya (1926 M) yang mempunyai implikasi yang sangat signifikan terhadap cara manusia memandang dunia.

Sebelum itu, seorang ilmuwan Jerman lain, Max Planck (1858-1947 M), mengemukakan Teori Kuantum (1900) yang menjelaskan laju pemancaran radiasi dari dalam benda panas dengan sangat memuaskan. Max Planck mengemukakan, bahwa cahaya, sinar-X dan gelombang-gelombang lain tidak dapat dipancarkan dengan laju sewenang-wenang (arbitrer), melainkan hanya dalam paket-paket tertentu yang disebutnya kuantum (jamak: kuanta). Lebih dari itu, tiap kuantum mempunyai kuantitas energi tertentu, yang makin besar dengan makin tingginya frekuensi, sehingga pada frekuensi yang cukup tinggi pemancaran sebuah kuantum tunggal menuntut energi yang lebih besar daripada yang tersedia. Jadi radiasi pada frekuensi tinggi akan dikurangi dan laju hilangnya energi benda itu akan terhingga.

Lahirnya Kosmologi Modern; Hasil Pergulatannya dengan Agama

Kata kosmologi sendiri berasal dari kata Yunani, Kosmos. Kata ini pada masa Yunani Kuno dipakai oleh Pythagoras untuk menggambarkan keteraturan dan keselarasan benda-benda langit. Akan tetapi pada perkembangan selanjutnya kata kosmologi tidak lagi dipakai dalam hal penjelajahan alam semesta, terutama ketika zaman Aristoteles. Langit dijadikan objek pemujaan sebagaimana berlangsung pada masa Babilonia. Yang ada hanyalah bidang astronomi yang mengkaji tentang perhitungan gerak benda-benda langit atau ramal meramal nasib yang merupakan wilayah astrologi, sedangkan aspek langit lainnya merupakan kawasan yang dikuasai oleh teologi.

Setelah itu kosmologi baru muncul kembali dalam karya penting Thomas Aquinas, Summa Theologica. Kemudian pada abad ke-18 Christian Wolff menggunakan kata ini untuk membagi wilayah kajian filsafat. Dalam pengertian Wolff, kosmologi adalah telaah tentang sistem kosmik, yang diselidiki menurut inti dan hakikatnya yang mutlak, baik menurut segi material maupun menurut maknanya. Hal ini berarti bahwa―dalam spekulasi filosofis mengenai kosmos― obyek-obyek kosmologi tidak secara a priori dibatasi pada benda fisika-kimia ataupun biotik (makhluk hidup), melainkan juga manusia dan kosmos sejauh dialami oleh manusia.

Sains Abad Pertengahan hingga Abad Pencerahan

Dalam catatan sejarah, sistem Ptolemaik bertahan selama 13 abad, yaitu dari abad ke-2 Masehi hingga abad abad ke-17 M. Jadi dalam 13 abad tersebut tidak ada penemuan yang cukup signifikan hingga pada penemuan Coeprnicus (1543 M), Kepler (1571-1630 M), Galileo (1564-1642 M), dan Newton (1642-1727 M).

Pada abad ke-18 sains modern melakukan perubahan besar-besaran yang kemudian dikenal sebagai gerakan renaisans. Zaman ini merupakan zaman pencerahan, zaman yang menandai keterpisahan dari masa lampau dengan memusatkan perhatian pada keduniawian dalam skala yang cukup besar.

Pada abad ini, sains tidak hanya bergelut dalam bidang ilmu perbintangan dan kajian tentang fenomena alam, akan tetapi sains menjadi dasar bagi pengembangan teknologi yang riil yang menfokuskan diri pada penemuan masalah kelistrikan dan kemagnetan di satu pihak dan penemuan alat-alat di pihak lain. Ditemukannya mesin uap, mesin pembangkit muatan listrik secara mekanis, kondensor untuk mengumpulkan dan menyimpan muatan listrik, penggunaan tehnik-tehnik baru dalam industri kecil dan lain sebagainya.

Tiga Pilar Kosmologi Standar

Sekarang, kosmologi bukan lagi sekadar teori-teori spekulatif tentang asal-usul, evolusi, komposisi, dan struktur alam semesta ini. Ia sudah merupakan ilmu pengetahuan yang didukung beragam hasil observasi astronomis, juga hasil-hasil eksperimen fisika yang berkaitan. Bahkan, sebagian kalangan ahli kosmologi mengatakan, saat ini adalah eranya kosmologi presisi, yaitu era ketika data-data astronomis melimpah dengan tingkat kepresisian yang semakin tinggi.

Banyak hasil observasi yang mendukung teori-teori yang diajukan. Ada juga yang mengentakkan para ilmuwan, alam semesta ini belum sepenuhnya terpahami. Bahkan mendorong mereka untuk terus menformulasikan aturan-aturan atau teori-teori yang memerikan alam semesta ini.

Salah satu teori yang diajukan untuk menjelaskan alam semesta ini adalah model kosmologi big bang. Model kosmologi ini pertama kali diajukan seorang ilmuwan Rusia, A. A. Friedmann, dan secara terpisah seorang pendeta-ilmuwan Belgia, G. Lemaitre. Model kosmologi yang mereka ajukan merupakan salah satu solusi teori relativitas umum Einstein. Dalam teorinya ini, Einstein menyatakan hubungan kelengkungan ruang-waktu dengan sumber medan yang mengisi ruang-waktu tersebut.

Monday, October 22, 2012

Kosmologi Filsafat

Ruang Lingkup Kosmologi Filsafat

Kosmologi berasal dari kata Yunani “kosmos” dan “logos”. “Kosmos” berarti susunan, atau ketersusunan yang baik. Lawannya ialah “khaos”, yang berarti “kacau balau” (Bakker, 1995: 39). Sedangkan “logos” juga berarti “keteraturan”, sekalipun dalam “kosmologi” lebih tepat diartikan sebagai “azas-azas rasional” (Kattsoff, 1986: 75). Dalam sejarah filsafat Barat, tercatat Phytagoras (580 – 500 SM) merupakan orang yang pertama kali memakai istilah “kosmos” sebagai terminologi filsafat. Bahkan dalam tradisi Aristotelian, penyelidikan tentang keteraturan alam disebut sebagai “fisika” (bukan dalam pengertian modern), dan filsafat Skolastik memakai nama “filsafat alami” (philosophia naturalis) untuk menyebut hal yang sama (Bakker, 1995: 40).

Istilah “kosmologi ”(cosmology) dipakai pertama kali oleh Christian von Wolff dalam bukunya “Discursus Praeliminaris de Philosophia in Genere” tahun 1728, dengan menempatkannya dalam skema pengetahuan filsafat sebagai cabang dari “metafisika” dan dibedakan dengan cabang-cabang metafisika yang lain seperti “ontologi”, “teologi metafisik”, maupun “psikologi metafisik” (Munitz, dalam Edward, ed., 1976: 237). Dengan demikian, sejak “klasifikasi Christian”, “kosmologi” dimengerti sebagai sebuah cabang filsafat yang membicarakan asal mula dan susunan alam semesta; dan dibedakan dengan “ontologi” atau “metafisika umum” yang merupakan suatu telaah tentang watak-watak umum dari realitas natural dan supernatural; juga dibedakan dengan “filsafat alam” (The philosophy of nature) yang menyelidiki hukum-hukum dasar, proses dan klasifikasi objek-objek dalam alam (Runes, 1975: 68-69). Namun demikian, walau secara definitif “kosmologi” dibedakan dengan “ontologi” maupun “filsafat alam”, pemilahan yang tegas dalam analisis konseptual antara ketiga bidang tersebut merupakan suatu usaha yang sulit dikerjakan, mengingat objek material dan objek formal yang hampir sama.

Wednesday, October 17, 2012

Asal-Usul Teori Evolusi

Dalam komentarnya terhadap The Descent of Man, karya Charles Darwin, modernis Arab, Jamaluddin al Afghani mengatakan bahwa “Abu Bakar ibnu Bashrun dalam karyanya mengenai alkimia menyatakan bahwa mineral berubah menjadi tanaman, dan tanaman menjadi hewan, dan bagian terakhir dari perubahan ini dan menjadi puncaknya adalah manusia. Bila ini adalah basis teori evolusi, maka para ilmuan Arab telah lebih dahulu menyatakannya sebelum Darwin.”

Beberapa penulis Arab memang telah tiba pada konsep evolusi; Usman Amar al Jahiz (wafat 869) dan Abu al Hasan Ali al Masudi (wafat 956) mengajukan evolusi “dari mineral ke tanaman, dari tanaman ke hewan, dan dari hewan ke manusia.” Al Masudi diusir dari Baghdad, mungkin karena mengajukan gagasan seperti ini.

Dalam bidang Zoologi, biologiwan Arab mengembangkan berbagai teori evolusi. John William Draper mengatakan bahwa teori evolusi versi Arab berkembang jauh lebih mendalam daripada kita karena meluas hingga ke abiogenesis, menuju ke mahluk inorganik atau mineral. Menurut Al Khazini, gagasan evolusi meluas diantara masyarakat di dunia Arab pada abad ke-12 dan diajarkan di sekolah-sekolah masa itu.

Kesurupan

Individu dan kelompok sekuler, skeptik dan liberal yang tidak percaya adanya setan dan jin percaya kalau kesurupan hanyalah masalah mental dan fisik.

Sedikit yang mencoba mendalami lebih jauh masalah ini. Tapi apakah hal ini memiliki basis di kenyataan?

Kesurupan bagi mereka disebabkan oleh:

1. Gangguan otak, seperti sindrom Gilles de la Tourette, epilepsi, gangguan identitas disosiatif atau
2. Penyakit mental, seperti schizophrenia, psikosis, histeria, mania, atau
3. Orang yang otaknya kurang lebih sehat tapi sayangnya tersedot dalam permainan peran sosial dengan konsekuensi yang sangat tidak nyaman, seperti remaja yang hanya dapat mengatakan hal-hal tabu jika ia kesurupan.

Kesadaran

Apa itu kesadaran? Tidak ada satu definisi yang cukup untuk konsep yang demikian sulit, namun kita dapat menyatakan kesadaran sebagai kewaspadaan diri dan refleksi diri, kemampuan merasakan sakit atau senang, sensasi merasa hidup dan menjadi manusia, segala yang lewat melalui pikiran.


Menurut Psikolog Steven Pinker, kesadaran adalah pertanyaan besar dan sulit.

Apa yang ada bukanlah satu masalah tentang kesadaran tetapi dua, yang, dikatakan filsuf David Chalmers sebagai masalah mudah dan masalah susah. Dikatakan mudah seperti mudahnya manusia mencari usaha menyembuhkan kanker atau mengirim manusia ke Mars. Sedikit banyak ilmuan tahu apa yang dicari, dan dengan kemampuan dan dana yang cukup, kita dapat memecahkannya di abad ini.