Monday, December 10, 2012

Makna 10.000 Tahun Peradaban Manusia

Oleh: Mohamad SM

Kenapa diskusi tentang masa depan  manusia dan kosmos akan selalu berujung kepada perdebatan yang tiada habis-habisnya. Barangkali itulah sebenarnya sifat alam semesta yang tidak akan pernah selesai, alias abadi selamanya. Kita akan terus bertanya siapakah diri kita sebenarnya fisik atau metafisik dan bagaimana cara membuktikannya. Kita ingin bukti !! Segera!!!


Itulah sifat-sifat manusia yang cenderung terburu-buru seolah-olah tidak sabar menanti masa depan sebenarnya. Padahal usia peradaban yang 10,000 tahun ini tetap menyisakan pertanyaan tentang imortalitas diantara batas-batas mortalitas yang kita hadapi sehari-hari.

Barangkali lebih menarik jika sajikan dalam bentuk diskusi imajiner dengan Aristoteles  sang pencipta silogisme berfikir dan Tsai_Lun sang pencipta kertas tempat menuangkan dimensi dimensi logika berfikir kita sebagai pengamat kosmos saat ini dan kita masih tetap sendiri di alam semesta sejauh 13.7 milyar tahun cahaya.

Sumber referensi : Wikipedia dan lainnya situs sains (bold italic links)
1
"Jika umur peradaban manusia baru tumbuh 10.000 tahun , kenapa manusia 'harus melihat' usia kosmos sejauh  13.700.000.000 tahun cahaya ( 13,7 milyar tahun cahaya ) ?"

"Secara matematis besaran 10,000 tahun adalah dapat dianggap sebagai 'titik' dibanding dengan besaran 13.7 milyar tahun. Itulah fenomena kosmos bahwa manusia 'harus melihat titik', yakni fenomena titik kesadaran semesta materi, energi, ruang dan waktu. Pada saat ini telah terjadi titik kesadaran semesta, berikutnya adalah apakah titik kesadaran itu adalah hakikinya 'titik awal' atau 'titik akhir'. Apakah manusia hanya melihat sendiri di alam semesta ini, atau bersama-sama mahluk alien lain di santereo galaksi sana, pertanyaan ini sulit dibuktikan meskipun kita berhasil mengamati planet planet yang mirip kondisinya dengan bumi, tetapi perjalanan ruang angkasa secara fisik masih menjadi pertanyaan 'sangat sangat sangat besar'.  Kembali ke pertanyaan awal, kenapa spesies manusia yang harus melihat bukan spesies lain yang ada di bumi.
Disinilah kita perlu berhati-hati dengan angka angka perbandingan yang luar biasa yang terjadi di alam semesta ini, sama halnya kita harus berhati-hati menyimpulkan angka luar biasa dari jumlah sel-sel dalam tubuh sehat kita sekitar 100.000.000.000.000 yang berasal dari 1 zygote hasil kunjungan 1 spermatozoa yang bertandang ke peraduan 1 sel telur  dan hanya '1(satu) spermatozoa yang terpilih' dari hasil '1(satu) putaran kompetisi 180-400 juta' zat-zat tipikal pembawa cahaya kesadaran kehidupan ini. Jika dari perjalanan ruang waktu sejauh 13.700.000.000 tahun cahaya, tercipta bumi yang 1(satu) dan akhirnya manusia menemukan Sang Pencipta adalah Tuhan Yang Maha Esa, maka   silogisme mungkin sekali berlaku untuk 1(satu) pengertian kosmos(Universe).
Cobalah mulai menghitung jumlah sel-sel semua spesies kehidupan yang ada di bumi dan mulailah membuat klasifikasi dan analisa. Di bumi ada organisasi sel-sel dan memori yang luar biasa raksasa  dari tanaman dan hewan, apakah di galaksi sana ada? Yakin ? Lantas kenapa kita harus cepat berspekulasi. Jadi kunci melihat rahasia alam semesta adalah dari perbandingan angka angka observasi dan gunakan silogisme."   

"Jika manusia harus melihat perbandingan luar biasa dari 10,000 tahun dibanding 13.7 milyar tahun, maka manusia jangan lupa juga perbandingan jumlah kertas yang telah diproduksi sebagai buku catatan sejarah peradaban manusia. Buku-buku itu awalnya kosong dan kita terus menerus harus menuliskan realitas fikiran kita di atas kertas. Jadi seharusnya manusia harus ingat tentang hal ihwal 'kertas kosong', katakan sebagai kondisi '0' (nol) dan manusia telah menorehkan tulisan di atas kertas kosong tersebut 'kesadaran semesta', katakan sebagai kondisi '1'(U = universe). Itulah sebabnya manusia harus selalu ingat kondisi fitrah awalnya dari tiada menjadi ada dan harus siap mengalami kondisi menjadi tiada kembali."        

Mohamad SM :
"Saya doakan semoga Guru Tsai Lun di kehidupan masa mendatang, terlahir kembali tetap sebagai pencipta awal produksi kertas secara massal, dan hidup secara sempurna di dalam lingkungan kaisar Ho Ti yang bijaksana. Amien."  

 2
Mohamad SM :
"Jika amuba spesies satu sel dan manusia spesies 100 trilyun sel kemudian matahari satu sistem tata surya dan galaksi  Bima Sakti 200 milyar sistem tata surya, apakah makna sesungguhnya dari fenomena kosmos ini ? 

Aristoteles :
"Mari kita observasi, kita buat klasifikasi dan seterusnya kita analisa :
Amuba = 1 tata-sel hidup
Manusia = 100 exp (+12) tata-sel hidup
Matahari = 1 tata-surya
Bima Sakti = 200 exp (+9) tata-surya
Jika diperkirakan ada sekitar 100 milyar sistem galaksi dan rata-rata per-galaksi ada 100 milyar tata-surya, maka ada 100 exp(+9) x 100 exp(+9) = 100 exp (+20) tata-surya.
Cobalah kita hitung berapa jumlah tata-sel yang pernah hidup di bumi, berani menyebut angka 10xp (+20) tata-sel hidup bahkan mungkin angka 10exp(+33). Bagaimana cara menciptakan satu sel amuba dari ketiadaan, tampaknya begitu sulit kita fahami secara fisis, maka angka 10exp(+33) sel hidup adalah sebuah kerendahan hati dari Tuhan Sang Maha Pencipta untuk menampilkan sifat sains-Nya yang tidak terlihat tetapi begitu menakjubkan.
Kenapa kosmos mempunyai  energi massa ruang waktu yang besar dan kenapa juga kehidupan mempunyai jumlah angka yang lebih besar lagi ? Jawabannya mungkin densitas kesadaran tertinggi memerlukan densitas energi masaa ruang waktu  yang cukup untuk 'bermain' dan kita sudah faham bahwa kesadaran itu memerlukan proses pertumbuhan melalui yang disebut sebagai  proses 'permainan evolusi kehidupan'. Densitas energi massa ruang waktu bersiklus '1' dan '0' seperti kita coba fahami dari Teori Big Bang tetapi densitas kesadaran kosmos tetap abadi menciptakan suatu pola permainan energi massa ruang yang "mudah berganti", yakni kondisi '1' dan '0'. Itulah sebabnya kita tidak bisa mendefinsikan ruang waktu di luar kosmos katakan di luar jarak 13.7 milyar tahun cahaya, yang memang '0' alias belum ada definisinya. Lantas siapa yang akan mendefinsikannya ?
Kelihatannya  fikiran manusia terlampau rumit memikirkan batas batas kosmos, sementara bagaimana cara menemukan vaksin virus penyakit demam berdarah, AIDS dan flu burung masih jauh dari keterjangkauan pemahaman yang nyata, apa sebenarnya mahluk yang disebut virus itu ?         

 Tsai Lun
"Tampaknya cerita tentang manusia sebagai pengamat kosmos begitu dominannya sehingga memerlukan ukuran kertas milyaran tahun cahaya bahkan sebagian harus diproses dan disimpan dalam arsip memori komputer. Saya akan merencanakan membuat piramida dari bahan kertas seukuran piramida Giza Mesir. Di puncak piramida kertas tersebut saya akan buat bola kertas bumi ukuran mini, dan saya akan tuliskan 'kecil' saja  :'Bumi adalah Pusat Kesadaran Semesta'. Memang saatnya yang tepat untuk memahami arti kemanusiaan itu sendiri yang jumlahnya melampaui 6 milyar ini." 

Mohamad SM :
"Jadi kesadaran semesta itu tampaknya seperti suatu permainan. Jarak yang jauh adalah sebuah bayang-bayang dari waktu yang panjang tidak terbatas. Massa yang besar adalah suatu bayang-bayang adanya sumber energi yang lebih besar dan tidak terbatas. Kita diajak untuk bermain angka pada sisi-sisi dadu yang bergulir terus menerus. Einstein harus mengakui bahwa jika Tuhan suka bermain dadu, maka manusia pun pasti lebih suka-suka. Itulah sebabnya umur manusia itu dibatasi. OK, saya sudah faham".       
    
3.
Mohamad SM :
"Apakah usaha-usaha pencarian mahluk-mahluk luar angkasa dan proyek penjelajahan ruang angkasa perlu dikurangi dan lebih baik difokuskan kepada keperluan kemanusiaan" ? Saya mencoba memahami dari beberapa artikel tentang masa depan kosmologi, rasanya semakin absurd alias buntu." 

 Aristoteles :
"Lha, situ sudah bilang kesadaran manusia itu adalah suatu pola permainan. Siapa yang bisa menghentikan hobi manusia untuk berjudi. Jika ada 200 exp (+20) sistem tata-surya, mosok yang nyangkut cuma satu bumi. Cobalah kita tawar-menawar dan negosiasi yang baiklah. Kira-kira dengan siapalah kita bernegosiasi agar ada lebih banyak bumi lagi ? Coba tebak, siapa dia ? "

 Tsai Lun :
"Di Cina kami suka bermain dengan jumlah banyak cahaya lilin pada lampion kertas yang mendamaikan hati di malam hari. Perjalanan apapun seharusnya memberi kedamaian hati, di bumi ataupun ke luar angkasa. Bintang-bintang yang jauh di galaksi sana berkelap-kelip itu sudah cukup mendamaikan hati".    

Mohamad SM :
"Jika semua ini tokh cuma permainan '1' dan '0', buat apa lagi bumi harus banyak-banyak. Nanti kita akan bertemu lagi di satu bumi lagi, bermain lagi. Mudah-mudahan Sang Maha Pencipta memberi kesempatan hidup berkali-kali, paling tidak DNA sel tubuh kita berjalan terus ke depan mengekspresikan kehidupan dari garis keturunan generasi ke generasi.
Seharusnya perhitungan sederhana tentang ketidakmungkinan perjalanan ruang angkasa memberikan gambaran adanya realitas '1' dan '0'. Perjalanan peradaban manusia 10.000 tahun di bumi adalah suatu fenomena, tetapi 10,000 tahun perjalanan ruang angkasa tanpa oksigen gratis bukan hanya tragedi, tetapi sains harus mendefinsikannya sebagai '0' untuk jarak yang paling dekatpun sejauh 4.5 tahun cahaya ke Alpha Centauri.       
Pada akhirnya kita harus mendefinisikan '1' adalah Tuhan Sang Maha Pencipta. Kita dipelihara oleh Sang Pencipta seolah kita bermain sama seperti spesies hidup lainnya tetapi sesungguhnya Dia lebih tahu apa sebenarnya tugas mahluk ciptaannya. Dia Tuhan Maha Pencipta akan menuntaskan keputusannya di kemudian hari".           

Aristoteles sambil berjalan-jalan :
" Lho, koq anda menjawab pertanyaan anda sendiri. Dasar Bego !!  OK-lah saya hanya mengingatkan formula saya yang sederhana, silogisme. Nah ingatlah jika peradaban manusia terlahir dari sebuah kegelapan perjalanan manusia di gua gua, maka adalah mungkin kita akan terlahir kembali lagi dari kondisi yang sama, sebuah 'kegelapan' dimana pembuktian manusia pertama itu  tidak pernah jelas-jelas sampai sekarang.   
    
4.
Mohamad SM :
"Saya mencoba memahami apa arti rasa "marah manusia" yang jumlahnya 6 milyar ini sepanjang 10.000 tahun peradaban. Jika rasa "marah manusia" berasal dari sifat-sifat hewani katakanlah dari primata simpanse, lantas dari manakah asal-muasalnya  rasa "senyum manusia" itu. Jika "senyum manusia" penuh arti maka "marah manusia" pastilah juga banyak arti, dan sangat berbeda dengan rasa marah hewani yang mempunyai satu arti, yakni rasa naluri terancam eksistensinya. Apa sebenarnya arti rasa "marah manusia" itu ? Lantas siapakah yang sedang tersenyum ?       

Aristoteles :
"Gunakan silogisme saya lagi .  Carilah persamaan hakiki dari fenomena rasa "marah manusia" sbb : 
  • Apa sebenarnya arti "rasa marah" Alexander Yang Agung 330 SM  dengan 1.000.000(satu juta) pasukan infanteri Hellenic  menyerbu Persia ?
  • Apa sebenarnya arti "rasa marah" 2.000.000(dua juta) pasukan Crusaders dari Eropa menyerbu Jerusalem sepuluh abad yang silam?
  • Apa sebenarnya arti "rasa marah" 3.000.000(tiga juta) pasukan berkuda Genghis Khan menyerbu Asia dan Eropa 1000 tahun yang lalu?
  • Apa sebenarnya arti "rasa marah" 10.000.000 (sepuluh juta)  kiloton hulu ledak nuklir dari seorang yang bernama    George   Walker    Bush  ?

Mohamad SM :
"Luar biasa silogisme Guru Aristoteles. Lantas bagaimana caranya mencari lahan baru, bumi baru untuk petualangan manusia di santereo jagad semesta galaksi ini? Beberapa artikel tentang usaha pencarian lahan baru untuk bumi baru, saya sudah coba kumpulkan dari sumber Kompas dibawah ini."        

Tsai Lun :
" Saya hanya perlu kertas kosong dan saya tuliskan "kecil" saja "
 'DICARI SEGERA BUMI BARU'      

1 comment: