
"Untuk pengetahuan jenis ini tidak ada bukti akademisnya di dunia ini; karena pengetahuan ini tersembunyi, tersembunyi, dan tersembunyi."
Dalam tradisi Sufisme, struktur formal, termasuk agama yang terinstitusi, tidak pernah menjadi pusat utama perhatian. Sebaliknya, perhatian utama tertuju pada perkembangan batiniah dan transformasi individu. Inilah mengapa Sufisme lebih menekankan kebenaran ketimbang bentuk, personalitas ketimbang institusi. Pandangan ini memungkinkan ajaran-ajaran sufistik tetap hidup dan relevan, bahkan ketika bentuk-bentuk formal Islam mengalami pasang surut sepanjang sejarah.
Sufi memahami bahwa tidak semua manusia memiliki kapasitas yang sama dalam memahami dimensi esoteris dari realitas. Karena itu, karya-karya sufistik umumnya ditulis dalam banyak lapisan makna—tersamar dalam alegori, simbol, dan puisi. Jalaluddin Rumi, sebagai contoh, menulis puisi dengan keindahan yang memikat, namun di balik kemasan estetika itu tersembunyi kearifan yang dalam. “Engkau akan menemukan apa yang tersedia untukmu di dalamnya,” ujarnya, menegaskan bahwa pemahaman akan tergantung pada kesiapan batin sang pencari.
Berbagai tokoh Sufi seperti Attar, Hafiz, Ibnu Arabi, Rumi, dan al-Bustami menyampaikan ajaran-ajaran mereka melalui gaya bahasa yang puitis, padat, dan penuh paradoks. Tujuannya adalah mengguncang nalar linear pembaca dan mendorong kesadaran mereka melampaui kerangka logika konvensional. Sama seperti pertanyaan Werner Heisenberg kepada Niels Bohr—“Mungkinkah alam semesta ini memang seabsurd seperti yang ditunjukkan oleh eksperimen atomik?”—para Sufi juga menantang pemahaman sehari-hari tentang realitas.
Pada abad ke-20, sains modern—khususnya fisika kuantum—menyingkap realitas yang secara mendalam sejalan dengan wawasan mistik Sufi. Dunia atomik dan subatomik, sebagaimana dibuktikan melalui eksperimen, ternyata berada di luar jangkauan persepsi indrawi kita. Pengetahuan di tingkat ini tidak lagi bersandar pada pengalaman empiris langsung. Bahasa sehari-hari menjadi tidak memadai, dan konsep-konsep klasik seperti ruang, waktu, objek, dan kausalitas harus diredefinisi. Ketika para ilmuwan menyelami realitas yang lebih dalam, mereka harus melepaskan cara berpikir lama dan menghadapi paradoks yang tak terelakkan—seperti yang telah lama dikenal oleh para mistikus.
Heisenberg mencatat bahwa perkembangan baru dalam fisika telah mengguncang fondasi pengetahuan ilmiah dan memaksa perubahan pandangan dunia yang sangat mendalam. Fisika kuantum memperlihatkan bahwa alam semesta bukanlah kumpulan benda padat, melainkan jaringan relasional energi yang saling terhubung secara holistik. Ini adalah visi dunia yang secara mengejutkan mirip dengan pandangan para Sufi.
Penemuan Einstein tentang kesetaraan massa dan energi melalui rumus E = mc² menandai transisi dari pemahaman materi sebagai substansi tetap ke pemahaman tentang energi sebagai esensi dinamis. Dalam fisika modern, partikel subatomik tidak dipandang sebagai benda-benda tetap, tetapi sebagai "quanta" energi, yakni bentuk-bentuk dinamis dalam ruang-waktu empat dimensi. Mereka bukan objek, melainkan proses: tarian energi yang senantiasa berubah, tak dapat dipisahkan dari aktivitasnya.
Sufi, dalam keadaan kesadaran transendental, tampaknya menyadari sifat realitas yang saling menembus dan melampaui batas-batas ruang dan waktu konvensional. Pengalaman mereka atas dunia makroskopik mencerminkan intuisi yang selaras dengan realitas mikroskopik versi fisika modern. Bagi mereka, “segala sesuatu tidaklah permanen”—semua bentuk hanyalah bayang-bayang dari realitas yang tak berbentuk dan tak terkatakan. Hakikat segala sesuatu melampaui kata, bentuk, dan batas nalar.
Dunia material, bagi Sufi, adalah ilusi yang muncul dari Lautan Keberadaan yang tak terbatas. Ia adalah pantulan dari Yang Absolut yang tidak dapat dijelaskan melalui logika, hanya bisa disingkap melalui pengalaman batin yang mendalam. Dengan kata lain, apa yang oleh para ilmuwan kuantum disebut sebagai jaringan energi dan proses relasional, telah lama diungkap oleh para sufi sebagai tajalli (manifestasi ilahi) dalam kesadaran spiritual.
AOS
ini sangat menarik..
ReplyDeleteterimakasih aos..
salam,
https://marketing.ruangguru.com/bimbel