Thursday, July 26, 2018
Mitos Asal-Usul, Penciptaan, dan Agama
DNA dari Surga
Kisah penciptaan dapat ditemui di setiap kebudayaan. Selama beribu tahun kisah semacam itu bertahan sebagai sebuah kepercayaan hingga diguncang oleh sebuah pemikiran yang diusung dua raksasa ilmiah: Charles Darwin dan Alfred Wallace. Manusia sebelumnya puas dengan penjelasan bahwa kuda memang berasal dari kuda, yang diperanakkan oleh kuda, dan seterusnya, dan seterusnya. Lalu pertanyaannya adalah darimana datangnya kuda pertama? Jawaban versi kisah penciptaan adalah “dari sononya”, entah diciptakan oleh yang namanya Dewa atau Tuhan. Teori evolusi memberikan jawaban lain. Setiap keturunan menghasilkan variasi yang sedikit berbeda dengan induknya sehingga setelah akumulasi variasi keturunan berjuta tahun kemudian, dapat menghasilkan keturunan yang kadang berbeda seperti langit dan bumi. Bayangkan saja perbedaan antara anjing Chihuahua dan anjing Saint Bernard yang dulunya berasal dari satu keturunan anjing, padahal mereka baru berpisah dari cabang evolusinya kurang lebih 10.000 tahun yang lalu, saat anjing pertama kali dijinakkan oleh manusia. Masalahnya, teori evolusi meskipun sederhana, seringkali salah dimengerti karena publisitas yang terlalu berpihak. Setiap kali orang mendengar teori evolusi, yang terpikir pasti tentang teori yang mengatakan bahwa manusia berasal dari kera. Untuk menjawab itulah buku “Sungai dari Firdaus” menjadi penting, dan ia ditulis dalam bahasa yang mudah dipahami oleh orang yang tidak pernah mendalami biologi evolusioner sekalipun.
Antiklerikalisme, Ateisme dan Kritik Agama
Wednesday, July 18, 2018
Mengetuk Pintu Surga
Judul Buku: Knocking on Heaven's Door: How Physics and Scientific Thinking Illuminate the Universe and the Modern World
Penulis: Lisa Randall
Penerbit: HarperCollins, 2011
Dalam buku yang ditulis oleh Steven Weinberg “Dreams Of The Final Theory” di mana intinya adalah para ilmuwan sedang mencoba untuk menemukan teori yang bisa menyatukan semua gaya yang bekerja di alam semesta ini, seperti gaya gravitasi, elektromagnetism, weak force and strong force. Karena jika mengacu pada Big Bang, keempat gaya tersebut pernah berada dalam satu force yang sama, yang itu digambarkan oleh Michio Kaku sebagai a solid diamond, kemudian tidak diketahui secara akurat mengapa keempat gaya tersebut berdiri secara independen.
Debat Antara Richard Dawkins and Francis Collins


Wawancara Singkat dengan Lisa Randall
Monday, July 9, 2018
Alam Semesta Jauh Lebih Cerdas Dari Manusia
Jika Kehidupan Ini Jawaban, Maka Apa Pertanyaannya?
Ilmu Pengetahuan, Nalar, Agama, dan Alam Semesta
“Dalam ilmu pengetahuan dan humanisme, pertanyaan ‘siapa kita?’ bukan sekadar salah satu tugas, melainkan inti dari seluruh pencarian ilmu itu sendiri.”
— Erwin Schrödinger
Kehidupan, dalam pengertian paling elementer, adalah gerak—dinamika kesadaran yang berlangsung dalam ruang dan waktu. Namun begitu kita mencoba memahaminya secara mendalam, kehidupan menjelma menjadi misteri yang tak habis dipikirkan. Erwin Schrödinger dalam karyanya What is Life? mencoba menelusuri jawaban dengan pendekatan radikal: menuruni tangga skala hingga ke level molekul dan atom, tempat dunia kuantum memperlihatkan wajahnya yang penuh probabilitas dan ketidakpastian.
Alam Semesta Tanpa Tujuan: Sebuah Renungan Kosmologis
Oleh: Lawrence M. Krauss
Di antara ilusi terbesar yang dihadapi manusia adalah anggapan bahwa alam semesta memiliki tujuan dan perancangan yang disengaja. Kesan akan adanya maksud agung seolah-olah tertanam dalam segala aspek dunia di sekitar kita—sebuah ilusi yang begitu kuat hingga sains harus berulang kali menantangnya.
Kita sering terpikat oleh kenyataan bahwa kondisi di Bumi tampaknya begitu sempurna untuk menopang kehidupan: letaknya yang stabil mengelilingi Matahari, keberadaan air, senyawa karbon, iklim yang bersahabat—semuanya tampak mendukung narasi bahwa planet ini memang "dirancang" untuk kehidupan. Namun, dengan lebih dari 100 miliar sistem tata surya hanya di galaksi Bima Sakti, dan dengan melimpahnya unsur-unsur seperti hidrogen, karbon, dan oksigen, maka secara statistik, kondisi-kondisi seperti itu sangat mungkin muncul di berbagai titik di kosmos. Kehidupan bukanlah anomali yang ajaib, tetapi probabilitas yang alami.