Wednesday, July 18, 2018

Mengetuk Pintu Surga

Oleh: Kupret El-kazhiem

[caption id="attachment_231364" align="alignright" width="322" caption="sumber: https://www.thedailybeast.com/articles/2011/10/10/lisa-randall-on-knocking-on-heaven-s-door.html"][/caption]

Judul Buku: Knocking on Heaven's Door: How Physics and Scientific Thinking Illuminate the Universe and the Modern World

Penulis: Lisa Randall

Penerbit: HarperCollins, 2011

Dalam buku yang ditulis oleh Steven Weinberg “Dreams Of The Final Theory” di mana intinya adalah para ilmuwan sedang mencoba untuk menemukan teori yang bisa menyatukan semua gaya yang bekerja di alam semesta ini, seperti gaya gravitasi, elektromagnetism, weak force and strong force. Karena jika mengacu pada Big Bang, keempat gaya tersebut pernah berada dalam satu force yang sama, yang itu digambarkan oleh Michio Kaku sebagai a solid diamond, kemudian tidak diketahui secara akurat mengapa keempat gaya tersebut berdiri secara independen.

Pencarian akan theory of everything itu telah menjadi mimpi terbesar dari para ilmuwan yang memang sangat penasaran atas apa yang terjadi di atas alam semesta yang penuh dengan kompleksitas dan misteri, lalu apakah ToE ini akan membawa konsekwensi khusus atas eksistensi manusia ketika misalkan berhasil ditemukan? Saya kira iya, karena dengan mengetahui invisible force yang bekerja di balik realitas alam semesta maka manusia bisa memanfaatkannya untuk kepentingan survivalnya di masa depan, karena basic fundamental dari life adalah survival.

Kandidat terkuat dari ToE adalah string theory, di mana alam semesta digambarkan dalam bahasa yang tidak tunggal, namun multi tunggal, atau dalam bahasa yang lebih sederhana disebutkan bahwa alam semesta tempat kita hidup tidak single, tapi infinite dalam jumlah, kita hanya hidup di lembar yang berbeda dengan alam semesta yang lainnya, dan hukum-hukum alam yang bekerja pada alam semesta yang lain bisa jadi sangat berbeda dengan alam semesta kita (Baca: Multiverse-multi universe). Untuk menggambarkan apa itu multiverse dalam bahasa yang elegan, buku yang ditulis oleh Brian Green bisa menjadi reverensi yang cukup luas untuk memahami apa yang disebut multiverse dalam string theory.

String Theory dapat dikatakan terobosan mutakhir di bidang fisika, sebuah revolusi total dari struktur tertinggi. Anda bisa menjelaskan alam semesta pada energi yang paling tinggi dan itu sangat mencengangkan. Akan tetapi, permasalahan dengan teori string adalah bahwa sejauh ini, setidaknya, tidak ada prediksi-prediksi yang dapat diuji karena teori string bekerja pada sisi teoretik, sementara pembuktian eksperimental sangat diperlukan. Beberapa ilmuwan ada yang skeptis dengan mengatakanbahwa string theory bukanlah teori sains, tetapi hanya matematika murni.

Seorang fisikawati dari Harvard, Profesor Lisa Randall menjelaskan keanehan-keanehan dalam String Theory dan masa depan fisika dalam bukunya Knocking on Heaven’s Door. Ini bukanlah lagu ciptaan Bob Dylan yang pernah dinyanyikan Guns and Roses dan Avril Lavigne. Perbincangan dalam buku ini terbagi dua; bagian pertama, Randall menyajikan diskusi tentang fisika partikel dan kosmologi. Sedangkan bagian kedua, dia membahas mengenai nilai-nilai yang terkandung dalam sains dan perenungannya atas metode-metode penelitian saintifik.

Pada bagian pertama dia memfokuskan tentang struktur dan cara kerja Large Hadron Collider (LHC), mesin yang paling rumit yang pernah dibangun dan akselerator partikel paling kuat di dunia.

Kemudian juga membahas soal penemuan partikel Higgs Boson yang sering disebut oleh orang awam sebagai partikel Tuhan. Menurut Randall, partikel Higgs Boson sesungguhnya adalah semacam mekanisme, atau medan terjadinya sesuatu, bukan partikel. Higgs field, bukan Higgs particles.

Meskipun demikian, dalam sains, jika ada fenomena dan teori baru yang ditemukan maka teori lama tidak serta merta harus dieliminasi. Metode-metode dan penelitian ilmiah bukan seperti amandemen konstitusi.

Selain itu, dia juga mendiskusikan Dark Matter dan Dark Energy. Dalam pengamatan modern diketahui bahwa 95% dari alam semesta ini justru tersusun atas materi yang tidak bisa kita pahami. Dan bintang, galaksi, gas dan debu hanyalah 5% dari kandungan alam semesta. Tapi inilah sebuah fakta yang harus dipahami dan dikaji lebih lanjut.

Konon kata wikipedia, Dark Matter adalah materi yang tidak dapat dideteksi dari radiasi yang dipancarkan, atau penyerapan radiasi yang datang ke materi tersebut, tetapi kehadirannya dapat dibuktikan dari efek gravitasi materi-materi yang tampak seperti bintang dan galaksi. Perkiraan tentang banyaknya materi di alam semesta berdasarkan efek gravitasi selalu menunjukkan bahwa sebenarnya ada jauh lebih banyak materi daripada materi yang dapat diamati secara langsung. Terlebih lagi, adanya materi gelap dapat menyelesaikan banyak ketidakkonsistenan dalam teori Big Bang.

Di galaksi kita dan di sekeliling kita ini ada materi yang dinamakan Dark Matter dan juga energi yang disebut Dark Energy yang jumlahnya sangat banyak. Terbukti dari perbedaan hasil penghitungan massa antara per-satuan benda antariksa dengan dihitung langsung satu kesatuan. Jadi, para ilmuwan memprediksi bahwa ada sesuatu yang aneh, yang bisa menambah massa benda-benda di antariksa yang ada. Akan tetapi, mengapa Dark Matter itu tak tampak. Lalu, yang dipermasalahkan adalah efek Dark Matter bagi kehidupan kita? Pada prinsipnya, jumlah Dark Matter yang cukup di alam semesta dapat menyebabkan pengembangan alam semesta berhenti, atau justru kebalikannya.

Kembali kepada Lisa Randall, fisikawati cantik ini—biasanya orang cantik kepengin jadi model, ini malah ilmuwan. Beberapa teoretikus String Theory seperti Alexander Vilenkin, Brian Greene, Stephen Hawking, Richard Panek, Ian Sample, Leonard Susskind dan John Barrow, telah menulis buku-buku populer mengenai teori tersebut. Akan tetapi, Randall mencoba menarik kembali garis sejarah ke belakang mengenai bagaimana cara berpikir para ilmuwan, alias gnoseologi atau epistemologi jika memakai istilah filsafat.

Randall menyatakan bahwa seharusnya para ilmuwan tidak terobsesi untuk menemukan Theory of Everything, meski kandidat utama String Theory telah banyak diajukan. Menurutnya, menemukan Theory of Everything takkan memecahkan pertanyaan dari mana lahirnya human dan humanity. Jadi, apakah teori segala hal (ToE) itu hanyalah mitos dalam dunia sains? Tidak, sama sekali tidak.

Kekeliruan ilmuwan dalam melakukan penelitian ilmiah adalah berpikir bahwa mereka dapat menemukan dan membuktikan teori yang megah dan menjadi senjata pamungkas untuk menjelaskan kehidupan sehari-hari, tapi nyatanya tidak, malah menjadi berantakan. Ketergantungan ilmuwan modern pada LHC sekaligus membawa ilmuwan benar-benar kebanyakan terobsesi untuk membuktikan adanya teori atas segala hal. Untuk menginvestigasi apapun, seseorang perlu menguji apa yang akan dia selidiki dalam perspektif ukuran dan kaitannya dengan jumlah yang lebih besar.

Dia mencontohkan seperti Menara Eiffel. Bola dunia atau teleskop canggih pun tidak akan menginformasikan apa-apa tentang menara tersebut, karena yang namanya pembuktian membutuhkan imej, gambaran, citra, dari sudut pandang tertentu yang mencakup keutuhan bangunan itu dan skala yang dapat dimengerti.

Kehadiran LHC di era fisika modern sesungguhnya memberikan dampak signifikan. Artinya, fisika modern penuh dengan teori-teori yang dapat diprediksi dan diuji, tetapi untuk String Theory, masih sebuah pengecualian. Meski tidak puas, tapi Randall menyetujui hal tersebut. Di sisi lain, Randall juga mengatakan adanya kekurangan energi pada LHC. Karena itu, jika ilmuwan ingin membuktikan bahwa ada partikel yang lebih cepat dari cahaya, maka dibutuhkan energi lebih besar pada LHC.

Mungkin inilah alasannya mengapa String Theory belum dapat dibuktikan dan masih berupa teori.

Salah satu motif utama buku Randall adalah proses penemuan saintifik yang terkadang tampak sembarangan, sehingga dunia akan terlihat kabur ketika sains melintasi batasan terjauh pengetahuan ilmiah. Misalkan, menyentuh ranah agama. Pada ranah itu sains berbenturan dengan batas-batas subjektif pengalaman manusia. Ketika seorang ilmuwan melanggar batasan itu dan membawa agama masuk ke dalam, maka seorang ilmuwan yang religius harus berhadapan dengan keyakinannya sendiri sementara dalam aktifitas kesehariannya selalu bergelut dengan penelitian saintifik. “The religious part of your brain cannot act at the same time as the scientific one. They are simply incompatible.” Akan tetapi, “Scientific determinism is equally incompatible with free will and moral responsibility.”

Randall pun sedang mengembangkan sebuah teori—yang kemungkinan bisa menjadi kandidat lain Theory of Everything, yakni teori warped extra-dimension, di mana dia memperkenalkan dimensi lain yang menyanggah teori tentang ruang 4 dimensi dalam teori relativitas umum Einstein. Randall berhipotesa bahwa ada ruang dimensi lain yang sebenarnya tak jauh dari dimensi kita. Bahkan, sangat dekat, tapi tersembunyi dengan baik dan kita tak dapat melihatnya. Sebagian menyebut dimensi ekstra itu dengan dimensi ke-5. Jika saja, LHC dapat membuktikan teorinya ini benar, maka bisa jadi dia adalah the female version of Einstein masa kini.

No comments:

Post a Comment