Wednesday, May 13, 2020

MENCARI TUHAN DAN TARIAN SEMESTA

SEMESTA penuh dengan Tuhan. Semesta berlimpah dengan Tuhan. Namun kita belum bisa melihatNya. Kita buta – buta karena kepercayaan kita. Semakin banyak kepercayaan yang engkau miliki, semakin buta pula dirimu; matamu menjadi tertutup oleh kepercayaanmu dan engkau tidak bisa melihat apa yang sebenarnya.
 
Hanya pikiran yang telanjang yang bisa melihat Tuhan, hanya hati yang telanjang yang bisa terisi Tuhan. Engkau bisa terus mencari dengan semua filosofimu dan agamamu dan dogmamu; engkau tidak akan menemukanNya. Engkau tidak akan menemukanNya di mana pun – dan Dia ada di mana-mana. Sesuatu menghalangi jalannya.
 
Tuhan telah selalu datang kepadamu, Dia telah mengetuk pintumu. Tetapi engkau penuh dengan kegaduhan dirimu sendiri, dari kitab sucimu, sehingga engkau tidak bisa mendengar suara kecil keheningan itu. dia datang dalam seribu satu cara – Dia terus menerus datang, Dia terus berharap. Tetapi engkau sangatlah keras kepala. Dan ironisnya adalah bahwa engkau berpikir bahwa engkau sedang mencari Tuhan.
 
Tanda pertama dari seorang pencari adalah bahwa dia meninggalkan semua dogma. Bagaimana bisa engkau mencari dengan kepercayaan di dalam dirimu. Engkau telah menerima kepercayaan; tanpa mengetahui kebenaran, engkau telah sampai pada suatu kesimpulan. Pikiran/Batin yang penuh dengan kesimpulan tidaklah mampu untuk mengalami. Hanya pikiran yang belum menyimpulkan yang mampu untuk mengetahui, karena pikiran/batin tersebut mau menerima (reseptif).
 
Tinggalkan semua pengetahuanmu, tinggalkan pelajaranmu, tinggalkan semua yang engkau dapatkan dari orang lain. Dan engkau tidak perlu untuk mencari Tuhan. Hanyalah Dia – untuk mengatakan ‘Dia datang’ bukanlah hal yang tepat, karena Dia sudah ada disini. Dia mengelilingimu; Dia di dalam dirimu dan di luar dirimu. Engkau menghirup Dia. Kapan pun engkau memeluk seseorang engkau memeluk Dia, kapan pun engkau mencintai seseorang engkau mencintai Dia. Engkau mungkin tidak mengenali itu, tetapi semua cintamu mengalir melalui Dia.
 
Tuhan tidaklah terpisah dari semesta. Tetapi para filsuf dan teolog telah memberimu gagasan bahwa Tuhan adalah sang Pencipta. Tuhan bukanlah sang Pencipta, Tuhan adalah kreativitas. Itu bukanlah Dia yang menciptakan dunia dalam satu hari dan menyelesaikannya dan kemudian beristirahat di tempat yang jauh. Bukan, Dia terus melanjutkan menciptakan itu.
 
Jangan membagi Sang Pencipta dan ciptaanNya; pembagian itu salah. Tidak ada Pencipta dan tidak ada ciptaan, hanya ada kreativitas. Ketika bunga mekar itu adalah Tuhan sedang mekar lagi, ketika burung bernyanyi itu adalah Tuhan bernyanyi lagi, ketika matahari terbit itu adalah Tuhan terbit lagi, ketika engkau membuka matamu itu adalah Tuhan membuka mataNya lagi. Di alam, kreativitas itu tidak sadar akan dirinya. Pada manusia kreativitas itu mencoba untuk menjadi sadar. Manusia adalah pagi, alam adalah malam. Di alam Tuhan sedang tertidur lelap, dalam manusia Dia sedang mencoba untuk menjadi terjaga.
 
Itulah sebabnya mengapa Kabir begitu bersikeras untuk "SURATI" – mengingat, menyadari, kesadaran. Semakin engkau menyadari, semakin engkau akan menjadi bersifat Ilahi. Engkau sudah bersifat Ilahi, tetapi hanya di dalam kesadaran engkau akan mengenali kenyataan itu. Hanya di dalam kesadaran engkau akan mampu untuk melihat siapakah dirimu.
 
Sedikit hal sebelum kita masuk kedalam sutra ini. Di Timur, kita tidak berpikir bahwa Tuhan terpisah dari alam semesta. Tidak seperti pembuat pot yang membuat pot – kemudian pot adalah berbeda dengan pembuat pot. Tidak seperti pelukis yang melukis di kanvas – sekali dia telah melukis, dia terpisah dari lukisannya. Pelukis mungkin saja meninggal dan lukisannya akan hidup – lukisan sekarang memiliki kehidupannya sendiri; pelukis tidak diperlukan.
 
Di Timur, kita telah memahami Tuhan sebagai penari. Engkau tidak bisa memisahkan tarian dan penarinya. Tuhan adalah Nataraja, penari dari semua penari. Engkau tidak bisa memisahkan penari dengan tariannya, mereka selalu bersama-sama. Jika ada tarian (maka) ada penarinya, tarian tidak memiliki kehidupan yang lain dari penarinya. Dan ketika penari benar-benar dalam tariannya begitu juga dia tidaklah terpisah dari tariannya. Sang penari larut ke dalam tariannya.
 
Ingatlah perumpamaan (metafora) itu, itu adalah sangat simbolis dan penting; hal itu akan membantumu untuk bergerak lebih mudah kedalam KeIlahian. Doa tidaklah diperlukan, mengingatlah yang diperlukan. Engkau adalah Itu – semua yang dibutuhkan adalah untuk mengingat siapakah dirimu.
 
Osho - The Revolution

No comments:

Post a Comment