Tuesday, August 28, 2012

The Path to Love


Dalam “The Path to Love”,  Deepak Chopra menunjukkan kepada kita bahwa dengan membawa spiritualitas ke dalam relasi-relasi kita, kita dapat menemukan dunia yang lebih mendalam dan berarti setiap hari, yang akan mengisi kehidupan kita dengan kemesraan dan gairah.

“Kita diciptakan untuk menjadi benar-benar dicintai dan mencintai secara menyeluruh dalam kehidupan.”

Kita semua harus percaya bahwa kita mencintai dan dicintai. Kita memulai kehidupan dengan keyakinan pada kedua titik tersebut, diselimuti cinta kasih seorang ibu dan kepolosan kita waktu bayi. Cinta tersebut tidak perlu dipertanyakan, namun seiring waktu kita mulai meragukannya. Bila Anda melihat diri Anda sendiri hari ini, masih dapatkah Anda membuat dua pernyataan yang seperti setiap bayi baru lahir bisa rasakan?

Saya benar-benar dicintai.
Saya benar-benar mencintai.

Beberapa orang dapat melihat dirinya sendiri secara jujur dan melihat kekurangan yang membuat mereka menjadi kurang mencintai dan kurang dicintai secara sempurna. Dalam banyak hal tampaknya benar, bahwa cinta yang sempurna sering dianggap bukanlah dari dunia ini. Namun dalam makna yang lebih dalam, apa yang kita sebut sebagai kekurangan hanyalah bekas-bekas dari penderitaan dan luka yang terakumulasi dalam kehidupan ini maupun kehidupan sebelumnya.

Yang mengherankan adalah kita seringkali tidak menyadari ini, karena di bawah semua ini kita berpikir dan merasa, kepolosan itu masih ada. Waktu tidak dapat merusak inti dasar kita, bagian jiwa kita. Tetapi jika kita tidak mengingat akan hakikat ini, kita akan menyalahkan diri sendiri untuk pengalaman pengalaman kita, dan tidak diragukan lagi bahwa pengalaman tersebut sedikit banyak dapat menghilangkan cinta. Dalam sebuah dunia yang sering saling bermusuhan dan persaingan, menjaga kemurnian tampaknya mustahil. Karena itu, untuk menemukan diri sendiri adalah hanya dengan mengalami banyak cinta dan banyak mencintai. Ini dapat berubah.
“Dalam jiwa, kita adalah tak terbatas oleh ruang dan waktu, tak tersentuh oleh pengalaman. Dalam jiwa kita adalah cinta yang murni.”
Meskipun kita melihat diri sendiri dalam keterbatasan, sebagai pikiran dan tubuh yang dibatasi oleh ruang dan waktu, ada banyak ajaran spiritual yang mengatakan sebaliknya. Dalam jiwa kita tak terbatas oleh ruang dan waktu, tak tersentuh oleh pengalaman. Dalam jiwa kita adalah cinta yang murni.

Alasan kita tidak merasa benar-benar mencintai dan dicintai adalah bahwa kita tidak mengenali alam spiritual ini. Rasa cinta kasih kita telah kehilangan satu hal yang tidak dapat dilakukan tanpa mengenali dimensi yang lebih tinggi ini. Ini seperti mengembalikan bagian yang hilang dari diri kita.

Pikiran, tubuh, dan jiwa akan bersatu – penyatuan ini menciptakan cinta kasih yang harus kita berikan. Kita dan semua yang kita cintai akan bersatu – ini menciptakan cinta kasih yang harus diberikan.

Dalam diri alami setiap orang, masing masing  menginginkan untuk menjadi pahlawan dari sebuah kisah cinta abadi. Cerita dimulai dari kepolosan, bayi dalam uluran tangan cinta sang ibu. Ini berproses melalui tahapan pertumbuhan, sebagai seorang anak yang kemudian melangkah ke dunia. Dengan semakin banyak pengalaman, lingkaran kasih ini menjadi lebih luas, termasuk keluarga dan teman, kemudian pacar, tetapi juga kemudian menyukai hal-hal yang abstrak, seperti belajar dan mencari kebenaran. Kematangan perjalanan membawa pada peningkatkan kasih untuk memberi, dan peningkatan nilai-nilai, seperti belas kasih, pengampunan dan rendah hati. Akhirnya akan ada pengalaman yang langsung dari jiwa itu sendiri, cinta yang murni. Perjalanan akan berakhir pada pengetahuan yang sama seperti pengetahuan bayi yang baru lahir : Saya adalah cinta.

Anda akan tahu bahwa Anda telah sepenuhnya mengalami cinta bila Anda telah menjadi cinta itu sendiri- yang merupakan tujuan spiritual dari kehidupan.

Tidak banyak orang menemukan tujuan spiritual kehidupannya. Penderitaan yang disebabkan oleh kurangnya cinta hanya dapat diisi kembali oleh pembelajaran lagi untuk mencintai dan dicintai. Kita semua harus menemukan pada diri kita sendiri bahwa cinta adalah kekuatan yang nyata seperti gravitasi, yang sedang menarik cinta setiap hari, setiap jam, setiap menit yang bukan sebuah fantasi - adalah kealamian kita sesungguhnya.
“Namun apapun hal baik atau buruk yang kita rasakan dalam hubungan kita, orang yang saat ini ada bersama kita adalah orang yang “paling tepat” untuk kita, karena ia merupakan cermin dari siapa kita di dalamnya.”
Buku ini adalah tentang mengembalikan cinta yang seharusnya tidak hilang. Kesatuan antara tubuh dan jiwa tidak hanya mungkin tetapi pasti terjadi. Arti Spiritual cinta itu diukur oleh apa yang dapat dilakukan cinta, yang adalah banyak hal.

Cinta menyembuhkan.
Cinta memperbarui.
Cinta membuat kita aman.
Cinta menginspirasi kita dengan kekuatannya.
Cinta membawa kita lebih dekat kepada Tuhan.

Tidak terbilang orang orang yang telah mengalami cinta - sebagai kenikmatan, seksual, keamanan, memiliki orang lain yang memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari – tanpa melihat jalan khusus yang telah dibuka bagi mereka. Secara sosial, siklus cinta yang “normal” dianggap hanya untuk menemukan pasangan yang cocok, menikah, dan membangun keluarga. Tetapi pola sosial ini bukanlah jalan, karena pengalaman perkawinan dan membangun keluarga tidak secara otomatis bermakna spiritual. Sedih mengatakan, banyak orang yang memasuki hubungan dimana cinta menjadi semakin menjauh atau menjalin persahabatan tanpa perkembangan dalam dimensi batin. Jalan spiritual hanya memiliki satu tujuan : ia menunjukkan jalan bagi jiwa untuk tumbuh. Ketika tumbuh, kebenaran spiritual akan dialami, lebih dari janji jiwa yang ditebus.

Bila Anda menemukan jalan anda, Anda juga akan menemukan kisah cinta Anda. Masyarakat saat ini dikonsumsi oleh keraguan tentang hubungan mereka: Apakah saya menemukan pasangan yang tepat? Apakah saya jujur pada diri sendiri? Apakah Saya telah memberikan yang terbaik untuk diri sendiri? Sebagai hasilnya, ada kegelisahan dalam melihat pasangan seperti sebuah barang kebutuhan, dengan menilai positif dan negatifitas dari pasangan, berusaha memperbaikinya sampai hal hal positif tersebut sesuai standar. Namun jalan cinta tidak pernah mengenai hal hal yang diluar diri kita. Namun seberapa baik atau buruk Anda merasa tentang hubungan Anda, orang yang bersama dengan Anda saat ini adalah orang “yang tepat”, karena ia merupakan cermin dari siapa Anda di dalam. Budaya kita belum mengajarkan hal ini (kebanyakan telah gagal untuk mengajarkan kita tentang realitas spiritual). Bila Anda seolah bermasalah dengan pasangan Anda, Anda bermasalah dengan diri sendiri. Setiap kesalahan yang Anda lihat dalam diri mereka adalah penyangkalan kelemahan dalam diri sendiri. Setiap konflik yang dihadapi merupakan alasan untuk menghindari konflik yang sebenarnya ada dalam diri. Jalan menuju cinta bertujuan membersihkan kesalahan monumental yang dilakukan oleh jutaan orang – kesalahan memahami bahwa seseorang ”diluar sana” akan memberikan (atau membawa) sesuatu yang belum Anda miliki. Bila Anda benar-benar menemukan cinta, Anda akan menemukan diri anda sendiri.

Karena itu jalan menuju cinta bukanlah sebuah pilihan, kita semua akan menemukan siapa diri kita. Ini adalah takdir spiritual kita. Jalan itu dapat ditunda, Anda dapat kehilangan keyakinan di dalamnya atau bahkan putus asa apakah cinta tersebut memang benar ada. Tidak ada yang permanen, hanya jalan. Keragu-raguan mencerminkan ego, yang terikat dalam waktu dan ruang; cinta mencerminkan kasih Tuhan, intisari murni. Jalan menuju cinta yang paling menjanjikan adalah bahwa Anda akan selalu berjalan di dalam cahaya kebenaran yang terus memperluas melebihi kebenaran apapun yang anda pikir telah ketahui.

Sumber: Henkykuntarto’s Blog -Wellcome to my spiritual blog

No comments:

Post a Comment