Saturday, October 20, 2018

KEHIDUPAN (bagian I)

Menurut teolog, kehidupan adalah mukjizat tertinggi, dan kehidupan manusia menggambarkan prestasi puncak rencana kosmik Tuhan. Bagi saintis, kehidupan adalah fenomena yang sangat mengagumkan di alam. Ratusan tahun lalu, masalah asal-muasal dan evolusi kehidupan telah menjadi medan pertempuran bagi benturan terbesar sejarah antara sains dan agama.

Teori Evolusi Darwin telah menggoyang dasar doktrin Kristen, dan lebih dari pernyataan lain semenjak Copernicus menempatkan matahari sebagai pusat tata surya, menyadarkan orang awam akan konsekuensi luas analisis ilmiah. Sains, tampaknya, dapat mengubah seluruh perspektif manusia tentang dirinya dan hubungannya dengan alam semesta.

Apakah kehidupan itu dan apakah ia menjadi bukti bagi spirit Ilahi?

Alkitab (dan beberapa kitab suci lainnya) menyatakan secara eksplisit bahwa kehidupan adalah akibat langsung perbuatan Tuhan. Ia tidak muncul secara alamiah sebagai akibat dari proses fiskal biasa yang terbentuk setelah penciptaan langit dan bumi. Sebaliknya, Tuhan sengaja menciptakan, dengan kekuatan ilahi, pertama-tama tumbuhan dan hewan, kemudian Adam dan Hawa. Sebagian besar orang Kristen dan Yahudi kini memang mengakui sifat alegoris Kejadian, dan tidak melakukan upaya untuk membela pandangan kitabiah tentang asal usul kehidupan sebagai fakta historis. Namun, sifat Ilahi dalam kehidupan, terutama kehidupan manusia, terus menjadi ciri utama doktrin keagamaan kontemporer.

Apakah kehidupan bersifat Ilahi? Apakah Tuhan benar-benar menggerakkan molekul materi yang mati dengan melanggar hukum fisika dan kimia untuk menciptakan, secara menakjubkan, makhluk hidup pertama? Apakah Tuhan menggerakkan struktur genetik makhluk sejenis ‘monyet’ ribuan (atau jutaan) tahun lalu untuk menciptakan manusia? Ataukah kehidupan merupakan hasil dari aktivitas alami, fisikal dan kimiawi, dan manusia sebagai hasil akhir dari perkembangan panjang dan evolusioner yang rumit (dan acak)? Dapatkah kehidupan diciptakan secara artifisial, dalam laboratorium, ataukah ia harus mengandung unsur tambahan (percikan Ilahi) sebelum ia dapat berjalan terus?

Apakah kehidupan itu?

Bagi para ilmuwan, dua ciri khusus sistem kehidupan adalah kompleksitas dan susunan (organis). Bahkan organisme bersel satu pun, sekalipun sederhana, menunjukkan kerumitan dan ketidaksetiaan yang tidak tertandingi oleh kecerdikan manusia manapun.

Penting untuk dicatat bahwa organisme biologis terbentuk secara sempurna dari atom biasa. Atom karbon, hidrogen, oksigen, atau fosforus yang ada dalam sel hidup tidaklah berbeda dengan atom di luarnya, dan terdapat suatu arus stabil bagi atom-atom itu untuk masuk atau keluar dari semua organisme biologis. Jelasnya, kehidupan tidak dapat direduksi menjadi sifat unsur-unsur pembentuk organisme. Kehidupan bukanlah fenomena kumulatif seperti, misalnya, berat. Meskipun kita tidak ragu bahwa seekor kucing atau sekuntum bunga itu hidup, sia-sia saja jika kita mencari isyarat bahwa atom-kucing atau atom-bunga individual memang hidup.

Kadang-kadang tampak paradoks. Bagaimana bisa sekumpulan atom yang mati menjadi hidup? Sebagian orang berpendapat bahwa tidak mungkin membangun kehidupan dari yang bukan hidup, maka pasti ada unsur tambahan non-materi dalam semua makhluk hidup (kekuatan hidup) atau esensi spiritual yang asal-usulnya dari Tuhan.

Argumen tersebut terkait dengan perilaku. Ciri khas makhluk hidup ialah bahwa mereka berperilaku secara terencana, seakan-akan menuju suatu tujuan tertentu. Sifat yang berorientasi pada tujuan atau ‘teleologis‘ ini tampak sangat jelas dalam bentuk kehidupan yang lebih tinggi, bahkan bakteri terkesan berusaha memenuhi tugas dasarnya tertentu, seperti memperoleh makanan.

Pada 1770-an, Luigi Galvani menemukan bahwa otot katak menggrenyet ketika tersentuh oleh sepasang batang metal, dan menyimpulkan bahwa ‘sengatan listrik binatang’ tidak lain daripada ruh gaib kehidupan yang bekerja. Sungguh, kepercayaan bahwa arus listrik berkaitan dengan daya-kehidupan itu ada dalam kisah Frankenstein, monster buatan manusia yang dihidupkan di tengah-tengah pelaksanaan penemuan listrik yang memercikkan api.

Dalam beberapa tahun belakangan ini, sejumlah peneliti yang disebut ‘paranormal’ mengklaim telah mendeteksi secara langsung daya-kehidupan misterius melalui kombinasi kekuatan psikis dan teknologi maju. Fotografi-fotografi kabur yang menunjukkan sinar dan bintik-bintik yang remang-remang atau berpijar yang memancar dari berbagai makhluk hidup (termasuk jari manusia) telah dipamerkan.

Sayangnya, sulit ditemukan dukungan ilmiah nyata bagi dugaan samar ini. Jelas, satu-satunya jalan daya-kehidupan hipotesis menampakkan diri adalah melalui kehidupan; makhluk hidup menunjukkan daya-kehidupan, yang tidak ditunjukkan oleh makhluk tak hidup. Akan tetapi yang demikian itu mereduksi daya kehidupan menjadi sekadar kata-kata, bukan penjelasan tentang kehidupan. Karena, apalah artinya mengatakan bahwa seseorang atau seekor ikan atau sebuah pohon memiliki daya-kehidupan? Hanya berarti ia hidup. Adapun manifestasi daya-kehidupan dalam ‘eksperimen’ yang samar dan misterius, peristiwa-peristiwa ini sayangnya tidak dapat diulang, dan begitu terbuka terhadap tantangan penipuan yang dianggap serius sejumlah saintis profesional.

Kesalahan yang dilakukan dalam mengemukakan daya-kehidupan adalah diabaikannya fakta bahwa sistem multi-komponen bisa jadi memiliki sifat kolektif yang ditak ditemukan, atau tidak bermakna, dalam komponen individual. Sebagai contoh lain, perhatikanlah gambar wajah di monitor komputer yang terdiri dari banyak titik kecil (pixel). Penyelidikan yang tak terlalu banyak terhadap titik-titik individual itu akan menunjukkan wajah. Hanya dengan mundur dan meninjau kumpulan titik-titik secara keseluruhan, pada skala yang lebih kasar, gambar tersebut muncul. Wajah bukanlah sifat titik-titik itu sendiri, tetapi kumpulan secara keseluruhan, yang harus ditemukan dalam pola, bukan unsur-unsur pembentuknya. Begitu juga, rahasia kehidupan tidak akan ditemukan di antara atom-atom itu sendiri, tetapi dalam pola hubungannya, cara mereka bersatu, dengan informasi yang berkode dalam struktur molekul. Sekali eksistensi fenomena kolektif tersebut disadari, kebutuhan akan daya-kehidupan dapat dihapuskan. Atom-atom tidak perlu ‘dihidupkan’ agar memperoleh kehidupan, mereka hanya harus disusun dengan cara kompleks yang tepat.

Perbedaan yang ini kadang disebut dengan ‘holisme‘ versus ‘reduksionisme‘. Arah utama pemikiran saintifik Barat selama lebih dari tiga abad terakhir ini bersifat reduksionis. Reduksionisme saintifik bermula secara sungguh-sungguh dalam fisika abad ke-19 dan perkembangan teori materi atom. Itulah jalan yang belakangan ini diikuti oleh para ahli biologi yang memperoleh keberhasilan luar biasa dalam membongkar basis molekul kehidupan. Kemajuan menentukan langkah ini telah mendorong pendekatan reduksionis dari berbagai bidang penyelidikan manusia lainnya.

Banyak pengkritik mengeluhkan bahwa upaya-upaya untuk menjelaskan organisme hidup hanya sebagai susunan atom yang tak bermakna, yang terbentuk tanpa ujung sebagai akibat dari peristiwa-peristiwa acak, sungguh-sungguh mendevaluasi eksistensi kita.

Ahli neurobiologi Inggris, Donald Mackay, yang terkenal sebagai pembela doktrin Kristen, menantang apa yang disebutnya sikap ‘terang-terangan’, yang begitu lazim di kalangan para ahli biologi dewasa ini. Dalam The Clockwork Image, dia mengutip, sebagai ilustrasi argumennya, cara kerja salah satu pertunjukkan iklan terkenal yang meliputi ratusan lampu elektrik yang nyala dan padam secara berurutan untuk menyampaikan sebuah pesan. Seorang insinyur listrik dapat memberikan deskripsi yang utuh dan akurat tentang sistem ini dalam kaitannya dengan teori kontak listrik, yang menjelaskan dengan pasti mengapa dan bagaimana sinar itu menyala. Namun pernyataan bahwa pertunjukkan iklan karenanya hanya sekedar sengatan listrik dalam kontak yang kompleks tentu sia-sia. Memang benar, deskripsi elektrik tidak salah atau tidak sempurna pada tingkat deskripsinya sendiri, tetapi ia tidak menyebutkan pesan. Konsep pesan berada di luar lingkup kerja tugas insinyur. Yang demikian itu akan menjadi jelas manakala cara kerja pertunjukkan tersebut dipertimbangkan secara keseluruhan. Kita dapat mengatakan bahwa pesan berada pada tingkat struktur yang lebih tinggi ketimbang kontak dan lampu. Ia bersifat holistik.

Tulisan ini dirangkum dari buku God and The New Physicis

No comments:

Post a Comment