Monday, December 12, 2016

Melihat

Tak ada realitas selain realitas di dalam dirimu sendiri. Kemanapun kamu memandang keluar dirimu, kamu hanya akan kembali melihat dirimu sendiri. Keadaan ini tidak akan terjadi selama kita masih hidup dalam penjara yang kita buat sendiri. Penjara itu bernama pikiran. Pikiran adalah ilusi terbesar dalam diri manusia. Jika pikiran seorang manusia telah jernih, ia pun akan dapat melihat wajah-Nya dimana-mana.

“When you see a flower, let your whole being become the eye.
When you look at a flower, do not think.
Let the total consciousness either see or hear or smell or taste or touch.
Then invisible becomes visible’’. ~ Osho

"Ketika anda melihat sebuah bunga, biarkan seluruh keberadaan anda menjadi mata.
Ketika anda melihat sebuah bunga, tidak berpikir.
Biarkan kesadaran total baik melihat atau mendengar atau bau atau rasa atau sentuhan.
Kemudian takterlihat menjadi terlihat".

Melihat

Kepasrahan datang dari kegaiban, di dalam satu momen yang tak terduga, ketika tidak ada ruang untuk pertanyaan mengapa atau bagaimana. Ketika momen itu tiba, maka yang dapat kita lakukan hanyalah melihat. Lepaskan segala yang kita anggap sebagai milik kita. Keberadaan ini datang dari ketiadaan, dari Allah. Terseraplah saat menyaksikan keindahan laut atau gerak awan-awan merah di langit senja. Kini seluruh tarian dan nyanyian keberadaan itu memiliki makna yang tak bisa diungkapkan...

Terseraplah seperti seekor itik yang dengan gembira menceburkan tubuhnya ke sungai cinta – begitulah caranya mengungkapkan rasa bahagia. Terseraplah dalam keberadaan ini, dalam suasana senja yang manis ini, lalu masuki keheningan yang mengagumkan ini. Sepenuhnya berada disini! Mata kita mungkin melihat ke dalam hakikat benda-benda, namun kita akan merasakan kesatuan yang agung itu mengisi ruang-ruang kosong hati kita dengan keindahan yang tak terkata.

Biarkan Sang Saksi melihat dengan mata kita, dan bukan dengan pikiran kita. Ketika kita melihat sesuatu, selama ini kita hanya melihat dengan pikiran kita, kita tidak benar-benar melihat, tetapi hanya memproyeksikan apa yang kita pikirkan kepada objek yang kita lihat. Melihat berarti terserap, keluar dari kurungan pikiran, dan menyatu dengan objek yang kita lihat. Pada saat itu objek bukanlah objek, tetapi subjek yang melihat subjek yang tengah melihat itu.

Aku melihat bintang timur disenja hari, dan bintang timur melihatku.

#Dari Kitab Maarif (Kitab Kearifan) - Bahauddin Walad Ayahanda dari Jalaluddin Rumi
Sumber: blog Essence - agus

1 comment: