Thursday, October 21, 2021

Kutipan dari 'MASA DEPAN PIKIRAN'

Oleh: Michio Kaku

Telepati Digital dan Vidio Pikiran: Menuju Era Baru Komunikasi Mental

Harry Houdini, pesulap legendaris, pernah menolak kemungkinan telepati sebagai hal yang mustahil. Namun, ilmu pengetahuan kini perlahan membuktikan bahwa keyakinannya keliru. Di berbagai universitas di seluruh dunia, para ilmuwan sedang meneliti kemampuan membaca pikiran manusia menggunakan teknologi sensor canggih. Hasilnya sungguh luar biasa: kini kita dapat mengakses kata-kata, gambar, bahkan pikiran yang muncul dalam benak seseorang. Teknologi ini berpotensi mentransformasi cara kita berinteraksi, terutama bagi mereka yang mengalami kelumpuhan total akibat stroke atau kecelakaan, yang hanya dapat berkomunikasi lewat kedipan mata. Dan itu baru permulaan.

Dalam laporan IBM berjudul "5 in 5", yang meramalkan lima inovasi radikal dalam lima tahun mendatang, para peneliti memprediksi bahwa kita akan segera bisa mengendalikan komputer hanya dengan kekuatan pikiran—menggantikan fungsi mouse dan perintah suara. Kita bisa membayangkan menelepon seseorang, membayar tagihan, menyetir mobil, membuat janji, atau bahkan menciptakan simfoni dan karya seni—semua hanya dengan berpikir. Prospeknya tidak terbatas. Perusahaan teknologi, institusi pendidikan, industri gim, hingga studio musik, semuanya berlomba mengembangkan potensi ini.

Meski begitu, telepati dalam arti sejati—seperti yang digambarkan dalam fiksi ilmiah—tidak akan mungkin tanpa bantuan alat eksternal. Otak manusia adalah sistem elektrik, dan setiap aktivitas neuronal memancarkan gelombang elektromagnetik. Sayangnya, sinyal-sinyal ini terlalu lemah untuk ditangkap langsung oleh indera manusia. Namun, komputer bisa melakukannya.

Salah satu teknologi yang digunakan adalah EEG (Electroencephalography), yang menangkap sinyal listrik otak melalui helm berisi elektroda. Dengan membuat subjek fokus pada gambar tertentu, seperti mobil atau rumah, pola sinyal otak dicatat, lalu dikaitkan dengan objek tersebut. Hasilnya adalah "kamus pikiran" awal, di mana komputer dapat mengenali apa yang sedang dipikirkan seseorang berdasarkan pola EEG. Keunggulan metode ini adalah kecepatan dan sifatnya yang tidak invasif, meski masih terbatas dalam hal ketajaman dan detail visual, karena sinyal harus menembus tengkorak yang memblokir sebagian besar informasi.

Membuka Film Di dalam Otak: Vidio Pikiran

Terobosan lebih jauh datang dari laboratorium Dr. Jack Gallant di University of California, Berkeley, tempat Michio Kaku sendiri pernah meraih gelar Ph.D. dalam fisika teoretis. Di sana, tim peneliti berhasil melakukan sesuatu yang sebelumnya dianggap mustahil: merekonstruksi gambar dan video dari isi pikiran manusia. “Kami membuka jendela ke dalam film yang diputar di dalam benak kita,” ujar Gallant.

Subjek eksperimen akan dimasukkan ke dalam mesin MRI senilai lebih dari $3 juta. Mereka diminta menonton berbagai klip video, seperti trailer film dari YouTube, selama berjam-jam. Ini memungkinkan mesin MRI mencatat aliran darah otak secara tiga dimensi, menghasilkan ribuan titik data (voxel) yang menunjukkan aktivitas saraf di berbagai wilayah otak, terutama di korteks visual bagian belakang.

Awalnya, pola-pola voxel ini tampak acak. Namun dengan menyusun hubungan matematis antara karakteristik gambar—seperti tepi, tekstur, dan intensitas cahaya—dengan pola MRI, para ilmuwan berhasil mengenali dan memetakan hubungan antara gambar dan aktivitas otak. Ketika subjek menonton klip baru, komputer menggunakan model ini untuk mencocokkan pola voxel dengan data sebelumnya dan menyusun ulang gambar yang kira-kira sama dengan yang dipikirkan atau dilihat subjek.

Hasilnya adalah video kasar namun mengejutkan akurat: wajah, binatang, bangunan, dan lanskap terlihat samar tapi dapat dikenali. Penelitian ini bahkan mampu menangkap gambar imajiner—apa yang dibayangkan seseorang, bukan hanya apa yang dilihatnya. Ketika seseorang diminta memikirkan lukisan Mona Lisa, komputer memindai aktivitas di korteks visual dan mencari gambar yang paling sesuai dari database. Dalam salah satu eksperimen, program memilih gambar Salma Hayek sebagai kecocokan terbaik—sebuah kesalahan, tapi tetap mengesankan mengingat jutaan kemungkinan gambar lain.

Tujuan akhir proyek ini adalah membangun sebuah kamus pikiran yang presisi—menghubungkan objek nyata dengan pola aktivitas otak secara cepat dan akurat. Bahkan, penelitian lain oleh Dr. Stanislas Dehaene di Paris menunjukkan bahwa hanya dengan memindai lobus parietal otak, seseorang bisa menebak angka yang sedang dipikirkan subjek berdasarkan pola voxel.

Namun, ada batasan penting. Ketika seseorang membayangkan sebuah gambar dibanding melihatnya langsung, pemindaian MRI menunjukkan bahwa aktivitas saraf yang terekam jauh lebih redup dan tidak lengkap. Imajinasi tidak menghasilkan representasi seakurat persepsi. Sama seperti cerita fiksi tentang jin yang mewujudkan segala bayangan seseorang—mobil tanpa mesin, uang dengan gambar kabur—pikiran kita adalah proyeksi yang tidak utuh dari kenyataan.

Meskipun demikian, kecepatan kemajuan teknologi membaca pikiran membuat kita bertanya-tanya: apakah suatu hari nanti kita benar-benar dapat membaca pikiran secara langsung? Merekonstruksi isi pikiran bukan lagi angan-angan fiksi ilmiah, tetapi sebuah kemungkinan ilmiah yang mulai menampakkan bentuknya.

No comments:

Post a Comment