Tuesday, August 28, 2012

Meningkatkan Kesadaran

Oleh : Deepak Chopra

Karena kesadaran adalah dasar dari semua realitas, setiap pergeseran kesadaran merobah setiap aspek realitas kita. Realitas diciptakan oleh kesadaran yang dibedakan oleh kognisi, suasana hati, emosi, persepsi, perilaku, ucapan, interaksi sosial, lingkungan, interaksi dengan kekuatan alam, dan biologi. Ketika kesadaran berkembang, aspek-aspek yang berbeda dari kesadaran juga akan berubah.

Meskipun setiap tradisi spiritual berbicara tentang keadaan kesadaran yang lebih tinggi, terutama di dalam Vedanta dimana kita menemukan seperti peta terstruktur dari tahap-tahap perkembangan. Rata-rata orang hanya mengalami tiga kondisi kesadaran sepanjang hidupnya. Itu adalah kondisi tidur nyenyak, mimpi, dan kondisi kesadaran ketika terbangun. Fungsi otak yang diukur adalah berbeda di masing-masing kondisi. Biologi Otak dan gelombang otak menunjukkan karakteristik yang tepat dan berbeda antara kondisi tidur, mimpi, dan kondisi kesadaran ketika terbangun.

Praktek spiritual atau sadhana memulai proses dimana seorang individu mengubah kesadaran nya dari tiga kondisi umum dari kesadaran menjadi kesadaran yang  “lebih tinggi”. Melalui dari salah satu dari empat latihan yoga utama (Yoga menjadi, merasa, berpikir, melakukan) pikiran kita akan dibawa kepada kondisi yang murni. Di balik ke-3 kondisi kesadaran terdapat kondisi kesadaran lain: kesadaran jiwa, kesadaran Cosmic, kesadaran Ilahi dan kesadaran Kesatuan. Ketika setiap keadaan kesadaran itu terungkap dalam diri kita, ini akan membuka kita untuk masuk ke suatu realitas yang lebih luas yang lebih baru. Mari kita bahas masing-masing kesadaran ini satu persatu:

Kesadaran Jiwa adalah kondisi yang kita alami ketika referensi internal kita bergeser dari tubuh, pikiran, dan ego, menjadi pengamat tubuh, pikiran, dan ego. Kita mengalami dan menumbuhkan kesadaran Jiwa saat kita bermeditasi. Pengamat ini biasa dikatakan sebagai kesadaran menyaksikan. Selama meditasi, seseorang mulai mengidentifikasi dengan aspek Diri yang yang melampaui pemikiran dan perasaan, (saksi bisu) dan kemudian ia mulai merasa lebih tenang, terpusat dan intuitif dalam kehidupan sehari-hari. Ketika menyadari inti otentik dari soliditas diri sendiri, ada drama emosional yang berkurang dalam hidup mereka. Hubungan menjadi lebih penuh kasih dan sayang dan menemukan satu hubungan yang lebih lebih peduli dengan lingkungan dan alam. Dengan pengalaman menjadi saksi bisu, biologi kita juga akan mencerminkan keseimbangan yang lebih besar dan memulai pengaktifan mekanisme homeostatis. Meditasi telah dibuktikan dapat menurunkan stres, membuat denyut jantung lebih lambat, tekanan darah lebih rendah, meningkatkan fungsi kekebalan tubuh, dan secara teratur dan tepat dapat membuat mekanisme perbaikan diri. Mereka yang berlatih meditasi kurang rentan terhadap penyakit.

Kesadaran kosmic adalah keadaan ketika kesadaran jiwa menjadi stabil dan kesadaran mengamati hadir sepanjang waktu dalam kondisi terbangun, bermimpi, dan tertidur. Keadaan kesadaran ini kadang-kadang digambarkan dalam tradisi kuno sebagai kondisi lokal maupun non-lokal secara bersamaan. Diri menjadi saksi bisu dari yang tak terbatas, namun tubuh dan pikiran terkondisi lokal.
Dalam tradisi Kristen frase “berada di dunia ini tapi tidak dari dunia ini,” menggambarkan rasa kesadaran Kosmis. Dalam keadaan ini, bahkan selama tidur nyenyak, kesadaran mengamati ini sepenuhnya hadir dan ada kesadaran bahwa ia bukan pikiran/tubuh, yang selalu mengalami perubahan, melainkan roh yang kekal yang melampaui ruang dan waktu. Aspek yang paling luar biasa dari kondisi kesadaran ini adalah pengetahuan bahwa kita abadi dan karena itu kita tidak takut mati. Meskipun kesadaran Cosmic bukanlah puncak pencerahan, namun itu menandai transisi kritis melewati identitas terikat dan hidup terkondisi, untuk kemudian hidup dalam kebebasan dalam pengetahuan diri.

Kesadaran Ilahi adalah perluasan kesadaran kosmik dimana kesadaran mengamati yang selalu hadir dialami tidak hanya dalam keheningan Diri, tetapi juga dalam kualitas yang paling abstrak dari alam dan pikiran. Potensi terbengkalai seperti kebangkitan indra nonlocal (disebut dalam bahasa Sansekerta sebagai tanmatras) mulai dialami. Ketika pikiran individu mulai mengakses alam yang tidak terakses oleh jiwa, mereka akan mengaktifkan kemampuan spiritual yang luar biasa yang sebelumnya dianggap tidak mungkin tercapai. Ini termasuk pengalaman seperti pengetahuan tentang masa lalu dan masa depan, kewaskitaan, kepekaan pada penciuman, sentuhan, penglihatan, dan pendengaran, kontrol atas fungsi-fungsi tubuh, denyut jantung, dan fungsi otonom lain. Dengan kata lain, objek akan dialami secara bersamaan pada tingkat sensorik kasar, halus, dan tingkat-tingkat yang lebih abstrak. Apresiasi kehidupan dari perspektif yang lebih halus merupakan keterlibatan nyata dari hati dan cinta sebagai mesin pertumbuhan rohani pada tahap ini. Dengan mengalami pola dan koneksi yang lebih dalam yang mendasari keragaman eksternal, kita menemukan jiwa kita dibawa pada rasa yang mendalam terhadap keindahan, kekaguman, syukur kasih sayang, dan cinta.
Kekuatan mengintegrasikan dari kualitas ini menyatukan dunia yang terpolarisasi dari kesadaran Kosmis yang dibagi antara Diri dan non-Diri. Dalam Kesadaran Ilahi harmonisasi dan kekuasaan mensintesa ini dirasakan sebagai kehadiran Ilahi dalam hati kita. Kemanapun kita pergi kita selalu merasakan kehadiran Ilahi. Para pelihat Veda akan mengatakan dalam kesadaran Ilahi, tidak sulit untuk menemukan Tuhan, tetapi sulit untuk menghindariNya. Pada tahap ini, ada sebuah keyakinan yang lebih besar terhadap eksistensi keabadian, bukan hanya sebagai kesadaran nonlokal, tetapi juga dalam pengetahuan bahwa Anda adalah kehadiran abadi cinta ilahi. Kesadaran Ilahi ini juga membawa pengalaman yang lebih dalam terhadap pembebasan, ketika dunia indera eksternal tidak lagi dilihat sebagai semacam pengasingan spiritual dimana jiwa harus bertahan, melainkan dunia ini adalah manifestasi keindahan, cinta dari kesadaran kita dan oleh karena itu tidak terpisahkan dengan spiritualitas seseorang.

Kesadaran Kesatuan juga disebut sebagai kesadaran Brahman. Ini adalah keadaan kesadaran di mana saksi yang selalu hadir tidak hanya diakui sebagai Diri inti dari keberadaan seseorang, sekarang dianggap sebagai realitas utama dari setiap pengalaman. Anda, sebagai pengamat, adalah kesadaran murni. Proses mengamati adalah kesadaran tersebut. Dan objek yang diamati adalah kesadaran murni yang sama. Puncak dari pencerahan adalah pengetahuan bahwa hanya ada kesadaran saja, bahwa kesadaran adalah semua yang Ada, pernah Ada, atau yang akan ada. Bahwa kesatuan, atau Persatuan, mendominasi kesadaran bahkan sebagai satu-satunya yang terlibat dalam rincian kehidupan duniawi yang sama seperti sebelumnya. Kita tidak lagi mengidentifikasi dengan tubuh-pikiran individu dan melihat seluruh alam semesta sebagai satu tubuh fisik. Tentu saja, ada tubuh pribadi dan ada alam semesta material, yang dialami melalui indera, tetapi mereka sekarang mengenali adanya Satu realitas kesadaran.

Potensi yang sebelumnya tidak aktif sekarang sepenuhnya bisa beroperasi. Itu adalah kemampuan untuk menyembuhkan dan mengubah orang lain dan segala sesuatu yang dialami sebagai mukjizat. Sekuntum Bunga dilihat sebagai bunga tetapi juga dialami sebagai pelangi, sinar matahari, bumi, air dan angin, udara dan kekosongan yang tak terbatas dan sejarah seluruh alam semesta yang berputar-putar dan mewujudkan diri sebagai bunga. Dengan kata lain setiap objek dipandang sebagai total alam semesta yang bermanifestasi sebagai objek tertentu. Dan di belakang layar orang bisa merasakan adanya kesadaran mengamati selalu hadir yang sama yang sekarang berada di keduanya subyek dan obyek. Kesadaran Persatuan adalah tingkat tertinggi kebebasan dari rasa takut. Hal ini ditandai dengan rasa kekal sukacita dan damai. Tidak ada hal ”lain” di luar diri yang menjadikan rasa takut, dan tarian konstan kesatuan yang menyamar sebagai keanekaragaman dipandang sebagai sifat indah dari kehidupan itu sendiri. Semua ciptaan dipandang sebagai permainan kesadaran atau Leela.

Keadaan pencerahan bisa dibandingkan dengan setetes air yang sedang mengalami dirinya sebagai lautan, mengetahui bahwa ia adalah laut sepanjang waktu. Anda dan Tuhan sekarang adalah satu karena tidak ada yang diluar itu. Kadang-kadang ketika orang mencoba mengkonsepkan ini dengan memproyeksikan rasa diri saat ini ke dalam kesadaran Persatuan, mereka takut akan kehilangan identitas lama mereka, mereka takut akan kehilangan keberadaan mereka, kenangan dan perspektif individu mereka. Tetapi orang yang tercerahkan tidak melihat seperti itu. Mereka memahami bahwa identitas personal adalah ilusi. Mereka menyadari bahwa tidak ada yang nyata atau berharga yang pernah hilang di jalan menuju pencerahan. Mereka mengalami identitas asli mereka, tetapi baru sekarang mengakui dalam kelengkapan dan kemuliaan penuh.

Keadaan ini tentu saja dijelaskan dalam tradisi Vedanta tetapi secara indah ditangkap dalam kalimat berikut dari TS Elliot:

Kita tidak akan pernah berhenti untuk bereksplorasi
Dan akhir dari eksplorasi kita
Akan tiba di mana kita memulainya
Dan mengetahui tempat tersebut untuk pertama kalinya.

Ini adalah garis besar singkat kondisi kesadaran yang lebih tinggi hanya dimaksudkan untuk memberikan pengertian umum dari terungkapnya potensi manusia. Adalah penting untuk menekankan bahwa perkembangan spiritual tidak didasarkan pada intelektual atau keimanan seseorang. Pencerahan tidak bisa dicapai hanya dengan membaca dan belajar, atau dengan keyakinan sungguh-sungguh terhadap sesuatu di luar diri Anda. Perkembangan keadaan kesadaran yang lebih tinggi terutama datang kepada kita secara teratur dan sistematis dengan mengalami nilai-nilai lebih dalam dari diri dan kemudian mengintegrasikan itu ke dalam kehidupan sehari-hari. Pengalaman khusus yang dimiliki individu dalam perjalanan ini, tentu akan bervariasi, tidak hanya berdasarkan tradisi spiritual dan praktek yang dijalankan, tetapi juga berdasarkan sejarah masing-masing dan kecenderungan pribadi Anda.

Sumber: Henkykuntarto’s Blog -Wellcome to my spiritual blog

1 comment:

  1. ulasan menarik, memang kadang kita melupakan potensi diri kita karena ketidaksadaran.

    ReplyDelete