A Matter of a New Philosophy
Dalam sebuah novel spiritual “The Celestine Prophecy” milik James Redfield – yang merupakan novel beraroma New Age, dikatakan bahwa wawasan ketiga adalah masalah energi. Wawasan ketiga ini menggambarkan pemahaman baru atas dunia fisik. Dikatakan bahwa manusia akan belajar menyerap apa yang dulu merupakan energi yang tak terlihat. Banyak ilmuwan menganggap hal semacam ini sebagai hocus pocus, akan tetapi ilmuwan fisika baru tidak menganggapnya demikian.
Seluruh karya hidup Einstein adalah untuk menunjukkan bahwa apa yang kita persepsikan sebagai benda keras kebanyakan merupakan ruang kosong dengan suatu pola energi yang melintasinya. Jika saat ini fisika menuntun kita ke sebuah pandangan dunia yang secara esensia bersifat mistik. Ini berarti bahwa ia telah kembali ke permulaannya pada sekitar dua ribu lima ratus silam. Istilah ‘fisika’ berasal dari kata Yunani ini yang berarti usaha untuk melihat alam yang esensial dari segala hal. Ini merupakan tujuan sentral para sufi dan filosofi ajaran milesia yang memiliki pengertian mistik yang kuat. Orang Milesia dijuluki ‘hylozoist’ atau ‘orang-orang yang berpikir bahwa materi adalah hidup’ oleh orang-orang Yunani sesudahnya, karena mereka menganggap bahwa tak ada perbedaan antara yang hidup dan yang mati, antara ruh dan materi. (Fritjof Capra, “Tao of Physics” (Jalasutra, 2001); halaman 6-7).
Lahirnya sains modern didahului dan didampingi oleh satu perkembangan pemikiran filsafat yang mengarah pada sebuah rumusan yang luar biasa tentang dualisme ruh/materi. Rumusan ini muncul di abad ke-17 dalam filsafat Rene Descartes yang mendasarkan pandangannya atas alam dengan pembagian fundamental dua wilayah terpisahkan dan independen, yakni pikiran dan materi.
Dalam pandangan Newton, Tuhan telah mencipta, pada mulanya, partikel-partikel materi, di antaranya energi-energi dan hukum-hukum fundamental tentang gerak. Dengan cara itu, seluruh alam semesta ditata dalam gerak dan ia terus berlangsung hingga kini, seperti sebuah mesin, diatur oleh hukum-hukum yang tak bisa diubah-ubah. Sejak Newton, para fisikawan telah percaya bahwa semua fenomena fisik dapat direduksi menjadi partikel-partikel yang keras dan padat. Akan tetapi ditahun 1920-an, teori kuantum memaksa mereka untuk menerima fakta bahwa objek-objek material padat fisika lenyap pada level subatomik menjadi gelombang-gelombang mirip pola-pola probabilitas.
Werner Heisenberg, salah seorang pendiri teori kuantum mengatakan, “Demikianlah dunia tampak sebagai suatu jaringan rumit peristiwa-peristiwa yang didalamnya hubungan-hubungan dalam jenis-jenis yang berbeda menggantikan atau tumpang tindih atau tergabung dan dengan demikian menentukan tenunan keseluruhan.
Fisika modern, kemudian menggambarkan materi sama sekali bukan sebagai sesuatu yang pasif dan lamban, tapi mewujud dalam tarian yang berkesinambungan dan gerak yang bergetar yang pola-pola ritmisnya ditentukan oleh struktur-struktur molekuler, atom dan nuklir. Hal ini juga merupakan cara yang di dalamnya para sufi melihat dunia immateri. Mereka menekankan bahwa alam semesta harus dipahami secara dinamis, karena ia bergerak, bergetar dan menari; bahwa alam tidak berada pada posisi berhenti, tapi dalam titik keseimbangan dinamis.
DNA: Intelligent Design
Anthony Flew, filsuf ateis terkenal, yang mengaku sebagai ateis sejak usia 15 tahun dan selama 54 tahun menjadi profesor di universitas Oxford, universitas Aberdeen, universitas Keele dan universitas Reading, di banyak universitas di America dan Kanada mempertahankan pandangannya. Namun baru-baru ini, Anthony Flew telah mengumumkan bahwa ia telah meninggalkan kekeliruan ini dan menerima bahwa alam semesta telah diciptakan.
Anthony Flew menyadari bahwa asal usul yang sesungguhnya dari kehidupan adalah rancangan cerdas (intelligent design) dan bahwa ateisme yang telah dianut dan dipertahankannya selama 66 tahun adalah filsafat yang telah terbantahkan. Anthony Flew mengemukakan alasan-alasan ilmiah yang mendasari perubahan keyakinan ini dalam ungkapan berikut:
“Berdasarkan tingkat kerumitan yang hampir tak dapat dipercaya dari penataan yang dibutuhkan untuk memunculkan [kehidupan], penelitian para pakar biologi terhadap DNA telah menunjukkan bahwa suatu kecerdasan pastilah telah ikut campur tangan.”
“Sudah terlampau sulit bahkan untuk memulai berpikir tentang membangun sebuah teori alamiah tentang evolusi makhluk hidup pertama yang dapat berkembang biak.”(2)
“Saya telah menjadi yakin bahwa sungguh mustahil makhluk hidup pertama berevolusi dari benda mati dan kemudian berkembang menjadi makhluk yang luar biasa rumitnya. ” (3)
Penelitian DNA yang dikutip Anthony Flew sebagai alasan mendasar perubahan pandangannya telah benar-benar mengungkap fakta-fakta mengejutkan tentang penciptaan. Bentuk heliks (rantai ganda terpilin) dari molekul DNA , kode genetik yang ada padanya, susunan nukleotida yang menggugurkan teori kebetulan, kemampuan menyimpan sejumlah besar informasi, dan banyak penemuan mengejutkan lainnya telah mengungkapkan bahwa struktur dan fungsi-fungsi molekul ini dirancang bagi kehidupan dengan rancangan khusus. Ulasan para ilmuwan yang menggeluti penelitian DNA menjadi saksi atas fakta ini. Contohnya adalah Francis Crick, salah seorang ilmuwan yang mengungkap bentuk heliks DNA. Dihadapkan pada penemuan tentang DNA, Francis Crick mengakui bahwa asal usul kehidupan mengisyaratkan sebuah keajaiban:
Berdasarkan perhitungannya, Led Adleman dari Universitas Southern California di Los Angeles mengatakan bahwa satu gram DNA dapat menampung informasi sebanyak satu triliun CD. Gene Myers, seorang ilmuwan yang dipekerjakan pada Human Genome Project (Proyek Genom Manusia), mengatakan hal berikut ini ketika berhadapan dengan penataan menakjubkan DNA yang ia saksikan: “Apa yang sungguh mengejutkan saya adalah arsitektur kehidupan… Sistemnya begitu teramat rumit. Sepertinya hal itu telah dirancang…Ada kecerdasan mahahebat di sana.”
Fakta paling mengejutkan tentang DNA adalah bahwa keberadaan informasi genetik yang terkodekan (berupa sandi) sudah pasti tidak dapat dijelaskan dalam istilah materi dan energi atau hukum-hukum alamiah. Dr. Werner Gitt, profesor di Institut Fisika dan Teknologi Federal Jerman (the German Federal Institute of Physics and Technology), mengatakan berikut ini seputar masalah tersebut:
Sebuah sistem pengkodean (sistem sandi) selalu merupakan hasil dari suatu proses mental… Perlu ditegaskan bahwa materi saja tidak mampu memunculkan kode apa pun. Seluruh pengalaman menunjukkan bahwa dibutuhkan sebuah wujud yang mampu berpikir yang dengan kehendaknya sendiri menggunakan kemauan bebasnya, kemampuan memperoleh pengetahuan, dan kemampuan berkaryanya… Belum pernah ada hukum alamiah yang dengannya materi dapat memunculkan informasi, belum pernah ada pula proses fisika atau fenomena materi yang dapat melakukan hal ini.
Para ilmuwan dan filsuf pendukung penciptaan berperan besar dalam penerimaan perancangan cerdas (intelligent design) oleh Anthony Flew, yang didukung oleh semua penemuan ini. Sebelumnya, Anthony Flew turut serta dalam sejumlah debat dengan para ilmuwan dan filsuf yang mendukung penciptaan, dan saling bertukar pikiran dengan mereka. Titik balik dalam proses tersebut adalah sebuah diskusi yang diselenggarakan oleh Lembaga Penelitian Metasaintifik (the Institute for Metascientific Research) di Texas pada bulan Mei 2003. Anthony Flew ikut serta bersama dengan pengarang Roy Abraham Varghese, pakar fisika dan biologi molekuler asal Israel Gerald Schroeder, dan filsuf Katolik Roma John Haldane. Anthony Flew terkesan oleh kuatnya bukti ilmiah yang mendukung penciptaan dan karakter meyakinkan dari argumen-argumen penentangnya, dan menanggalkan ateisme sebagai keyakinan setelah diskusi itu. Dalam surat yang ia tulis kepada majalah Inggris, Philosophy Now edisi Agustus-September 2003, ia memuji buku Schroeder “The Hidden Face of God: Science Reveals the Ultimate Truth” (Wajah Tersembunyi Tuhan: Ilmu Pengetahuan Menyingkap Kebenaran Hakiki) dan buku Varghese “The Wonderful World” (Dunia Yang Menakjubkan). (8) Selama wawancara dengan profesor filsafat dan teologi Gary R. Habermas, yang juga berperan besar dalam merubah pandangannya (9), dan dalam video “Has Science Discovered God?” (Sudahkah Ilmu Pengetahuan Menemukan Tuhan?), ia secara terbuka menyatakan bahwa ia percaya pada perancangan cerdas (intelligent design).
Di hadapan seluruh perkembangan ilmiah sebagaimana dipaparkan di atas, pengakuan adanya perancangan cerdas (intelligent design) oleh Anthony Flew, yang terkenal sebagai pembela ateisme selama bertahun-tahun, mencerminkan sebuah pemandangan terakhir dalam proses keruntuhan yang dialami ateisme. Ilmu pengetahuan modern telah menyingkap keberadaan suatu “kecerdasan yang meliputi alam semesta”, yang dengannya menyingkirkan ateisme.
Dalam bukunya “The Hidden Face of God” (Wajah Tersembunyi Tuhan), Gerald Schroeder, salah seorang ilmuwan pendukung penciptaan yang berpengaruh dalam merubah keyakinan Anthony Flew, menulis: “Sebuah kesadaran, kearifan universal, meliputi alam semesta. Penemuan-penemuan ilmu pengetahuan, khususnya yang meneliti sifat quantum dari materi penyusun atom, telah menggiring kita mendekati pemahaman yang mengejutkan: seluruh keberadaan adalah perwujudan dari kearifan ini. Di laboratorium-laboratorium, kita mendapatinya sebagai informasi yang pertama-tama secara fisik mewujud sebagai energi dan kemudian terpadatkan hingga menjadi bentuk materi. Setiap partikel, setiap wujud, dari atom hingga manusia, terlihat mewakili satu tingkatan dari informasi, dari kearifan.”
Penelitian ilmiah terhadap cara kerja sel dan partikel-partikel penyusun atom materi telah mengungkap fakta ini tanpa dapat dibantah: Kehidupan dan alam semesta dimunculkan menjadi ada dari ketiadaan oleh kehendak dari suatu wujud yang memiliki kecerdasan dan kearifan yang mahatinggi. Tidak ada keraguan bahwa pemilik pengetahuan dan kecerdasan yang meliputi alam semesta di seluruh tingkatannya adalah Allah Yang Mahakuasa. (Bersambung)
(Seluruh isi artikel ‘Tuhan Baru’ (1-5) adalah hasil patungan Nur Aida dan Muhsin Labib).
Dalam sebuah novel spiritual “The Celestine Prophecy” milik James Redfield – yang merupakan novel beraroma New Age, dikatakan bahwa wawasan ketiga adalah masalah energi. Wawasan ketiga ini menggambarkan pemahaman baru atas dunia fisik. Dikatakan bahwa manusia akan belajar menyerap apa yang dulu merupakan energi yang tak terlihat. Banyak ilmuwan menganggap hal semacam ini sebagai hocus pocus, akan tetapi ilmuwan fisika baru tidak menganggapnya demikian.
Seluruh karya hidup Einstein adalah untuk menunjukkan bahwa apa yang kita persepsikan sebagai benda keras kebanyakan merupakan ruang kosong dengan suatu pola energi yang melintasinya. Jika saat ini fisika menuntun kita ke sebuah pandangan dunia yang secara esensia bersifat mistik. Ini berarti bahwa ia telah kembali ke permulaannya pada sekitar dua ribu lima ratus silam. Istilah ‘fisika’ berasal dari kata Yunani ini yang berarti usaha untuk melihat alam yang esensial dari segala hal. Ini merupakan tujuan sentral para sufi dan filosofi ajaran milesia yang memiliki pengertian mistik yang kuat. Orang Milesia dijuluki ‘hylozoist’ atau ‘orang-orang yang berpikir bahwa materi adalah hidup’ oleh orang-orang Yunani sesudahnya, karena mereka menganggap bahwa tak ada perbedaan antara yang hidup dan yang mati, antara ruh dan materi. (Fritjof Capra, “Tao of Physics” (Jalasutra, 2001); halaman 6-7).
Lahirnya sains modern didahului dan didampingi oleh satu perkembangan pemikiran filsafat yang mengarah pada sebuah rumusan yang luar biasa tentang dualisme ruh/materi. Rumusan ini muncul di abad ke-17 dalam filsafat Rene Descartes yang mendasarkan pandangannya atas alam dengan pembagian fundamental dua wilayah terpisahkan dan independen, yakni pikiran dan materi.
Dalam pandangan Newton, Tuhan telah mencipta, pada mulanya, partikel-partikel materi, di antaranya energi-energi dan hukum-hukum fundamental tentang gerak. Dengan cara itu, seluruh alam semesta ditata dalam gerak dan ia terus berlangsung hingga kini, seperti sebuah mesin, diatur oleh hukum-hukum yang tak bisa diubah-ubah. Sejak Newton, para fisikawan telah percaya bahwa semua fenomena fisik dapat direduksi menjadi partikel-partikel yang keras dan padat. Akan tetapi ditahun 1920-an, teori kuantum memaksa mereka untuk menerima fakta bahwa objek-objek material padat fisika lenyap pada level subatomik menjadi gelombang-gelombang mirip pola-pola probabilitas.
Werner Heisenberg, salah seorang pendiri teori kuantum mengatakan, “Demikianlah dunia tampak sebagai suatu jaringan rumit peristiwa-peristiwa yang didalamnya hubungan-hubungan dalam jenis-jenis yang berbeda menggantikan atau tumpang tindih atau tergabung dan dengan demikian menentukan tenunan keseluruhan.
Fisika modern, kemudian menggambarkan materi sama sekali bukan sebagai sesuatu yang pasif dan lamban, tapi mewujud dalam tarian yang berkesinambungan dan gerak yang bergetar yang pola-pola ritmisnya ditentukan oleh struktur-struktur molekuler, atom dan nuklir. Hal ini juga merupakan cara yang di dalamnya para sufi melihat dunia immateri. Mereka menekankan bahwa alam semesta harus dipahami secara dinamis, karena ia bergerak, bergetar dan menari; bahwa alam tidak berada pada posisi berhenti, tapi dalam titik keseimbangan dinamis.
DNA: Intelligent Design
Anthony Flew, filsuf ateis terkenal, yang mengaku sebagai ateis sejak usia 15 tahun dan selama 54 tahun menjadi profesor di universitas Oxford, universitas Aberdeen, universitas Keele dan universitas Reading, di banyak universitas di America dan Kanada mempertahankan pandangannya. Namun baru-baru ini, Anthony Flew telah mengumumkan bahwa ia telah meninggalkan kekeliruan ini dan menerima bahwa alam semesta telah diciptakan.
Anthony Flew menyadari bahwa asal usul yang sesungguhnya dari kehidupan adalah rancangan cerdas (intelligent design) dan bahwa ateisme yang telah dianut dan dipertahankannya selama 66 tahun adalah filsafat yang telah terbantahkan. Anthony Flew mengemukakan alasan-alasan ilmiah yang mendasari perubahan keyakinan ini dalam ungkapan berikut:
“Berdasarkan tingkat kerumitan yang hampir tak dapat dipercaya dari penataan yang dibutuhkan untuk memunculkan [kehidupan], penelitian para pakar biologi terhadap DNA telah menunjukkan bahwa suatu kecerdasan pastilah telah ikut campur tangan.”
“Sudah terlampau sulit bahkan untuk memulai berpikir tentang membangun sebuah teori alamiah tentang evolusi makhluk hidup pertama yang dapat berkembang biak.”(2)
“Saya telah menjadi yakin bahwa sungguh mustahil makhluk hidup pertama berevolusi dari benda mati dan kemudian berkembang menjadi makhluk yang luar biasa rumitnya. ” (3)
Penelitian DNA yang dikutip Anthony Flew sebagai alasan mendasar perubahan pandangannya telah benar-benar mengungkap fakta-fakta mengejutkan tentang penciptaan. Bentuk heliks (rantai ganda terpilin) dari molekul DNA , kode genetik yang ada padanya, susunan nukleotida yang menggugurkan teori kebetulan, kemampuan menyimpan sejumlah besar informasi, dan banyak penemuan mengejutkan lainnya telah mengungkapkan bahwa struktur dan fungsi-fungsi molekul ini dirancang bagi kehidupan dengan rancangan khusus. Ulasan para ilmuwan yang menggeluti penelitian DNA menjadi saksi atas fakta ini. Contohnya adalah Francis Crick, salah seorang ilmuwan yang mengungkap bentuk heliks DNA. Dihadapkan pada penemuan tentang DNA, Francis Crick mengakui bahwa asal usul kehidupan mengisyaratkan sebuah keajaiban:
Berdasarkan perhitungannya, Led Adleman dari Universitas Southern California di Los Angeles mengatakan bahwa satu gram DNA dapat menampung informasi sebanyak satu triliun CD. Gene Myers, seorang ilmuwan yang dipekerjakan pada Human Genome Project (Proyek Genom Manusia), mengatakan hal berikut ini ketika berhadapan dengan penataan menakjubkan DNA yang ia saksikan: “Apa yang sungguh mengejutkan saya adalah arsitektur kehidupan… Sistemnya begitu teramat rumit. Sepertinya hal itu telah dirancang…Ada kecerdasan mahahebat di sana.”
Fakta paling mengejutkan tentang DNA adalah bahwa keberadaan informasi genetik yang terkodekan (berupa sandi) sudah pasti tidak dapat dijelaskan dalam istilah materi dan energi atau hukum-hukum alamiah. Dr. Werner Gitt, profesor di Institut Fisika dan Teknologi Federal Jerman (the German Federal Institute of Physics and Technology), mengatakan berikut ini seputar masalah tersebut:
Sebuah sistem pengkodean (sistem sandi) selalu merupakan hasil dari suatu proses mental… Perlu ditegaskan bahwa materi saja tidak mampu memunculkan kode apa pun. Seluruh pengalaman menunjukkan bahwa dibutuhkan sebuah wujud yang mampu berpikir yang dengan kehendaknya sendiri menggunakan kemauan bebasnya, kemampuan memperoleh pengetahuan, dan kemampuan berkaryanya… Belum pernah ada hukum alamiah yang dengannya materi dapat memunculkan informasi, belum pernah ada pula proses fisika atau fenomena materi yang dapat melakukan hal ini.
Para ilmuwan dan filsuf pendukung penciptaan berperan besar dalam penerimaan perancangan cerdas (intelligent design) oleh Anthony Flew, yang didukung oleh semua penemuan ini. Sebelumnya, Anthony Flew turut serta dalam sejumlah debat dengan para ilmuwan dan filsuf yang mendukung penciptaan, dan saling bertukar pikiran dengan mereka. Titik balik dalam proses tersebut adalah sebuah diskusi yang diselenggarakan oleh Lembaga Penelitian Metasaintifik (the Institute for Metascientific Research) di Texas pada bulan Mei 2003. Anthony Flew ikut serta bersama dengan pengarang Roy Abraham Varghese, pakar fisika dan biologi molekuler asal Israel Gerald Schroeder, dan filsuf Katolik Roma John Haldane. Anthony Flew terkesan oleh kuatnya bukti ilmiah yang mendukung penciptaan dan karakter meyakinkan dari argumen-argumen penentangnya, dan menanggalkan ateisme sebagai keyakinan setelah diskusi itu. Dalam surat yang ia tulis kepada majalah Inggris, Philosophy Now edisi Agustus-September 2003, ia memuji buku Schroeder “The Hidden Face of God: Science Reveals the Ultimate Truth” (Wajah Tersembunyi Tuhan: Ilmu Pengetahuan Menyingkap Kebenaran Hakiki) dan buku Varghese “The Wonderful World” (Dunia Yang Menakjubkan). (8) Selama wawancara dengan profesor filsafat dan teologi Gary R. Habermas, yang juga berperan besar dalam merubah pandangannya (9), dan dalam video “Has Science Discovered God?” (Sudahkah Ilmu Pengetahuan Menemukan Tuhan?), ia secara terbuka menyatakan bahwa ia percaya pada perancangan cerdas (intelligent design).
Di hadapan seluruh perkembangan ilmiah sebagaimana dipaparkan di atas, pengakuan adanya perancangan cerdas (intelligent design) oleh Anthony Flew, yang terkenal sebagai pembela ateisme selama bertahun-tahun, mencerminkan sebuah pemandangan terakhir dalam proses keruntuhan yang dialami ateisme. Ilmu pengetahuan modern telah menyingkap keberadaan suatu “kecerdasan yang meliputi alam semesta”, yang dengannya menyingkirkan ateisme.
Dalam bukunya “The Hidden Face of God” (Wajah Tersembunyi Tuhan), Gerald Schroeder, salah seorang ilmuwan pendukung penciptaan yang berpengaruh dalam merubah keyakinan Anthony Flew, menulis: “Sebuah kesadaran, kearifan universal, meliputi alam semesta. Penemuan-penemuan ilmu pengetahuan, khususnya yang meneliti sifat quantum dari materi penyusun atom, telah menggiring kita mendekati pemahaman yang mengejutkan: seluruh keberadaan adalah perwujudan dari kearifan ini. Di laboratorium-laboratorium, kita mendapatinya sebagai informasi yang pertama-tama secara fisik mewujud sebagai energi dan kemudian terpadatkan hingga menjadi bentuk materi. Setiap partikel, setiap wujud, dari atom hingga manusia, terlihat mewakili satu tingkatan dari informasi, dari kearifan.”
Penelitian ilmiah terhadap cara kerja sel dan partikel-partikel penyusun atom materi telah mengungkap fakta ini tanpa dapat dibantah: Kehidupan dan alam semesta dimunculkan menjadi ada dari ketiadaan oleh kehendak dari suatu wujud yang memiliki kecerdasan dan kearifan yang mahatinggi. Tidak ada keraguan bahwa pemilik pengetahuan dan kecerdasan yang meliputi alam semesta di seluruh tingkatannya adalah Allah Yang Mahakuasa. (Bersambung)
(Seluruh isi artikel ‘Tuhan Baru’ (1-5) adalah hasil patungan Nur Aida dan Muhsin Labib).
No comments:
Post a Comment