Ingin tahu apa bahan pembuat kita? Sekali lagi, sudut pandang kosmik menawarkan jawaban lebih besar daripada yang anda mungkin harapkan. Unsur2 kimia di alam semesta ditempa dalam api bintang bermassa besar yang mengakhiri hidup dengan ledakan raksasa, memperkaya galaksi dengan bahan2 kimia pembentuk kehidupan yang kita kenal. Hasilnya? Empat unsur paling lazim dan paling aktif secara kimiawi di alam semesta - hidrogen, oksigen, karbon, dan nitrogen --- adalah empat unsur kehidupan paling lazim di Bumi; karbon adalah dasar biokimia.
"Kita bukan sekedar hidup di alam semesta. Alam semesta hidup dalam diri kita".
Bahkan kita sendiri boleh jadi tak berasal dari Bumi. Beberapa jalur riset, kalau dipertimbangkan bersama-sama, telah memaksa para peneliti memikirkan kembali siapa sebenarnya kita dan dari mana kita berasal. Kita sudah melihat bahwa ketika suatu asteroid besar menabrak planet, daerah di sekelilingnya bisa melonjak karena energi tabrakan, melemparkan bebatuan ke antariksa. Dari sana, bebatuan itu bisa pergi ke -- dan mendarat di -- permukaan planet lain. Kedua, mikroorganisme bisa tangguh. Makhluk hidup ekstremofil di Bumi bisa bertahan hidup di berbagai suhu, tekanan, dan radiasi yang terjadi dalam perjalanan antariksa. Jika batu yang terlontar karena tabrakan berasal dari planet dengan kehidupan, fauna mikroskopik bisa saja terbawa di celahnya. Ketiga, bukti terbaru memberi kesan bahwa tak lama susudah pembentukan tata surya kita, Mars itu basah, dan berangkali subur, bahkan sebelum Bumi memiliki kondisi seperti itu.
Bersama-sama, temuan-temuan itu menunjukkan bahwa bisa saja kehidupan berawal di Mars dan kemudian menjadi benih kehidupan di Bumi, suatu proses yang dikenal sebagai panspermia. Jadi semua penghuni bumi mungkin saja keturunan makhluk Mars.
***
Berkali-kali selama berabad-abad, penemuan di jagat raya memperkecil citra diri kita. Bumi dulu dianggap unik dalam astronomi, sampai para ahli astronomi mengetahui bahwa Bumi hanya satu planet yang mengelilingi Matahari. Kemudian kita menganggap Matahari unik, sampai kita mengetahui ada banyak sekali bintang di langit, malah itu matahari2 juga. Kemudian kita menganggap galaksi kita, Bimasakti, adalah seluruh alam semesta, sampai kita mengetahui bahwa banyak benda samar di angkasa adalah gakaksi2 lain, bertebaran di bentang alam semesta yang bisa terlihat.
Hari ini, gampang sekali menganggap bahwa yang ada hanyalah satu alam semesta. Namun bermunculanlah teori-teori kosmologi modern, juga penegasan berkali-kali bahwa kecil sekali kemungkinan apa pun itu unik satu-satunya, yang mengharuskan kita menerima serangan terbaru terhadap anggapan kekhasan kita: Multisemesta.
Sudut pandang kosmik mengalir dari pengetahuan dasar. Namun sudut pandang kosmik bukan hanya apa yang kita ketahui, melainkan juga tentang memiliki kebijaksanan dan wawasan untuk menerapkan pengetahuan itu untuk menilai tempat kita di alam semesta. Dan ciri-cirinya jelas:
"Sudut pandang kosmik berasal dari garis depan sains, tetapi bukan hanya milik ilmuwan, melainkan milik semua orang".
"Sudut pandang kosmik bersifat rendah hati".
"Sudut pandang kosmik bersifat spritual --- bahkan dapat memerdekakan --- tapi tak religius".
"Sudut pandang kosmik memungkinkan kita mencakup yang besar dan yang kecil dalam pemikiran yang sama".
"Sudut pandang kosmik membuka akal kita untuk gagasan-gagasan luar biasa tapi tak membukanya terlalu lebar sampai otak kita tumpah ke luar, membuat kita percaya apa pun yang dikatakan".
"Sudut pandang kosmik membuka mata kita ke alam semesta, bukan sebagai buaian nyaman yang dirancang untuk memelihara kehidupan melainkan sebagai tempat yang dingin, sunyi, penuh bahaya, memaksa kita memikirkan kembali nilai semua manusia bagi sesama".
"Sudut pandang kosmik menunjukkan Bumi ibarat sebutir kelereng. Namun kelereng yang berharga dan, untuk saat ini, satu-satu rumah kita".
"Sudut pandang kosmik mendapati keindahan di gambar planet, bulan, bintang, dan nebula, juga merayakan hukum fisika yang membentuk semua itu".
"Sudut pandang kosmik memungkin kita melihat melebihi apa yang langsung di sekeliling kita, memperkenangkan kita tak hanya mengurusi pencarian makanan, tempat tinggal, dan pasangan".
"Sudut pandang kosmik mengingatkan kita bahwa di antariksa, tempat tak ada udara, bendera tak akan berkibar --- pertanda bahwa berangkali pengibaran bendera (nasionalisme) dan penjelajahan antariksa tak saling cocok".
"Sudut pandang kosmik bukan hanya menerima kekerabatan genetis kita dengan segala kehidupan di Bumi, melainkan juga kekerabatan kimia kita dengan kehidupan yang belum ditemukan di alam semesta, juga kekerabatan atomik kita dengan alam semesta itu sendiri".
***
Setidaknya seminggu sekali, kalau bukan sekali sehari, masing-masing kita bisa memikirkan kebenaran kosmik apa yang belum ditemukan, berangkali menunggu kedatangan seorang pemikir pintar, suatu percobaan cerdas, atau misi antriksa inovatif untuk penemuannya. Boleh jadi kita juga memikirkan bagaimana penemuan-penemuan itu bisa mengubah kehidupan di Bumi kelak.
Tanpa rasa ingin tahu seperti itu, kita ibarat petani yang menyatakan tak perlu pergi jauh, karena bentang sawahnya sudah cukup untuk memenuhi semua kebutuhannya. Namun jika semua pendahulu kita merasa seperti itu, si petani akan masih akan menjadi penghuni gua, yang mengejar-mengejar makan malamnya dengan tongkat dan batu.
Selama hidup kita yang singkat di planet Bumi, kita punya utang kesempatan menjelajah kepada diri sendiri dan keterunan kita --- sebagian karena itu asyik untuk dilakukan. Namun ada alasan yang lebih mulia. Pada hari ini ketika pengetahuan kita mengenai jagat raya berhenti berkembang, kita beresiko mundur ke pandangan kekanak-kanakan bahwa alam semesta berputar (secara harfiah dan kiasan) di sekeliling kita. Dalam dunia suram itu, negara dan bangsa bersenjata dan haus sumber daya bisa saja bertindak berdasarkan "prasangka rendah". Itu akan menjadi batas akhir pencerahan manusia --- sampai terjadi kebangkitan suatu budaya baru revolusioner yang dapat kembali menerima, bukan takut pada, sudut pandang kosmik.
Neil deGrasse Tyson
AOS
No comments:
Post a Comment