"Satu per setriliun detik sudah berlalu sejak permulaan". --NDT
Tapi apa yang terjadi sebelum itu?
Para ahli astrofisika belum tahu: kita belum memiliki, dalam istilah Neil Tyson, dasar sains eksperimental.
Bagi orang beragama, dengan keyakinannya, pastilah sesuatu adalah awal dari semuanya: suatu kekuatan yang lebih besar dari segalanya, yang merupakan sumber segala hal. Kausa Prima. Tentu yang dimaksud adalah TUHAN.
Tapi apa jadinya jika alam semesta selalu ada: Multiverse - yang terur menerus melahirkan alam semesta (teori terbaru: alam semesta kita adalah cabang dari alam semesta sebelumnya [bercabang2. Gelumbung]). Atau bagaimana jika alam semesta kita muncul begitu saja dari ketiadaan. Atau semua itu hanyalah simulasi computer yang dibuat oleh makhluk lain yang supercerdas di sebuah titik di alam semesta kita atau mungkin di Multiverse.
Meski begitu, mengutip Neil Tyson, gagasan-gagasan itu mengingatkan kita bahwa ketidaktahuan adalah keadaan pemikiran normal seseorang (ilmuwan peneliti). "Orang yang percaya dirinya tahu segalanya berarti belum mencari atau menemukan batas antara apa yang diketahui dan tak diketahui di alam semesta", tandasnya.
Yang kita ketahui bahwa alam semesta punya awal. Permulaan. Dan terus berkembang dengan cepat keseluruh penjuru. Sampai sekarang.
Kata Tyson, tiap atom ditubuh kita bisa dilacak riwayatnya sampai Ledakan Besar dan tungku-tungku termonuklir dalam bintang bermassa besar yang meledak lebih dari lima miliar tahun lalu. Karena itu, sejatinya, kita adalah debu bintang yang menjadi hidup yang diberdayakan oleh alam semesta untuk mengerti.
AOS
No comments:
Post a Comment