Thursday, May 31, 2012

Delusinasi


Delusi ialah keyakinan salah yang dipercaya oleh seseorang meski berbagai bukti relevan berbicara sebaliknya. Orang yang percaya terhadap keyakinan yang salah tersebut berarti mengalami delusinasi. Delusinasi tidak ada kaitannya dengan adanya jaringan syaraf otak seseorang yang mengalami kerusakan. Seorang yang mengalami delusinasi sangat yakin pada kepercayaannya itu sampai-sampai hal yang diyakini dan dipercayainya itu tidak dapat diganggu-gugat terlebih diubah sekalipun bukti-bukti fisik yang berdasar pada sains telah memberikan penjelasan yang bertolak belakang dengan keyakinan dan kepercayaannya.

Beberapa contoh delusinasi:

1. Seseorang yang mempercayai bahwa bumi adalah pusat tata surya, padahal kenyataannya matahari adalah pusat tata surya.

2. Seseorang yang tidak percaya bahwa bentuk bumi bulat dan menganggap bahwa bumi datar sehingga di ujung cakrawala terdapat jurang.

3. Seseorang yang mempercayai bahwa surga terletak di langit/awan dan neraka di bawah bumi.

4. Seseorang yang mempercayai adanya malaikat-malaikat yang melindungi kehidupannya.

5. Seseorang yang mempercayai bahwa dirinya adalah “titisan ilahi” yang diutus ke dunia ini untuk membawa manusia bertobat.

6. Seseorang yang mempercayai bahwa Tuhan telah berbicara kepadanya mengenai kapan tepatnya dunia akan kiamat.

Seseorang yang mengalami delusinasi tidak lagi memperhitungkan dan mempertimbangkan akal sehat melainkan hanya mendasarkan berbagai keyakinannya pada emosinya. Orang yang bersangkutan tidak mau menguji dan menguji keyakinannya karena bagi dia keyakinannya sudah mutlak benar. Ia tidak melandaskan keyakinan yang dimilikinya pada bukti-bukti fisik yang didukung oleh kajian saintifik melainkan pada “perasaan”, asumsi, penglihatan, atau bahkan pewahyuan yang dianggapnya telah diterima langsung dari yang ilahi. Tidak jarang juga orang mendasarkan keyakinan (-keyakinan) yang dimilikinya pada anekdot-anekdot atau cerita-cerita lama tanpa mempedulikan bukti-bukti terkini yang didukung oleh berbagai penjelasan saintifik masa kini.

Hal yang harus ditekankan dan diingat, delusi sama sekali tidak ada kaitannya dengan gangguan atau kerusakan jaringan syaraf otak yang dialami seseorang. Artinya, delusinasi sangat mungkin dialami oleh orang-orang yang tergolong sehat secara fisik dan memiliki pengetahuan serta tingkat akademis yang cukup tinggi. Namun, orang yang mengalami delusinasi sangat yakin jika keyakinan yang dimilikinya sebagai suatu kebenaran yang mutlak sehingga ia mengacuhkan bukti-bukti fisik yang ditunjang oleh saintifik walaupun bukti-bukti fisik itu mengajukan sesuatu yang berbeda dari keyakinannya.

Seorang yang mengalami delusinasi enggan mempertimbangkan berbagai hal yang berbeda dari keyakinannya terlebih menguji keyakinannya itu kemudian mengubahnya jika salah. Oleh karena itulah orang yang bersangkutan disebut (telah) mengalami delusinasi.

(Andy Milly)

1 comment: