Yang pertama adalah pandangan benar.
Buddha berkata: Lihatlah sesuatunya tanpa pendapat apa pun, jika tidak, engkau tidak pernah melihat kenyataan. Lihatlah sesuatunya tanpa filsafat apa pun, tanpa prasangka apa pun, tanpa dogma, kepercayaan, kitab suci apa pun. Lihatlah saja. Lihatlah sesuatunya sebagaimana adanya. Jadilah nyata/berdasarkan fakta; jangan menciptakan khayalan/fiksi. Jika engkau sedang mencari sesuatu dengan prasangka, engkau akan menemukannya - itulah masalahnya. Jika engkau sudah penuh dengan satu kepercayaan engkau akan menemukannya karena pikiran itu begitu kreatif, begitu imajinatif, sehingga ia mampu melakukan auto-hipnosis, bahwa apa pun yang ia percayai dapat ia ciptakan. Buddha berkata: Pergilah ke kenyataan tanpa kepercayaan (belief) apa pun. Kepercayaan adalah penghalangnya.
Engkau pasti sudah pernah mengamatinya.
Jika engkau terlahir sebagai orang Hindu - itu berarti jika engkau dikondisikan dari masa kecilmu oleh umat Hindu - itu berarti engkau adalah korban agama Hindu. Dan hal yang sama berlaku untuk orang-orang Islam dan Kristen, Yahudi, Jaina, komunis: keseluruhan umat manusia adalah korban dari aliran ini atau itu, dari prasangka ini atau itu, dari kepercayaan ini atau itu. Jika engkau terlahir sebagai seorang Hindu, telah dikondisikan dalam dogma-dogma tertentu, dan engkau mulai bermeditasi, engkau akan mulai mendapat penglihatan dari Krishna, Rama - itu tergantung pada apa yang telah diajarkan kepadamu, yang telah dipaksakan dan dipahat di dalam pikiranmu - tetapi Kristus tidak akan pernah datang kepadamu. Kristus datang kepada seorang umat Kristen, Buddha datang kepada seorang umat Buddha, Mahavira datang kepada seorang umat Jaina. Bagi seorang Jaina, Muhamad tidak pernah bisa datang; itu tidak mungkin. Bahkan untuk memahami ide itu tidak mungkin. Bahkan dalam mimpi, Muhamad tidak akan datang kepada umat Jaina. Apakah yang terjadi? Apakah para Buddha ini, Mahavira, Kristus, benar-benar datang? atau apakah kepercayaanmu sendiri yang menciptakannya?
Kepercayaanmu sendirilah yang menciptakannya.
Bagi seorang komunis, tidak ada seorang pun yang datang. Kepercayaannya adalah bahwa semua agama adalah omong kosong, candu bagi rakyat, racun berbahaya yang harus dibuang secepat mungkin - maka tidak ada seorang pun yang datang. Itu tergantung padamu. Jika engkau memiliki kepercayaan, kepercayaan itu sendiri menjadi satu mimpi; dan jika engkau sangat, sangat sensitif, menerima, mimpi itu bisa terlihat lebih nyata daripada kenyataan. Bahkan, ini terjadi setiap hari, bahkan pada orang-orang yang tidak religius. Engkau bermimpi di malam hari dan ketika engkau bermimpi, mimpi itu terlihat begitu nyata. Engkau telah bermimpi selama seluruh hidupmu dan setiap pagi engkau membatalkannya sebagai tidak nyata. Tetapi sekali lagi, malam berikutnya engkau bermimpi, dan dalam mimpi itu sekali lagi tampaknya nyata.
Kekuatan mental atas mimpi hidup berdasarkan keyakinan. Jika engkau memiliki kepercayaan yang kuat maka kekuatan mental atas mimpi akan bergabung dengan kepercayaan, menuangkan energinya ke dalam kepercayaan, membuat yang dipercaya menjadi kenyataan, dan engkau mulai memiliki penglihatan. Buddha tidak mendukung penglihatan apa pun - karena ia mengatakan: "Apa yang ada, tidak membutuhkan penglihatan. Ia hanya membutuhkan kejelasan untuk dilihat." Pikiranmu tidak perlu bermimpi, mimpi-mimpi besar dari para orang suci, surga dan neraka; ini semua adalah ciptaanmu sendiri.
Pandangan benar adalah: tidak memiliki prasangka, tidak memiliki kepercayaan, tidak memiliki pendapat apa pun. Sulit ... Jalan Buddha itu sulit; dia menuntut terlalu banyak. Tampaknya hampir menjadi prestasi manusia super. Tetapi itu mungkin - dan itulah satu-satunya jalan menuju kebenaran.
Jika engkau memiliki pendapat apa pun, engkau akan memaksakan pendapatmu tentang kebenaran. Engkau melakukannya setiap hari. Jika engkau datang kepadaku dengan pendapat bahwa pria ini baik, engkau akan yakin bahwa pria ini baik; jika engkau datang dengan pendapat bahwa pria ini buruk. Engkau akan yakin bahwa pria ini buruk. Keyakinanmu akan selalu menemukan apa yang ingin ditemukannya. Kepercayaan itu sangat selektif....
Itu tergantung pada bagaimana engkau melihat sesuatunya. Engkau dapat melihat hal yang sama, dan engkau mungkin tidak sedang melihat hal yang sama. Jika engkau sedang mendengarkan aku dalam kepercayaan, engkau mendengarkan secara berbeda. Jika engkau mendengarkan aku dengan tidak percaya, engkau mendengarkan aku secara berbeda.
Jika engkau mendengarkan sebagai seorang murid, engkau mendengarkan secara berbeda. Jika engkau mendengarkan hanya sebagai orang luar, pengunjung – hanya sambil lalu, engkau telah datang dengan seorang teman - engkau mendengarkan secara berbeda. Apa yang aku katakan adalah sama, tetapi bagaimana engkau menafsirkannya akan tergantung padamu.
Mendengarkan yang benar adalah bahwa engkau mendengarkan tidak sebagai siapa pun: tidak mendukung atau melawan, tanpa prasangka - hanya mendengarkan. Jika engkau dapat melihat sesuatunya tanpa gagasan apa pun di dalam pikiran, maka Buddha mengatakan itu adalah pandangan benar.
Pandangan benar tidak membutuhkan konsep. Itulah mengapa Buddha berkata: Jangan bertanya padaku pertanyaan teoretis apa pun. Dia tidak mengatakan apa pun tentang Tuhan - bukan berarti bahwa Tuhan tidak ada. Dia tidak mengatakan apa-apa tentang hal itu karena tidak ada gunanya untuk membuat teori.
Dia mencoba membuka matamu untuk hal itu. Dia mengatakan: Untuk mengetahui kebenaran, engkau membutuhkan mata - sama seperti engkau tidak bisa mengajari seorang lelaki buta seperti apakah cahaya itu, bagaimana pun engkau mencobanya. Engkau tidak bisa mengajarkan orang buta apa pun tentang cahaya. Tentu saja, engkau dapat mengajar sebanyak yang engkau mau dan ia dapat mempelajari semua informasi yang engkau berikan kepadanya, tetapi tetap saja, dalam kenyataannya, ia tidak akan dapat memahami apakah cahaya itu. Dia tidak bisa menerimanya.
Suatu kali itu terjadi:
Seorang pria buta dibawa kepada Buddha. Buddha sedang melewati desa, dan penduduk desa sudah lelah dengan orang buta itu karena dia sangat logis dan sangat filosofis. Ia begitu penuh argumen sehingga ia biasa membuktikan bahwa cahaya itu tidak ada ... Ia akan berkata, "Engkau hanya perlu membawanya, aku ingin menyentuhnya”; atau “Engkau membawanya sehingga aku bisa mencicipinya”; atau “Engkau membawanya, setidaknya biarkan aku membauinya”; atau “Engkau membawanya dan memukulnya seperti drum sehingga aku bisa mendengarnya."
Tentu saja, engkau tidak bisa memukul cahaya seperti drum, dan engkau tidak bisa mencicipinya, dan engkau tidak dapat membauinya, dan engkau tidak dapat menyentuhnya. Orang buta itu akan tertawa, tertawa dengan kemenangan, dan dia akan berkata, "Engkau bodoh! Engkau mencoba membuktikan sesuatu kepadaku yang tidak ada. Aku punya empat indra. Buktikanlah itu! Aku siap, aku terbuka."
Mereka tidak dapat membuktikannya, sehingga orang buta itu mulai berpikir bahwa mereka hanya mencoba untuk menipunya tentang cahaya ini: "Seluruh urusannya hanyalah satu penipuan, kecurangan. Bahkan, mereka ingin membuktikan bahwa aku buta. Mereka menghinaku. Aku tidak buta, karena cahaya tidak ada. Jadi apa gunanya? Jika cahaya tidak ada, mata tidak perlu ada. Mata hanyalah sebuah khayalan."
Dia akan berkata, "Engkau semua buta, tetapi engkau bermimpi tentang sesuatu yang tidak ada."
Mereka membawa pria itu kepada Buddha, dan Buddha berkata, "Jangan bawa dia kepadaku. Aku kenal seorang dokter - karena dia tidak membutuhkan keyakinan, dia membutuhkan penglihatan cahaya. Dia butuh mata. Ia membutuhkan perawatan, ia tidak membutuhkan teori tentang hal itu. Tapi aku kenal seorang dokter." Buddha memiliki seorang dokter yang cakap dan sangat terpelajar. Dia diberikan kepadanya oleh seorang raja, untuk menjaga tubuh Buddha. Orang buta itu dibawa ke dokter.
Dia mengobatinya, dan dalam enam bulan dia bisa melihat.
Pada saat itu Buddha telah pindah ke kota lain. Pria itu datang berlari dan menari; dia sangat gembira. Dia jatuh di kaki Buddha dan dia berkata, "Engkau telah meyakinkan aku."
Buddha berkata, "Jangan bicara omong kosong. Aku belum melakukan apa pun. Matamu telah meyakinkanmu, dan tidak ada cara lain."
Buddha pernah berkata: Aku bukan seorang filsuf, aku seorang dokter. Aku ingin mengobati mata batinmu, dan langkah pertama adalah pandangan benar. 'Pandangan benar' sesungguhnya berarti: pikiran tanpa pandangan. Jika engkau memiliki pandangan apa pun, itu adalah pandangan yang salah. Jika engkau tidak memiliki pandangan apa pun, maka engkau hanya terbuka, jernih. Maka jendelamu benar-benar terbuka, engkau tidak memiliki halangan apa pun; apa pun yang tersedia, engkau akan dapat melihatnya. Buddha tidak pernah mengatakan apa pun tentang apa yang akan engkau lihat; dia hanya berbicara tentang bagaimana mengobati kebutaanmu, bagaimana caranya keluar dari kebutaanmu.
Anak Mulla Nasrudin, yang mempelajari ilmu politik, bertanya kepada ayahnya, "Ayah, apakah seorang pengkhianat dalam politik?"
"Setiap orang yang meninggalkan partai kita," kata Mulla, "dan pergi ke partai yang lain, adalah pengkhianat."
"Nah, bagaimana dengan pria yang meninggalkan partainya dan menyebrang ke partaimu?" tanya pria muda itu.
"Dia akan menjadi mualaf/petobat, Nak," kata Nasrudin, "seorang petobat sejati."
Sekarang, ketika seseorang pergi dari partaimu ke partai lain, ia adalah seorang pengkhianat, dan ketika seseorang datang dari partai lain ke partaimu, ia adalah seorang petobat. Ketika seorang Hindu menjadi seorang Kristen, bagi orang Hindu dia adalah seorang pengkhianat, bagi orang Kristen dia adalah seorang petobat; dan ketika seorang Kristen menjadi seorang Hindu, mereka menyambutnya: pemahamannya kembali, dia telah menyadari apakah kebenaran itu. Tetapi bagi orang Kristen, dia adalah pengkhianat.
Jika engkau hidup dengan pandangan, engkau tidak dapat melihat kebenaran dari apa pun juga. Pandanganmu selalu datang sebagai penghalang. Ia menghalangi, ia memutarbalikkan, ia tidak membiarkanmu untuk melihat sesuatunya sebagaimana adanya. Dan Tuhan adalah itu yang ada. Untuk mengetahui yang sebenarnya engkau tidak perlu memiliki pandangan. Bahkan, jika engkau benar-benar ingin mengetahui yang sebenarnya, engkau harus menjatuhkan pandangan. Itu adalah penolakan pertama yang diajarkan Buddha: Jatuhkan semua pandangan, dan pandangan benar akan muncul. Semua pandangan adalah pandangan salah. Hindu, Kristen, Buddhis: semua pandangan adalah pandangan salah.
Seorang manusia tanpa pandangan, seorang manusia tanpa opini, seorang manusia dengan tanpa satu pikiran pun untuk melekat, seorang manusia yang hanya cermin, mencerminkan kenyataan.
Seorang wanita mendengar pengkhotbah membaca sepuluh perintah Allah, dan setelah setiap perintah dia bergabung dengan seluruh hadirin untuk berteriak, "Amin!" Ketika pengkhotbah sampai pada perintah: Jangan berzinah, dia berkata, "Sekarang dia mulai ikut campur."
Sesuatu tampaknya benar sampai ia tidak sesuai denganmu - seolah-olah engkau adalah batu ujian kebenaran, seolah-olah engkau adalah kriteria kebenaran. Di saat hal itu tidak sesuai denganmu maka hal itu salah. Ini adalah pendekatan yang salah, dan jika engkau memiliki pendekatan ini, engkau tidak akan pernah sampai pada apa yang nyata. Jika sesuatu yang tidak sesuai denganmu, jangan terburu-buru dalam menyelesaikan masalahnya - bahwa hal itu pasti salah karena tidak sesuai denganmu. Hal itu tidak perlu sesuai denganmu. Tuhan tidak memiliki kewajiban untuk menyesuaikan diri denganmu. Kenyataan tidak memiliki kewajiban untuk menyesuaikan denganmu. Jika itu tidak sesuai denganmu, maka orang yang memiliki pemahaman benar akan mengubah dirinya sendiri daripada menyangkal kenyataan.
Jadi kapan pun itu menyakitkan, kapan pun kenyataan menyakitkan, dan kapan pun engkau merasa bahwa engkau tidak sesuai, itu adalah engkau yang tidak sesuai, bukan kenyataan. Dan seseorang yang tidak memiliki pandangan tidak akan pernah menemukan bahwa ada konflik antara dia dan kenyataan. Dia akan selalu sesuai dengan kenyataan dan kenyataan yang akan sesuai dengannya - seperti sarung tangan yang pas di tangan.
Inilah pandangan benar.
OSHO ~ The Discipline of Transcendental, Vol 4, Chpt 1
---
The first is right view.
Buddha says: Look at things without any opinion, otherwise you never look at reality. Look at things without any philosophy, without any prejudice, without any dogma, creed, scripture. Just look. Look at things as they are. Be factual; don't create a fiction. If you are looking for something with a prejudice, you will find it - that is the trouble. If you are already full of a belief you will find it because the mind is so creative, so imaginative, so capable of auto-hypnosis, that whatsoever it believes it can create. Buddha says: Go to reality without any belief. Belief is the barrier.
You must have watched it.
If you are born a Hindu - that means if you are being conditioned from your childhood by Hindus - that means you are a victim of Hinduism. And the same applies to Mohammedans and Christians, Jews, Jains, communists: the whole humanity is a victim of this school or that, of this prejudice or that, of this belief or that. If you are born a Hindu, have been conditioned in certain dogmas, and you start meditating, you will start seeing visions of Krishna, Rama - it depends on what you have been taught, who has been enforced and engraved in your mind - but Christ will never come to you. Christ comes to a Christian, Buddha comes to a Buddhist, Mahavira comes to a Jaina. To a Jaina, Mohammed can never come; it is impossible. Even to conceive the idea is impossible. Even in a dream, Mohammed will not come to a Jaina. What is happening? Are these Buddhas, Mahaviras, Christs, really coming? or is your own belief creating them?
Your own belief is creating them.
To a communist, nobody comes. His belief is that all religion is nonsense, an opium for the people, a dangerous poison to be got rid of as soon as possible - then nobody comes. It depends on you. If you have a belief, that very belief becomes a dream; and if you are very, very sensitive, receptive, that dream can look more real than the reality. In fact, this happens every day, even in non- religious people. You dream in the night and when you dream the dream looks so real. You have dreamed your whole life and every morning you cancel it as unreal. But again, next night you dream, and in the dream again it seems real.
The dreaming faculty lives on belief. If you have a strong belief then the dreaming faculty joins with the belief, pours its energy into the belief, makes the belief a reality, and you start having visions. Buddha is not in favor of any visions - because he says: "That which is, needs no visions. It needs simply clarity to see." Your mind need not have any dreams, great dreams of great saints, heaven and hell; these are all your creations.
Right view is: having no prejudice, having no belief, having no opinion whatsoever. Difficult... Buddha's path is arduous; he demands too much. It almost seems to be a superhuman feat. But it is possible - and that is the only way towards truth.
If you have any opinion you will impose your opinion on the truth. You do it every day. If you come to me with the opinion that this man is good, you will go convinced that this man is good; if you come with the opinion that this man is bad. you will go convinced that this man is bad. Your belief will always find that which it wants to find. Belief is very selective.
It depends on how you look at things. You can look at the same thing, and you may not be seeing the same thing. If you are listening to me in trust, you listen differently. If you are listening to me with disbelief, you listen to me differently.
If you are listening as a disciple, you listen differently. If you are listening just as an outsider, a visitor - just by the way, you have come with a friend - you listen differently. What I say is the same, but how you interpret it will depend on you.
Right listening will be that you listen as nobody: neither for nor against, with no prejudice - just listening. If you can see things without any idea in the mind, then Buddha says it is right view.
Right view needs no conceptualization. That's why Buddha says: Don't ask me any theoretical question. He does not say anything about God - not that God is not. He does not say anything about it because it is pointless to create a theory.
He tries to open your eyes to it. He says: To know the truth, you need eyes - just as you cannot teach a blind man what light is like, howsoever you try. You cannot teach a blind man anything about the light. Of course, you can teach as much as you want and he may learn all the information that you deliver to him, but still, in reality, he will not be able to conceive what light is. He cannot conceive.
It happened:
A blind man was brought to Buddha. He was passing through the village, and the people of the village were tired of the blind man because he was very logical and very philosophical. He was so argumentative that he used to prove that the light exists not..He would say, "You just bring it, I would like to touch it"; or "You bring it so I can taste it"; or "You bring it, at least let me smell it"; or "You bring it and beat it like a drum so I can hear it."
Of course, you cannot beat light like a drum, and you cannot taste it, and you cannot smell it, and you cannot touch The blind man would laugh, laugh with victory, and he would say, "You fools! You are trying to prove something to me which is not. I have got four senses. Prove it! I am ready, I am open."
They could not prove it, so the blind man started thinking that they were just trying to befool him about this light: "The whole business is just a deception, a fraud. In fact, they want to prove that I am blind. They are insulting me. I am not blind, because light exists not. So what is the point? If light exists not, eyes need not be there. Eves are just a fiction." He would say, "You are all blind, but you are dreaming about something that exists not."
They brought the man to Buddha, and Buddha said, "Don't bring him to me. I know a physician - because he needs no conviction, he needs a vision of light.
He needs eyes. He needs treatment, he needs no theory about it. But I know a physician. " Buddha had a beautiful, very learned physician. He was given to him by an emperor, to look after Buddha's body. The blind man was taken to the physician.
He treated him, and within six months he was able to see.
By that time Buddha had moved to another town. The man came running and dancing; he was ecstatic. He fell at Buddha's feet and he said, "You have convinced me."
Buddha said, "Don't talk nonsense. I have not done anything. Your eyes have convinced you, and there is no other way."
Buddha used to say: I am not a philosopher, I am a physician. I would like to treat your inner eyes, and the first step is right view. 'Right view' really means: a mind without views. If you have any view, it is wrong view. If you don't have any view, then you are simply open, clear. Then your window is completely open, you don't have any hindrance; whatsoever is available you will be able to see. Buddha never says anything about that which you will see; he only talks about how to treat your blindness, how to get out of your blindness.
Mulla Nasrudin's son, studying political science, asked his father, "Dad, what is a traitor in politics?"
"Any man who leaves our party," said the Mulla, "and goes over to the other one, is a traitor."
"Well, what about a man who leaves his party and comes over to yours?" asked the young man.
"He would be a convert, son," said Nasrudin, "a real convert."
Now, when somebody goes from your party to another party he is a traitor, and when somebody comes from the other party to yours he is a convert. When a Hindu becomes a Christian, to Hindus he is a traitor, to Christians he is a convert; and when a Christian becomes a Hindu, they welcome him: his understanding is back, he has realized what truth is. But to Christians, he is a traitor.
If you live with views you cannot see the truth of anything. Your view always comes as a barrier. It obstructs, it distorts, it does not allow you to see things as they are. And God is that which is. To know the real you need not have any views. In fact, if you really want to know the real, you have to drop views. That is the first renunciation Buddha teaches: Drop all views, and right view will arise. All views are wrong views. The Hindu, the Christian, the Buddhist: all views are wrong views.
A man without views, a man without opinion, a man with not a thought to cling to, a man who is just a mirror, reflects reality.
The woman heard the preacher go through the commandments, and after every commandment she joined the rest of the audience in shouting, "Amen!"
Where he came to the commandment: Thou shalt not commit adultery, she said, "Now he is beginning to meddle."
Something looks absolutely right until it doesn't fit with you - as if you are the touchstone of truth, as if you are the criterion of truth. The moment it is not fitting with you it is wrong. This is a wrong approach, and if you have this approach you will never arrive to that which is real. If something is not fitting with you, then don't be in a hurry to settle the matter - that it must be wrong because it doesn't fit with you. It need not fit with you.
God has no obligation to fit with you. Reality has no obligation to fit with you. If it is not fitting with you, then a man of right understanding will change himself rather than deny the reality.
So whenever it hurts, whenever reality hurts, and whenever you feel that you are unfit, it is you who are unfit, not the reality. And a man who has no views will never find that there is any conflict between him and the reality. He will always fit with the reality and reality will fit with him - just like a glove fits on the hand.
This is right view.
OSHO ~ The Discipline of Transcendental, Vol 4, Chpt 1
Sumber: OSHO FB
Buddha berkata: Lihatlah sesuatunya tanpa pendapat apa pun, jika tidak, engkau tidak pernah melihat kenyataan. Lihatlah sesuatunya tanpa filsafat apa pun, tanpa prasangka apa pun, tanpa dogma, kepercayaan, kitab suci apa pun. Lihatlah saja. Lihatlah sesuatunya sebagaimana adanya. Jadilah nyata/berdasarkan fakta; jangan menciptakan khayalan/fiksi. Jika engkau sedang mencari sesuatu dengan prasangka, engkau akan menemukannya - itulah masalahnya. Jika engkau sudah penuh dengan satu kepercayaan engkau akan menemukannya karena pikiran itu begitu kreatif, begitu imajinatif, sehingga ia mampu melakukan auto-hipnosis, bahwa apa pun yang ia percayai dapat ia ciptakan. Buddha berkata: Pergilah ke kenyataan tanpa kepercayaan (belief) apa pun. Kepercayaan adalah penghalangnya.
Engkau pasti sudah pernah mengamatinya.
Jika engkau terlahir sebagai orang Hindu - itu berarti jika engkau dikondisikan dari masa kecilmu oleh umat Hindu - itu berarti engkau adalah korban agama Hindu. Dan hal yang sama berlaku untuk orang-orang Islam dan Kristen, Yahudi, Jaina, komunis: keseluruhan umat manusia adalah korban dari aliran ini atau itu, dari prasangka ini atau itu, dari kepercayaan ini atau itu. Jika engkau terlahir sebagai seorang Hindu, telah dikondisikan dalam dogma-dogma tertentu, dan engkau mulai bermeditasi, engkau akan mulai mendapat penglihatan dari Krishna, Rama - itu tergantung pada apa yang telah diajarkan kepadamu, yang telah dipaksakan dan dipahat di dalam pikiranmu - tetapi Kristus tidak akan pernah datang kepadamu. Kristus datang kepada seorang umat Kristen, Buddha datang kepada seorang umat Buddha, Mahavira datang kepada seorang umat Jaina. Bagi seorang Jaina, Muhamad tidak pernah bisa datang; itu tidak mungkin. Bahkan untuk memahami ide itu tidak mungkin. Bahkan dalam mimpi, Muhamad tidak akan datang kepada umat Jaina. Apakah yang terjadi? Apakah para Buddha ini, Mahavira, Kristus, benar-benar datang? atau apakah kepercayaanmu sendiri yang menciptakannya?
Kepercayaanmu sendirilah yang menciptakannya.
Bagi seorang komunis, tidak ada seorang pun yang datang. Kepercayaannya adalah bahwa semua agama adalah omong kosong, candu bagi rakyat, racun berbahaya yang harus dibuang secepat mungkin - maka tidak ada seorang pun yang datang. Itu tergantung padamu. Jika engkau memiliki kepercayaan, kepercayaan itu sendiri menjadi satu mimpi; dan jika engkau sangat, sangat sensitif, menerima, mimpi itu bisa terlihat lebih nyata daripada kenyataan. Bahkan, ini terjadi setiap hari, bahkan pada orang-orang yang tidak religius. Engkau bermimpi di malam hari dan ketika engkau bermimpi, mimpi itu terlihat begitu nyata. Engkau telah bermimpi selama seluruh hidupmu dan setiap pagi engkau membatalkannya sebagai tidak nyata. Tetapi sekali lagi, malam berikutnya engkau bermimpi, dan dalam mimpi itu sekali lagi tampaknya nyata.
Kekuatan mental atas mimpi hidup berdasarkan keyakinan. Jika engkau memiliki kepercayaan yang kuat maka kekuatan mental atas mimpi akan bergabung dengan kepercayaan, menuangkan energinya ke dalam kepercayaan, membuat yang dipercaya menjadi kenyataan, dan engkau mulai memiliki penglihatan. Buddha tidak mendukung penglihatan apa pun - karena ia mengatakan: "Apa yang ada, tidak membutuhkan penglihatan. Ia hanya membutuhkan kejelasan untuk dilihat." Pikiranmu tidak perlu bermimpi, mimpi-mimpi besar dari para orang suci, surga dan neraka; ini semua adalah ciptaanmu sendiri.
Pandangan benar adalah: tidak memiliki prasangka, tidak memiliki kepercayaan, tidak memiliki pendapat apa pun. Sulit ... Jalan Buddha itu sulit; dia menuntut terlalu banyak. Tampaknya hampir menjadi prestasi manusia super. Tetapi itu mungkin - dan itulah satu-satunya jalan menuju kebenaran.
Jika engkau memiliki pendapat apa pun, engkau akan memaksakan pendapatmu tentang kebenaran. Engkau melakukannya setiap hari. Jika engkau datang kepadaku dengan pendapat bahwa pria ini baik, engkau akan yakin bahwa pria ini baik; jika engkau datang dengan pendapat bahwa pria ini buruk. Engkau akan yakin bahwa pria ini buruk. Keyakinanmu akan selalu menemukan apa yang ingin ditemukannya. Kepercayaan itu sangat selektif....
Itu tergantung pada bagaimana engkau melihat sesuatunya. Engkau dapat melihat hal yang sama, dan engkau mungkin tidak sedang melihat hal yang sama. Jika engkau sedang mendengarkan aku dalam kepercayaan, engkau mendengarkan secara berbeda. Jika engkau mendengarkan aku dengan tidak percaya, engkau mendengarkan aku secara berbeda.
Jika engkau mendengarkan sebagai seorang murid, engkau mendengarkan secara berbeda. Jika engkau mendengarkan hanya sebagai orang luar, pengunjung – hanya sambil lalu, engkau telah datang dengan seorang teman - engkau mendengarkan secara berbeda. Apa yang aku katakan adalah sama, tetapi bagaimana engkau menafsirkannya akan tergantung padamu.
Mendengarkan yang benar adalah bahwa engkau mendengarkan tidak sebagai siapa pun: tidak mendukung atau melawan, tanpa prasangka - hanya mendengarkan. Jika engkau dapat melihat sesuatunya tanpa gagasan apa pun di dalam pikiran, maka Buddha mengatakan itu adalah pandangan benar.
Pandangan benar tidak membutuhkan konsep. Itulah mengapa Buddha berkata: Jangan bertanya padaku pertanyaan teoretis apa pun. Dia tidak mengatakan apa pun tentang Tuhan - bukan berarti bahwa Tuhan tidak ada. Dia tidak mengatakan apa-apa tentang hal itu karena tidak ada gunanya untuk membuat teori.
Dia mencoba membuka matamu untuk hal itu. Dia mengatakan: Untuk mengetahui kebenaran, engkau membutuhkan mata - sama seperti engkau tidak bisa mengajari seorang lelaki buta seperti apakah cahaya itu, bagaimana pun engkau mencobanya. Engkau tidak bisa mengajarkan orang buta apa pun tentang cahaya. Tentu saja, engkau dapat mengajar sebanyak yang engkau mau dan ia dapat mempelajari semua informasi yang engkau berikan kepadanya, tetapi tetap saja, dalam kenyataannya, ia tidak akan dapat memahami apakah cahaya itu. Dia tidak bisa menerimanya.
Suatu kali itu terjadi:
Seorang pria buta dibawa kepada Buddha. Buddha sedang melewati desa, dan penduduk desa sudah lelah dengan orang buta itu karena dia sangat logis dan sangat filosofis. Ia begitu penuh argumen sehingga ia biasa membuktikan bahwa cahaya itu tidak ada ... Ia akan berkata, "Engkau hanya perlu membawanya, aku ingin menyentuhnya”; atau “Engkau membawanya sehingga aku bisa mencicipinya”; atau “Engkau membawanya, setidaknya biarkan aku membauinya”; atau “Engkau membawanya dan memukulnya seperti drum sehingga aku bisa mendengarnya."
Tentu saja, engkau tidak bisa memukul cahaya seperti drum, dan engkau tidak bisa mencicipinya, dan engkau tidak dapat membauinya, dan engkau tidak dapat menyentuhnya. Orang buta itu akan tertawa, tertawa dengan kemenangan, dan dia akan berkata, "Engkau bodoh! Engkau mencoba membuktikan sesuatu kepadaku yang tidak ada. Aku punya empat indra. Buktikanlah itu! Aku siap, aku terbuka."
Mereka tidak dapat membuktikannya, sehingga orang buta itu mulai berpikir bahwa mereka hanya mencoba untuk menipunya tentang cahaya ini: "Seluruh urusannya hanyalah satu penipuan, kecurangan. Bahkan, mereka ingin membuktikan bahwa aku buta. Mereka menghinaku. Aku tidak buta, karena cahaya tidak ada. Jadi apa gunanya? Jika cahaya tidak ada, mata tidak perlu ada. Mata hanyalah sebuah khayalan."
Dia akan berkata, "Engkau semua buta, tetapi engkau bermimpi tentang sesuatu yang tidak ada."
Mereka membawa pria itu kepada Buddha, dan Buddha berkata, "Jangan bawa dia kepadaku. Aku kenal seorang dokter - karena dia tidak membutuhkan keyakinan, dia membutuhkan penglihatan cahaya. Dia butuh mata. Ia membutuhkan perawatan, ia tidak membutuhkan teori tentang hal itu. Tapi aku kenal seorang dokter." Buddha memiliki seorang dokter yang cakap dan sangat terpelajar. Dia diberikan kepadanya oleh seorang raja, untuk menjaga tubuh Buddha. Orang buta itu dibawa ke dokter.
Dia mengobatinya, dan dalam enam bulan dia bisa melihat.
Pada saat itu Buddha telah pindah ke kota lain. Pria itu datang berlari dan menari; dia sangat gembira. Dia jatuh di kaki Buddha dan dia berkata, "Engkau telah meyakinkan aku."
Buddha berkata, "Jangan bicara omong kosong. Aku belum melakukan apa pun. Matamu telah meyakinkanmu, dan tidak ada cara lain."
Buddha pernah berkata: Aku bukan seorang filsuf, aku seorang dokter. Aku ingin mengobati mata batinmu, dan langkah pertama adalah pandangan benar. 'Pandangan benar' sesungguhnya berarti: pikiran tanpa pandangan. Jika engkau memiliki pandangan apa pun, itu adalah pandangan yang salah. Jika engkau tidak memiliki pandangan apa pun, maka engkau hanya terbuka, jernih. Maka jendelamu benar-benar terbuka, engkau tidak memiliki halangan apa pun; apa pun yang tersedia, engkau akan dapat melihatnya. Buddha tidak pernah mengatakan apa pun tentang apa yang akan engkau lihat; dia hanya berbicara tentang bagaimana mengobati kebutaanmu, bagaimana caranya keluar dari kebutaanmu.
Anak Mulla Nasrudin, yang mempelajari ilmu politik, bertanya kepada ayahnya, "Ayah, apakah seorang pengkhianat dalam politik?"
"Setiap orang yang meninggalkan partai kita," kata Mulla, "dan pergi ke partai yang lain, adalah pengkhianat."
"Nah, bagaimana dengan pria yang meninggalkan partainya dan menyebrang ke partaimu?" tanya pria muda itu.
"Dia akan menjadi mualaf/petobat, Nak," kata Nasrudin, "seorang petobat sejati."
Sekarang, ketika seseorang pergi dari partaimu ke partai lain, ia adalah seorang pengkhianat, dan ketika seseorang datang dari partai lain ke partaimu, ia adalah seorang petobat. Ketika seorang Hindu menjadi seorang Kristen, bagi orang Hindu dia adalah seorang pengkhianat, bagi orang Kristen dia adalah seorang petobat; dan ketika seorang Kristen menjadi seorang Hindu, mereka menyambutnya: pemahamannya kembali, dia telah menyadari apakah kebenaran itu. Tetapi bagi orang Kristen, dia adalah pengkhianat.
Jika engkau hidup dengan pandangan, engkau tidak dapat melihat kebenaran dari apa pun juga. Pandanganmu selalu datang sebagai penghalang. Ia menghalangi, ia memutarbalikkan, ia tidak membiarkanmu untuk melihat sesuatunya sebagaimana adanya. Dan Tuhan adalah itu yang ada. Untuk mengetahui yang sebenarnya engkau tidak perlu memiliki pandangan. Bahkan, jika engkau benar-benar ingin mengetahui yang sebenarnya, engkau harus menjatuhkan pandangan. Itu adalah penolakan pertama yang diajarkan Buddha: Jatuhkan semua pandangan, dan pandangan benar akan muncul. Semua pandangan adalah pandangan salah. Hindu, Kristen, Buddhis: semua pandangan adalah pandangan salah.
Seorang manusia tanpa pandangan, seorang manusia tanpa opini, seorang manusia dengan tanpa satu pikiran pun untuk melekat, seorang manusia yang hanya cermin, mencerminkan kenyataan.
Seorang wanita mendengar pengkhotbah membaca sepuluh perintah Allah, dan setelah setiap perintah dia bergabung dengan seluruh hadirin untuk berteriak, "Amin!" Ketika pengkhotbah sampai pada perintah: Jangan berzinah, dia berkata, "Sekarang dia mulai ikut campur."
Sesuatu tampaknya benar sampai ia tidak sesuai denganmu - seolah-olah engkau adalah batu ujian kebenaran, seolah-olah engkau adalah kriteria kebenaran. Di saat hal itu tidak sesuai denganmu maka hal itu salah. Ini adalah pendekatan yang salah, dan jika engkau memiliki pendekatan ini, engkau tidak akan pernah sampai pada apa yang nyata. Jika sesuatu yang tidak sesuai denganmu, jangan terburu-buru dalam menyelesaikan masalahnya - bahwa hal itu pasti salah karena tidak sesuai denganmu. Hal itu tidak perlu sesuai denganmu. Tuhan tidak memiliki kewajiban untuk menyesuaikan diri denganmu. Kenyataan tidak memiliki kewajiban untuk menyesuaikan denganmu. Jika itu tidak sesuai denganmu, maka orang yang memiliki pemahaman benar akan mengubah dirinya sendiri daripada menyangkal kenyataan.
Jadi kapan pun itu menyakitkan, kapan pun kenyataan menyakitkan, dan kapan pun engkau merasa bahwa engkau tidak sesuai, itu adalah engkau yang tidak sesuai, bukan kenyataan. Dan seseorang yang tidak memiliki pandangan tidak akan pernah menemukan bahwa ada konflik antara dia dan kenyataan. Dia akan selalu sesuai dengan kenyataan dan kenyataan yang akan sesuai dengannya - seperti sarung tangan yang pas di tangan.
Inilah pandangan benar.
OSHO ~ The Discipline of Transcendental, Vol 4, Chpt 1
---
The first is right view.
Buddha says: Look at things without any opinion, otherwise you never look at reality. Look at things without any philosophy, without any prejudice, without any dogma, creed, scripture. Just look. Look at things as they are. Be factual; don't create a fiction. If you are looking for something with a prejudice, you will find it - that is the trouble. If you are already full of a belief you will find it because the mind is so creative, so imaginative, so capable of auto-hypnosis, that whatsoever it believes it can create. Buddha says: Go to reality without any belief. Belief is the barrier.
You must have watched it.
If you are born a Hindu - that means if you are being conditioned from your childhood by Hindus - that means you are a victim of Hinduism. And the same applies to Mohammedans and Christians, Jews, Jains, communists: the whole humanity is a victim of this school or that, of this prejudice or that, of this belief or that. If you are born a Hindu, have been conditioned in certain dogmas, and you start meditating, you will start seeing visions of Krishna, Rama - it depends on what you have been taught, who has been enforced and engraved in your mind - but Christ will never come to you. Christ comes to a Christian, Buddha comes to a Buddhist, Mahavira comes to a Jaina. To a Jaina, Mohammed can never come; it is impossible. Even to conceive the idea is impossible. Even in a dream, Mohammed will not come to a Jaina. What is happening? Are these Buddhas, Mahaviras, Christs, really coming? or is your own belief creating them?
Your own belief is creating them.
To a communist, nobody comes. His belief is that all religion is nonsense, an opium for the people, a dangerous poison to be got rid of as soon as possible - then nobody comes. It depends on you. If you have a belief, that very belief becomes a dream; and if you are very, very sensitive, receptive, that dream can look more real than the reality. In fact, this happens every day, even in non- religious people. You dream in the night and when you dream the dream looks so real. You have dreamed your whole life and every morning you cancel it as unreal. But again, next night you dream, and in the dream again it seems real.
The dreaming faculty lives on belief. If you have a strong belief then the dreaming faculty joins with the belief, pours its energy into the belief, makes the belief a reality, and you start having visions. Buddha is not in favor of any visions - because he says: "That which is, needs no visions. It needs simply clarity to see." Your mind need not have any dreams, great dreams of great saints, heaven and hell; these are all your creations.
Right view is: having no prejudice, having no belief, having no opinion whatsoever. Difficult... Buddha's path is arduous; he demands too much. It almost seems to be a superhuman feat. But it is possible - and that is the only way towards truth.
If you have any opinion you will impose your opinion on the truth. You do it every day. If you come to me with the opinion that this man is good, you will go convinced that this man is good; if you come with the opinion that this man is bad. you will go convinced that this man is bad. Your belief will always find that which it wants to find. Belief is very selective.
It depends on how you look at things. You can look at the same thing, and you may not be seeing the same thing. If you are listening to me in trust, you listen differently. If you are listening to me with disbelief, you listen to me differently.
If you are listening as a disciple, you listen differently. If you are listening just as an outsider, a visitor - just by the way, you have come with a friend - you listen differently. What I say is the same, but how you interpret it will depend on you.
Right listening will be that you listen as nobody: neither for nor against, with no prejudice - just listening. If you can see things without any idea in the mind, then Buddha says it is right view.
Right view needs no conceptualization. That's why Buddha says: Don't ask me any theoretical question. He does not say anything about God - not that God is not. He does not say anything about it because it is pointless to create a theory.
He tries to open your eyes to it. He says: To know the truth, you need eyes - just as you cannot teach a blind man what light is like, howsoever you try. You cannot teach a blind man anything about the light. Of course, you can teach as much as you want and he may learn all the information that you deliver to him, but still, in reality, he will not be able to conceive what light is. He cannot conceive.
It happened:
A blind man was brought to Buddha. He was passing through the village, and the people of the village were tired of the blind man because he was very logical and very philosophical. He was so argumentative that he used to prove that the light exists not..He would say, "You just bring it, I would like to touch it"; or "You bring it so I can taste it"; or "You bring it, at least let me smell it"; or "You bring it and beat it like a drum so I can hear it."
Of course, you cannot beat light like a drum, and you cannot taste it, and you cannot smell it, and you cannot touch The blind man would laugh, laugh with victory, and he would say, "You fools! You are trying to prove something to me which is not. I have got four senses. Prove it! I am ready, I am open."
They could not prove it, so the blind man started thinking that they were just trying to befool him about this light: "The whole business is just a deception, a fraud. In fact, they want to prove that I am blind. They are insulting me. I am not blind, because light exists not. So what is the point? If light exists not, eyes need not be there. Eves are just a fiction." He would say, "You are all blind, but you are dreaming about something that exists not."
They brought the man to Buddha, and Buddha said, "Don't bring him to me. I know a physician - because he needs no conviction, he needs a vision of light.
He needs eyes. He needs treatment, he needs no theory about it. But I know a physician. " Buddha had a beautiful, very learned physician. He was given to him by an emperor, to look after Buddha's body. The blind man was taken to the physician.
He treated him, and within six months he was able to see.
By that time Buddha had moved to another town. The man came running and dancing; he was ecstatic. He fell at Buddha's feet and he said, "You have convinced me."
Buddha said, "Don't talk nonsense. I have not done anything. Your eyes have convinced you, and there is no other way."
Buddha used to say: I am not a philosopher, I am a physician. I would like to treat your inner eyes, and the first step is right view. 'Right view' really means: a mind without views. If you have any view, it is wrong view. If you don't have any view, then you are simply open, clear. Then your window is completely open, you don't have any hindrance; whatsoever is available you will be able to see. Buddha never says anything about that which you will see; he only talks about how to treat your blindness, how to get out of your blindness.
Mulla Nasrudin's son, studying political science, asked his father, "Dad, what is a traitor in politics?"
"Any man who leaves our party," said the Mulla, "and goes over to the other one, is a traitor."
"Well, what about a man who leaves his party and comes over to yours?" asked the young man.
"He would be a convert, son," said Nasrudin, "a real convert."
Now, when somebody goes from your party to another party he is a traitor, and when somebody comes from the other party to yours he is a convert. When a Hindu becomes a Christian, to Hindus he is a traitor, to Christians he is a convert; and when a Christian becomes a Hindu, they welcome him: his understanding is back, he has realized what truth is. But to Christians, he is a traitor.
If you live with views you cannot see the truth of anything. Your view always comes as a barrier. It obstructs, it distorts, it does not allow you to see things as they are. And God is that which is. To know the real you need not have any views. In fact, if you really want to know the real, you have to drop views. That is the first renunciation Buddha teaches: Drop all views, and right view will arise. All views are wrong views. The Hindu, the Christian, the Buddhist: all views are wrong views.
A man without views, a man without opinion, a man with not a thought to cling to, a man who is just a mirror, reflects reality.
The woman heard the preacher go through the commandments, and after every commandment she joined the rest of the audience in shouting, "Amen!"
Where he came to the commandment: Thou shalt not commit adultery, she said, "Now he is beginning to meddle."
Something looks absolutely right until it doesn't fit with you - as if you are the touchstone of truth, as if you are the criterion of truth. The moment it is not fitting with you it is wrong. This is a wrong approach, and if you have this approach you will never arrive to that which is real. If something is not fitting with you, then don't be in a hurry to settle the matter - that it must be wrong because it doesn't fit with you. It need not fit with you.
God has no obligation to fit with you. Reality has no obligation to fit with you. If it is not fitting with you, then a man of right understanding will change himself rather than deny the reality.
So whenever it hurts, whenever reality hurts, and whenever you feel that you are unfit, it is you who are unfit, not the reality. And a man who has no views will never find that there is any conflict between him and the reality. He will always fit with the reality and reality will fit with him - just like a glove fits on the hand.
This is right view.
OSHO ~ The Discipline of Transcendental, Vol 4, Chpt 1
Sumber: OSHO FB
No comments:
Post a Comment