Oleh: Dwi Pujianingtyas Prabaningrum
St. Thomas Aquinas, salah satu tokoh filsafat barat pada abad pertengahan, dilahirkan di Lombardy, Rossa Sicca, daerah di kerajaan Napels, Italia pada tahun 1225 M (ada sumber yang menyebutkan pada tahun 1224 M). Dia berasal dari keluarga keturunan bangsawan, Kaisar Frederick I dan Henry VI. Thomas Aquinas terlahir dari pasangan Pangeran Landulf, keturunan Aquino dan Theodora, seorang Countest of Teano. Keluarganya merupakan penganut agama Khatolik yang taat. Latar belakang ini ikut menentukan latar belakang pendidikan dan tujuan hidupnya.
Thomas Aquinas yang juga dikenal dengan nama Italia yaitu Thomaso d’Aquino, ketika berumur lima tahun (sekitar tahun 1257), Thomass Aquinas mulai belajar di Biara Benedictus di Monte Cassino hingga dia berusia lima belas tahun. Setelah selama sepuluh tahun belajar di Monte Casssino sebagai pendidikan dasar guna menjadi seorang biarawan, dia melanjutkan memperdalam ilmu bahasa di negara lain dengan beralih menjadi seorang Ordo Dominikan. Hal ini pada mulanya ditentang oleh keluarganya yang merupakan penganut Khatolik yang taat, namun tekat bulatnya pada akhirnya mampu meluluhkan hati kedua orang tuanya sehingga dia mendapatkan restu dari keduanya dan ressmi menjadi salah seorang anggota Ordo Dominikan tepat pada tahun 1245.
Pada mulanya dia belajar di Napels, tepatnya di Universitas Frederick II Nepal selama enam tahun, kemudian melanjutkan pendidikannya di Paris dibawah bimbingan seorang Aristotelian termasyhur bernama Albertus Agung. Dari beliau, St. Thomas Aquinas mendapatkan teori-teori filsafat Aristoteles.
Ketekunannya dalam mempelajari ilmu selama menempuh pendidikan membawanya menjadi seorang Doktor dalam bidang teologi dari Universitas Paris. Dia kemudian mendapat kepercayaan untuk mengajar disana sampai dengan tahun 1259 M. Selanjutnya dia aktif menjadi biarawan di beberapa biara Dominican, Roma, Italia selama kurang lebih sepuluh tahun atau hingga sekitar tahun 1269 M.
Semasa hidupnya, Thomas Aquinas berjasa dalam memberi kuliah bidang filsafat dan teologi beberapa kota yang ada di Italia, yaitu kota Anangi, Orvetio, Roma, dan Vitebro. Selanjutnya, dia kembali ke Paris selama tiga tahun sebelum dia dipanggil ke Naples guna mengemban tugas yang sama dan peran tambahan sebagai pendiri sekolah Dominican disana pada tahun 1272 M.
St. Thomas Aquinas, seorang teolog yang terkenall pada era abad pertengahan, meninggal dunia ketika berusia sekitar lima puluh tahun, tepatnya pada tanggal 7 Maret 1274 M. Pemikirannya tidak lenyap seiring dengan kepergiannya dari dunia fana, tetapi tetap melegenda dan senantiasa masih digunakan sebagai rujukan bahkan pada masa kini.
Pemikiran Thomas Aquinas
Thomas Aquinas, seorang filsuf dan teolog barat termasyhur pada masa abad pertengahan. Pemikirannya tidak lepas dari pengaruh dua orang filosof besar, Agustinus dan Aristoteles dapat mengguncang Eropa. Pada masanya, pemikiran yang dicetuskan oleh Thomas Aquinas, yang membangun keharmonisan antara agama dan akal membawa pengaruh yang sangat kuat di jajaran masyarakat Eropa. Pemikiran-pemikiran Thomas Aquinas yaitu filsafat thomisme, Essentia dan Exentia, Argumen Kosmologi, filsafat tentang penciptaan, filsafat tentang makhluk murni, filsafat jiwa, dan Etika Teologis.
Berikut ini adalah rincian pemikiran St.Thomas Aquinas:
St Thomas Aquinas percaya bahwa kebenaran adalah benar dimana pun ditemukan, seperti juga para filsuf Yunani , Romawi , Yahudi , dan Muslim. Secara khusus, ia adalah seorang realis. Dia mengakui bahwa dunia dapat diketahui seperti apa adanya. St Thomas Aquinas menganut faham terminologi dan metafisika Aristoteles. Filsafat Thomismenya ini menekankan pada pengertian materi dan bentuk, potensi dan aktus, serta bakat dan perealisasiannya. Filsafat ini mempunyai tujuan untuk menciptakan kedamaian Yunani dan Nasrani dalam hal filsafat sekuler.
Thomas mengikuti pemahaman Aristoteles, merujuk kepadanya sebagai “Filsuf”. St. Thomas Aquinas juga mengikuti beberapa prinsip neoplato, seperti ketika dia mengatakan bahwa “adalah mutlak benar bahwa ada sesuatu yang pertama yang pada dasarnya ada dan pada dasarnya baik , yang kita sebut Allah, … [dan bahwa segala sesuatu] bisa disebut baik dan ada, sejauh ia berpartisipasi di dalamnya dengan cara suatu asimilasi tertentu …”
St. Thomas Aquinas menyampaikan lima bukti adanya Tuhan sebagaimana rincian berikut:
Berpijak pada keyakinan dan kenyatan bahwa manusia mempunyai kelebihan yang membedakan mereka dengan makhluk lain, yaitu akal, St. Thomas Aquinas berpendapat bahwa terdapat tiga cara yang dapat ditempuh manusia untuk mengenal Tuhannya. Ketiga cara tersebut adalah sebagai berikut:
Penciptaan merupakan perbuatan Allah secara kontinu dan berkelanjutan. Adapun makluk-makhluk dan benda-benda ciptaan-Nya bersifat fana. Dari kekekalan, Allah menciptakan jagat raya dan waktu. Penciptaan yang terjadi secara kontinu untuk menciptakan para makhluk untuk dipelihara. Dengan demuikian tidak ada dualisme Allah dan para makhluk-Nya, seperti manusia dan alam semesta. Menurut ajaran ini, Allah menciptakan dati ”yang tiada” yang biasa disebut ex nihilo. Mengutip bahasa Al-Qur’an, Allah (Islam) bersifat Maha Menciptakan, melalui kun fayakun Nya, Dia (Allah) berkuasa penuh atas perwujudan makhluk yang Dia ciptakan.
Menurut Thomas Aquinas, jiwa dan jasad tidak dapat dipisahkan, mereka saling berhubungan. Jiwa bukanlah hal yang berdiri sebagai individu melainkan merupakan daya gerak yang memberikan wujud kepada tubuh sebagai materi. Sehingga, manusia memiliki dua hal yang menyatu sebagai pembentuk diri, yaitu pembentuk jassmani dan rohani mereka. Jiwalah yang menjadi kekuatan ruhani manusia, yang menyatu dalam jasad manusia dan memiliki lima daya/kekuatan sebagai berikut:
Berbeda dengan khalayak pada era kehidupannya, St. Thomas Aquinas menganut pola pikir dan metode induktif. Dia menyesuaikan etika dengan kenyataan hidup. Etikanya bersifat teologis, etika yang berkaitan dengan keimanan kepada Allah sebagai Sang Pencipta. Namun demikian, etika teologis yang dia sampaikan tidak membuat ciri khas filosofis bahwa etika mempunyai kecenderungan untuk mengarahkan manusia menemukan garis hidup dan akalnya lenyap begitu saja. Realisaasinya adalah mewujudkan tujuan paling akhir dari kehidupan manusia yaitu secara perorangan manusia meyakini Allah dan secara sosial masyarakat, manusia harus diatur sesuai dengan tuntutan tabiat manusia untuk dapat saling membantu sesama manusia dalam mengendalikan nafsu yang tidak lepas dari diri dan jiwa mereka.
Menurut St. Thomas Aquinas, pada dasarnya semua nafsu adalah baik. Yang manjadikan wujud kejahatan pada nafsu-nafsu tersebut adalah ketika nafsu-nafsu tersebut melanggar wilayah masing-masing dantidak mendukung akal serta kehendak. Kejahatan selalua ada selama kebaikan masih ada. Nafsu dapat dikendalikan melalui akal yang merupakan pencerminan dari akal Illahi, akal yang mendasari kehidupan yang berpijak dan beriman kepada Allah sehingga akal tersebut dapat menghasilkan kebajikan.
Pandangan St.Thomas Aquinas mengenai peraturan menunjukkkan kelebihan etika filsafat yang dia sampaikan dibandingkan dengan etika teolog yang lain.
Penutup
Menurut sejarah perkembangan dunia dan pengetahuan, pada masa
abad pertengahan merupakan masa dimana perkembangan pengetahuan di
belahan dunia barat tidak berkembang secara baik. Pada masa itu,
pengetahuan menglami masa suram. Dalam keadaan seperti ini, St. Thomass
Aquinas terlahir sebagai pencerah. Beliau menyumbangkan buah pikirannya
berupa filsafat teologi yang diyakini dan digunakan sebagai rujukan
pengembangan pengetahuan filsafat hingga kini.
Filsafat-filsafatnya banyak didasari oleh prinsip-prinsip dan teori Aristotelisme (prinsip-prinsip yang dicetuskan oleh Aristoteles). Selain menganut prinsip Aristotelisme, St. Thomas Aquinas dalam mencetuskan filsafat-filsafatnya tidak terlepas dari pengaruh pengetahuan yang beliau dapatkan dari karya-karya Neoplatimisme maupun Augustinus dan pelajaran dari Albertus Magnus.
Daftar Pustaka
Collison, Diane.2001. Lima Puluh filosof Dunia yang Menggerakkan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Hadiwijono, Harun. 1989. Sari Sejarah Filsafat Barat. Yogyakarta: Kanisius
http://blog.persimpangan.com/ filafat-perenialisme.
http://id.wikipedia.org/wiki/thomas.
http://thebookofphylosoph.blogspot.com/2010/06/thomisme.html.
http://www.biography.com/people/st-thomass-aquinas.
St. Thomas Aquinas, salah satu tokoh filsafat barat pada abad pertengahan, dilahirkan di Lombardy, Rossa Sicca, daerah di kerajaan Napels, Italia pada tahun 1225 M (ada sumber yang menyebutkan pada tahun 1224 M). Dia berasal dari keluarga keturunan bangsawan, Kaisar Frederick I dan Henry VI. Thomas Aquinas terlahir dari pasangan Pangeran Landulf, keturunan Aquino dan Theodora, seorang Countest of Teano. Keluarganya merupakan penganut agama Khatolik yang taat. Latar belakang ini ikut menentukan latar belakang pendidikan dan tujuan hidupnya.
Thomas Aquinas yang juga dikenal dengan nama Italia yaitu Thomaso d’Aquino, ketika berumur lima tahun (sekitar tahun 1257), Thomass Aquinas mulai belajar di Biara Benedictus di Monte Cassino hingga dia berusia lima belas tahun. Setelah selama sepuluh tahun belajar di Monte Casssino sebagai pendidikan dasar guna menjadi seorang biarawan, dia melanjutkan memperdalam ilmu bahasa di negara lain dengan beralih menjadi seorang Ordo Dominikan. Hal ini pada mulanya ditentang oleh keluarganya yang merupakan penganut Khatolik yang taat, namun tekat bulatnya pada akhirnya mampu meluluhkan hati kedua orang tuanya sehingga dia mendapatkan restu dari keduanya dan ressmi menjadi salah seorang anggota Ordo Dominikan tepat pada tahun 1245.
Pada mulanya dia belajar di Napels, tepatnya di Universitas Frederick II Nepal selama enam tahun, kemudian melanjutkan pendidikannya di Paris dibawah bimbingan seorang Aristotelian termasyhur bernama Albertus Agung. Dari beliau, St. Thomas Aquinas mendapatkan teori-teori filsafat Aristoteles.
Ketekunannya dalam mempelajari ilmu selama menempuh pendidikan membawanya menjadi seorang Doktor dalam bidang teologi dari Universitas Paris. Dia kemudian mendapat kepercayaan untuk mengajar disana sampai dengan tahun 1259 M. Selanjutnya dia aktif menjadi biarawan di beberapa biara Dominican, Roma, Italia selama kurang lebih sepuluh tahun atau hingga sekitar tahun 1269 M.
Semasa hidupnya, Thomas Aquinas berjasa dalam memberi kuliah bidang filsafat dan teologi beberapa kota yang ada di Italia, yaitu kota Anangi, Orvetio, Roma, dan Vitebro. Selanjutnya, dia kembali ke Paris selama tiga tahun sebelum dia dipanggil ke Naples guna mengemban tugas yang sama dan peran tambahan sebagai pendiri sekolah Dominican disana pada tahun 1272 M.
St. Thomas Aquinas, seorang teolog yang terkenall pada era abad pertengahan, meninggal dunia ketika berusia sekitar lima puluh tahun, tepatnya pada tanggal 7 Maret 1274 M. Pemikirannya tidak lenyap seiring dengan kepergiannya dari dunia fana, tetapi tetap melegenda dan senantiasa masih digunakan sebagai rujukan bahkan pada masa kini.
Thomas Aquinas, seorang filsuf dan teolog barat termasyhur pada masa abad pertengahan. Pemikirannya tidak lepas dari pengaruh dua orang filosof besar, Agustinus dan Aristoteles dapat mengguncang Eropa. Pada masanya, pemikiran yang dicetuskan oleh Thomas Aquinas, yang membangun keharmonisan antara agama dan akal membawa pengaruh yang sangat kuat di jajaran masyarakat Eropa. Pemikiran-pemikiran Thomas Aquinas yaitu filsafat thomisme, Essentia dan Exentia, Argumen Kosmologi, filsafat tentang penciptaan, filsafat tentang makhluk murni, filsafat jiwa, dan Etika Teologis.
Berikut ini adalah rincian pemikiran St.Thomas Aquinas:
- 1. Thomisme
St Thomas Aquinas percaya bahwa kebenaran adalah benar dimana pun ditemukan, seperti juga para filsuf Yunani , Romawi , Yahudi , dan Muslim. Secara khusus, ia adalah seorang realis. Dia mengakui bahwa dunia dapat diketahui seperti apa adanya. St Thomas Aquinas menganut faham terminologi dan metafisika Aristoteles. Filsafat Thomismenya ini menekankan pada pengertian materi dan bentuk, potensi dan aktus, serta bakat dan perealisasiannya. Filsafat ini mempunyai tujuan untuk menciptakan kedamaian Yunani dan Nasrani dalam hal filsafat sekuler.
Thomas mengikuti pemahaman Aristoteles, merujuk kepadanya sebagai “Filsuf”. St. Thomas Aquinas juga mengikuti beberapa prinsip neoplato, seperti ketika dia mengatakan bahwa “adalah mutlak benar bahwa ada sesuatu yang pertama yang pada dasarnya ada dan pada dasarnya baik , yang kita sebut Allah, … [dan bahwa segala sesuatu] bisa disebut baik dan ada, sejauh ia berpartisipasi di dalamnya dengan cara suatu asimilasi tertentu …”
- 2. Essentia dan Exentia
- 3. Argumen Kosmologi
St. Thomas Aquinas menyampaikan lima bukti adanya Tuhan sebagaimana rincian berikut:
- Adanya gerak di dunia mengharuskan kita menerima bahwa ada penggerak pertama yaitu Allah. Menurut Thomas apa yang bergerak tentu digerakkan oleh sesuatu yang lain. Gerak menggerakkan ini tidak dapat berjalan tanpa batas. Maka harus ada penggerak pertama. Penggerak pertama ini adalah Allah.
- Di dalam dunia yang diamati terdapat suatu tertib sebab-sebab yang membawa hasil atau yang berdaya guna. Tidak pernah ada sesuatu yang diamati yang menjadi sebab yang menghasilkan dirinya sendiri. Oleh karena itu, maka harus ada sebab berdaya guna yang pertama, inilah Allah.
- Di dalam alam semesta terdapat hal-hal yang mungkin ada dan tidak ada. Oleh karena semuanya itu tidak berada sendiri tetapi diadakan, dan oleh karena semuanya itu dapat rusak, maka ada kemungkinan semua itu ada, atau semuanya itu tidak ada. Jika segala sesuatu hanya mewujudkan kemunginan saja, tentu harus ada sesuatu yang adanya mewujudkan suatu keharusan. Padahal sesuatu yang adanya adalah suatu keharusan, adanya itu disebabkan oleh sesuatu yang lain, sebab-sebab itu tak mugkin ditarik hingga tiada batasnya. Oleh karena itu, harus ada sesuatu yang perlu mutlak, yang tak disebabkan oleh sesuatu yang lain, inilah Allah.
- Diantara segala yang ada terdapat ha-hal yag lebih atau kurang baik, lebih atau kurang benar dan lain sebagainya. Apa yang lebih baik adalah apa yang lebih mendekati apa yang terbaik. Jadi jikalau ada yang kurang baik, yang baik dan yang lebih baik, semuanya mengharuskan adanya yang terbaik. Dari semuanya dapat disimpulkan bahwa harus ada sesuatu yang menjadi sebab daris segala yang baik, segala yang benar, segala yang mulia. Yang menyebabkan semuanya itu adalah Allah.
- Kita menyaksikan, bahwa segala sesuatu yang tidak berakal seperti umpamanya tubuh alamiah, berbuat menuju pada akhirnya. Dari situ tampak jelas, bahwa tidak hanya kebetulan saja semuanya itu mencapai akhirnya, tapi memang dibuat begitu. Maka apa yang tidak berakal tidak mungkin bergerak menuju akhirnya, jikalau tidak diarahkan oleh suatu tokoh yang berakal, berpengetahuan. Inilah Allah.
Berpijak pada keyakinan dan kenyatan bahwa manusia mempunyai kelebihan yang membedakan mereka dengan makhluk lain, yaitu akal, St. Thomas Aquinas berpendapat bahwa terdapat tiga cara yang dapat ditempuh manusia untuk mengenal Tuhannya. Ketiga cara tersebut adalah sebagai berikut:
- Segala makhluk sekadar mendapat bagian dari keadaan Allah. Hal ini mengakibatkan, bahwa segala yang secara positif baik pada para makhluk dapat dikenakan juga kepada Allah (via positiva).
- Via Negativa, merupakan kebalikan dari teori pertama. Disebabkan oleh adanya analogi keadaan yaitu segala yang ada pada makhluk tentu tidak ada pada Allah dengan cara yang sama
- Jadi ada yang baik pada makhluk tentu berada pada Allah dengan cara yang jauh melebihi keadaan pada para makhluk itu (via iminentiae).
- 4. Penciptaan
Penciptaan merupakan perbuatan Allah secara kontinu dan berkelanjutan. Adapun makluk-makhluk dan benda-benda ciptaan-Nya bersifat fana. Dari kekekalan, Allah menciptakan jagat raya dan waktu. Penciptaan yang terjadi secara kontinu untuk menciptakan para makhluk untuk dipelihara. Dengan demuikian tidak ada dualisme Allah dan para makhluk-Nya, seperti manusia dan alam semesta. Menurut ajaran ini, Allah menciptakan dati ”yang tiada” yang biasa disebut ex nihilo. Mengutip bahasa Al-Qur’an, Allah (Islam) bersifat Maha Menciptakan, melalui kun fayakun Nya, Dia (Allah) berkuasa penuh atas perwujudan makhluk yang Dia ciptakan.
- 5. Makhluk murni
- 6. Jiwa
Menurut Thomas Aquinas, jiwa dan jasad tidak dapat dipisahkan, mereka saling berhubungan. Jiwa bukanlah hal yang berdiri sebagai individu melainkan merupakan daya gerak yang memberikan wujud kepada tubuh sebagai materi. Sehingga, manusia memiliki dua hal yang menyatu sebagai pembentuk diri, yaitu pembentuk jassmani dan rohani mereka. Jiwalah yang menjadi kekuatan ruhani manusia, yang menyatu dalam jasad manusia dan memiliki lima daya/kekuatan sebagai berikut:
- Daya jiwa vegetatif, yaitu hal yang berkaitan dengan penggantian zat dan pembiakan.
- Daya jiwa yang sensitif, yaitu yang berkaitan dengan keinginan. Jiwa mempunyai kekuatan untuk mempengaruhi arah keinginan manusia.
- Daya jiwa yang menggerakkan. Jasad para makluk, termassuk manusia dapat tergerak untuk hal-hal tertentu karena pengaruh jiwa.
- Daya jiwa untuk berfikir. Dengan adanya jiwa, manusia terdorong untuk berfikir, menentukan tata cara melakukan dan mewujudkan perubahan.
- Daya jiwa untuk mengenal. Proses identifikasi yang dilakukan manusia terhadap hal yang ada dan terjadi di sekeliling mereka dipengaruhi oleh jiwa dan kekuatannya. Dengan jiwa pula manusia dapat mengenal Tuhan.
- 7. Etika Teologis
Berbeda dengan khalayak pada era kehidupannya, St. Thomas Aquinas menganut pola pikir dan metode induktif. Dia menyesuaikan etika dengan kenyataan hidup. Etikanya bersifat teologis, etika yang berkaitan dengan keimanan kepada Allah sebagai Sang Pencipta. Namun demikian, etika teologis yang dia sampaikan tidak membuat ciri khas filosofis bahwa etika mempunyai kecenderungan untuk mengarahkan manusia menemukan garis hidup dan akalnya lenyap begitu saja. Realisaasinya adalah mewujudkan tujuan paling akhir dari kehidupan manusia yaitu secara perorangan manusia meyakini Allah dan secara sosial masyarakat, manusia harus diatur sesuai dengan tuntutan tabiat manusia untuk dapat saling membantu sesama manusia dalam mengendalikan nafsu yang tidak lepas dari diri dan jiwa mereka.
Menurut St. Thomas Aquinas, pada dasarnya semua nafsu adalah baik. Yang manjadikan wujud kejahatan pada nafsu-nafsu tersebut adalah ketika nafsu-nafsu tersebut melanggar wilayah masing-masing dantidak mendukung akal serta kehendak. Kejahatan selalua ada selama kebaikan masih ada. Nafsu dapat dikendalikan melalui akal yang merupakan pencerminan dari akal Illahi, akal yang mendasari kehidupan yang berpijak dan beriman kepada Allah sehingga akal tersebut dapat menghasilkan kebajikan.
Pandangan St.Thomas Aquinas mengenai peraturan menunjukkkan kelebihan etika filsafat yang dia sampaikan dibandingkan dengan etika teolog yang lain.
Penutup
Filsafat-filsafatnya banyak didasari oleh prinsip-prinsip dan teori Aristotelisme (prinsip-prinsip yang dicetuskan oleh Aristoteles). Selain menganut prinsip Aristotelisme, St. Thomas Aquinas dalam mencetuskan filsafat-filsafatnya tidak terlepas dari pengaruh pengetahuan yang beliau dapatkan dari karya-karya Neoplatimisme maupun Augustinus dan pelajaran dari Albertus Magnus.
Daftar Pustaka
Hadiwijono, Harun. 1989. Sari Sejarah Filsafat Barat. Yogyakarta: Kanisius
http://blog.persimpangan.com/ filafat-perenialisme.
http://id.wikipedia.org/wiki/thomas.
http://thebookofphylosoph.blogspot.com/2010/06/thomisme.html.
http://www.biography.com/people/st-thomass-aquinas.
No comments:
Post a Comment